Home BUSET NGELIPUT Berbagi Kisah Perjuangan Mahasiswi Indonesia dari Australia | Neng Koala

Berbagi Kisah Perjuangan Mahasiswi Indonesia dari Australia | Neng Koala

0
Berbagi Kisah Perjuangan Mahasiswi Indonesia dari Australia | Neng Koala

Peluang bagi perempuan Indonesia untuk mengecap kesuksesan pada posisi di ranah akademis kini memang kian berkembang. Namun, tidak berarti jalan yang ditempuh sudah lancar tanpa lubang di pertengahannya. Berbagai stereotip peran perempuan Indonesia yang dikatakan hanya bertanggung jawab dalam rumah tangga masih sempat menenggelamkan impian mereka untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi.

Dikutip dari Tirto, Survei Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP) Kemendikbud tahun 2013 menunjukkan bahwa presentase perempuan mengajar perguruan tinggi sebesar 40,58 persen, sementara laki-laki sebesar 59,42 persen. Terdapat pula persepsi bahwa perempuan hanya bertanggung jawab dalam “urusan dalam negeri” membuat mereka kurang termotivasi untuk mengambil gelar S2 atau S3 sebagai syarat pengajar perguruan tinggi.

Demi mematahkan kesan tersebut, sekelompok mahasiswi Indonesia serta alumni yang sempat menimba ilmu di Australia meluncurkan blog berjudul ‘Neng Koala’. Setiap cerita yang ditulis memiliki situasi yang beragam, baik yang kuliah lewat skema beasiswa sampai jalur pribadi, berstatus lajang hingga berkeluarga, atau dari yang tengah menempuh studi Bachelor, Master, maupun PhD.
Ide kemunculan dari Neng Koala ini tercetus oleh seorang lulusan program Master di Australian National University, Melati yang mendapatkan kabar bahwa salah satu teman perempuannya melepaskan kesempatan untuk menempuh program S2. Padahal, temannya tersebut telah lolos beasiswa di dua negara, Australia dan Jerman. Hilangnya kesempatan berharga tersebut dikarenakan faktor keluarga dan kekasih yang tidak mendukung.

Situasi seperti ini membuat Melati berpikir bahwa mungkin juga dialami di belahan wilayah Indonesia lainnya.

“Mau kita single atau berkeluarga, tetap ada tantangan-tantangan untuk melanjutkan pendidikan tinggi karena status kita sebagai perempuan. Harapannya kalau sudah masuk usia dewasa, nikah dulu deh, jangan kuliah tinggi-tinggi. Kalau keburu S2, siapa yang mau nikah sama kamu?” Ujar Melati saat ditemui Buset di MD Building, Jakarta Selatan (8/2).

Melalui pemikiran tersebut, Melati pun bertemu dengan teman-teman yang juga mahasiswi Indonesia di Australia dan menceritakan kondisi teman yang tak mendapatkan dukungan tersebut. Tak disangka, beberapa temannya pun ternyata juga sempat mengalami masa sulit seperti itu. Mulai dari tantangan keluarga yang berat memberikan izin untuk kuliah sampai harus bertengkar. Tapi, bedanya mereka tetap berhasil untuk melancarkan tekadnya berkuliah di luar negeri.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menulis pengalaman yang dialami hingga bisa menempuh studi lanjut di luar negeri. Mulai dari alasan, cara meyakinkan keluarga, tips-tips mendapatkan beasiswa, persiapan sebelum berangkat, hingga masa awal kuliah dan hidup di Australia. Tulisan mereka dirangkum dalam sebuah blog yang dijalankan oleh Melati dan sekitar lima orang temannya selama masih berkuliah di Australia.

“Tujuan utamanya adalah untuk menyemangati perempuan-perempuan di Indonesia untuk mau kuliah lagi. Karena kesempatannya besar sekali, beasiswa itu ada dimana-dimana. Nggak cuma dari Australia,” ungkap Melati.

Cerita-cerita menarik bisa ditemukan melalui Neng Koala, Melati menyampaikan beberapa cerita berkesan di antara ratusan cerita yang telah terkumpul. Seperti, sosok perempuan asal Batam, Sri Murni yang pergi ke Australia untuk menempuh S2 ketika anaknya baru berusia 45 hari. Ia membagikan cerita tentang bagaimana ia harus bisa membagi pikiran untuk kuliah, serta memantau suami dan anaknya di Indonesia. Hingga pergulatan batinnya ketika harus melewati proses izin yang panjang.

