Home BUSET NGELIPUT Indonesia, Islam, dan Nasionalisme di Mata Cak Imin

Indonesia, Islam, dan Nasionalisme di Mata Cak Imin

0
Indonesia, Islam, dan Nasionalisme di Mata Cak Imin

Monash University Caulfield menyambut kedatangan seorang politikus Tanah Air untuk berbagi ilmu menyangkut topik “Islam dan Nasionalisme di Indonesia” pada 27 Juli 2018 lalu. Muhaimin Iskandar atau  akrab disapa Cak Imin, yang kini menjabat sebagai ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), melihat pentingnya sebuah diskusi dari topik yang memerlukan aksi segera.

Cak Imin didampingi Assoc. Prof. Julian Millie dari School of Social Sciences Monash Uni

Setelah menjelaskan tentang bagaimana ajaran Islam turut mempengaruhi identitas bangsa Indonesia, wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI sejak Maret 2018 tersebut berkata, “ada perkembangan luar biasa di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan sekaligus mengganggu fondasi nasionalisme yang dibangun dan kokoh selama berabad-abad.”

Dalam diskusi yang berlangsung selama 1.5jam, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi periode 2009 – 2014 tersebut memaparkan tiga faktor yang bila tidak segera ditangani, berpotensi menghapus kesadaran masyarakat untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Fenomena “Islamisme global” yang merupakan dampak dari peperangan di Timur Tengah, sebagai faktor pertama, ia anggap telah menguasai pemikiran mayoritas penduduk Tanah Air dan berpotensi melahirkan sebuah ideologi baru yang mengundang perpecahan. Faktor ini diperkuat oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara penganut Islam terbesar di dunia. “Yang mengkhawatirkan dari ini adalah tumbuhnya ideologi transnasional yang mengancam persatuan dan kesatuan terutama karena negara kita memiliki jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia – jemaah haji terbesar, paling taat dan kuat.” ungkapnya.

“Munculnya kritik terhadap pemimpin” merupakan faktor kedua yang dapat mengancam keberadaan Republik Indonesia di mata Cak Imin. Ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja pemerintah yang mereka anggap melibatkan sekularisasi telah menciptakan sebuah pemikiran bahwa seorang pemimpin harus menganut kepercayaan tertentu.

Kuliah publik Cak Imin yang mengundang banyak respons dan pertanyaan

“Kritik terhadap kepemimpinan adalah anggapan bahwa “pimpinan-pimpinan bukan Islam” melahirkan sistem sekuler yang tidak adil, koruptif, inflasi, dan ekonomi yang tidak kunjung membaik. Kritik ini adalah faktor bergesernya kesatuan NKRI. Dari sini, menjamur istilah ‘keinginan melahirkan khilafah’, hingga bahkan ada yg jadi teroris,” ujarnya.

“Yang ketiga, terkoyaknya nasionalisme kita inidikarenakanfaktor ekonomi. Adakesenjangan yang masih sangat tinggi,misalnya sajasumber daya alam dan tanah sekian ribu hektar yang masih dikuasai segelintir orang. ”Cak Imin melihat bahwa faktor terakhir menjadi ancaman yang paling berbahaya. Ia mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pemerintah yang kompeten untuk ikut turun tangan.

Sambutan oleh Prof. Sharon Pickering, Dean (Kepala Fakultas) of Arts Monash University

Ia berpendapat bahwa Presiden Jokowi sudah fokus kepada peningkatan perekonomian dan infrastruktur negara. Namun, melihat fenomena-fenomena di atas, ia berujar bahwa Indonesia masih memerlukan sebuah kepemimpinan yang berbasis keagamaan.

Di akhir sesi, ia menyimpulkan, “Gairah umat Islam begitu dahsyat sehingga perlu disalurkan dengan tepat. Karena kalau tidak, maka akan melenceng menjadi ideologi anti nasionalisme, yang bertentangan dengan fondasi yang terbangun dengan baik.”

Mengenai pemilihan umum yang akan berlangsung pada April 2019, ia mengajak seluruh warga Indonesia termasuk yang ada di Melbourne untuk turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi.“Di tahun 2019 Indonesia akan punya pemilu besar. Kita tidak boleh pasif karena kalau pemilu gagal atau tidak memilih yang terbaik, Indonesia akan rugi. Saya harap hari ini solusinya adalah untuk mencari partai yang bisa menyatukan.” ungkapnya.

APA KATA MEREKA

 

Andrew Santoso –  Ketua PPIA Monash

Lecture-nya bagus karena mengena banget dan relevan dengan keadaan Indonesia hari ini, terutama usai pilkada gubernur Jakarta yang kemarin, kita belajar juga, and I think generasi muda atau pelajar di Australia ini harus diingatkan kembali akan keadaan Indonesia sekarang seperti apa terutama karena tahun depan banyak dari kita yang akan memilih.Untuk feedback, mungkin sesi tanya jawab bisa lebih lama, karena kalau presentasi kan hanya berdasarkan teks yang sudah disiapkan, sedangkan Q&A lebih spontan dan interesting. Dari sesi tersebut kita juga bisa mendengar pendapat Cak Imin tentang kondisi di Indonesia saat ini. Overall, it’s a good event, tapi memang ada kendala waktu saja mungkin.

 

Nungki Awalya – Master of Education diMonash University

Secara general acara ini bagus karena bisa menjadi forum di mana orang-orang Indonesia yang ada di Australia bisa membicarakan hal yang ada di Indonesia. Terutama dengan kehadiran Cak Imin ke sini. Beliau memiliki background pendidikan tentang Islam dan Nasionalisme, juga posisi sebagai wakil ketua MPR. Satu hal sebagai kritik, tema dari acara ini kan adalah tema yang general ya, tapi di dalamnya masih ada unsur politik. Pembicaraan ini menurut saya kurang pas, dan lumayan banyak dilakukan during the session.

 

Erna Yulianingsih  – Master of Applied Economics and EconometricsdiMonash University

Acara ini positif, karena biasanya dalam aktivitas perguruan atau kuliah, kita biasanya fokus belajar sendiri-sendiri, dan menghadiri acara ini merupakan salah satu bentuk relaksasi. Kedua, sebagai mahasiswa, ada free food, ketiga, mungkin ini increase awareness di antara kita karena walaupun kita tidak sedang tinggal di Indonesia, topik Islam dan Nasionalisme kan menjadi hot issue ya, jadi kita tetap terhubung dengan negara kita. Acara ini so far so good, secara keseluruhan berguna banget karena bisa memperluas cara pandang kitadan secara material juga jadi menghubungkan kita kembali pada sejarah Indonesia, hingga kita tahu bahwa Islam di dalam nasionalisme itu seperti apa, dan bahwa ternyata Indonesia terbentuk karena gabungan dari Islam dan nasionalisme. Itu poin yang saya dapat