Selain itu, kisah Indah Erniawati yang tadinya akan membawa suami dan dua anak balita bersamanya ke Australia. Namun, tepat saat suaminya mengurus visa, terdapat flek pada paru-paru ketika medical check-up. Dikarenakan Australia memiliki aturan yang cukup tegas, maka suaminya tak dapat ikut. Hingga ia harus terbang sendirian bersama ke dua orang anaknya. Sebelum suaminya menyusul pada tahun berikutnya setelah melewati pengobatan di Indonesia, Indah dibantu oleh adiknya yang hanya memiliki visa 3 bulan. Ada masa dimana Indah harus benar-benar sendiri mengurus ke dua anaknya yang terpaut usia berbeda. Bolak-balik tempat day care, TK, hingga kampus di wilayah yang berbeda sudah jadi kesehariannya.

Tak berhenti hingga titik itu, saat ibu dari dua orang anak ini lulus dan pulang ke Indonesia, ia bertemu kembali dengan teman-teman seperjuangannya selama menempuh S2 di negeri Kangguru. Pada pertemuan tersebut, disela-sela kesibukannya masing-masing, mereka memutuskan untuk merilis sebuah buku.

Buku yang rencananya akan rilis pada Hari Kartini, 21 April 2018, memuat cerita-cerita yang sempat diunggah di blog dan dikurasi kembali. Akan ada dua versi buku dengan konten yang berbeda pula, yaitu hard copy yang dijual lewat Gramedia dan e-book yang bisa diunduh secara gratis di NengKoala.id. Setelah rilis buku, Neng Koala berencana untuk menyelenggarkan bedah buku, workshop, atau diskusi online.

Projek ini pun juga didukung langsung oleh pemerintah Australia, tepatnya dari Australian Global Alumni. Setiap tahunnya, organisasi tersebut selalu memberikan dukungan dana kepada 50 projek terpilih. Neng Koala menjadi salah satu yang terpilih pada periode 2017.

Neng Koala memiliki akun-akun sosial media, seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan Youtube untuk memperluas jangkauan pembaca. Dengan nuansa merah muda pastel, akun resmi Neng Koala membagikan kisah-kisah yang dilengkapi dengan foto atau video pendek. Melalui situs dan akun sosial medianya, bagi Anda yang ingin membagikan kisah selama menempuh pendidikan di Australia terdapat pula kontak yang dapat dihubungi lebih lanjut.

 

***

 

Adhityani Putri
Australian National University

Kisah-kisah di Neng Koala membukakan mata terhadap berbagai tantangan yang dihadapi perempuan dari berbagai latar belakang ketika ingin menggapai cita-cita mereka. Perempuan dibebani dengan tanggung jawab dan dipagari prasangka yang berbeda dari kaum laki-laki. Tantangan sebagai ibu dan istri sering membuat perempuan seperti saya “mengalah”. Tapi di NK banyak kisah yang membuktikan perjuangan dan pengorbanan pribadi itu, walaupun berat, dapat berujung pada keberhasilan asal diberi dukungan yang baik dan disiasati dengan cermat.

 

 Risa Bhinekawati
Australian National University

Keberadaan Neng Koala akan memberikan kontribusi positif tidak hanya bagi perempuan Indonesia, tetapi juga keluarganya, dalam mengantisipasi berbagai peluang dan tantangan dalam menjalankan pendidikan tinggi di Australia. Berbagai aspek yang dibahas di Neng Koala seperti masalah perbedaan budaya; bagaimana menyalakan semangat yang sewaktu-waktu bisa padam; kiat pengelolaan waktu antara studi dan keluarga bisa memberi gambaran bagi banyak orang bahwa setiap tantangan InsyaAllah ada jalan keluarnya. Semoga Neng Koala bisa menjadi pegangam bagi mahasiwa dan mahasiswi yang mempunyai aspirasi untuk melanjutkan sekolah di Australia dan di negara lainnya di dunia.

 

 

 

 

 

 

Dari Penulis

Dhyra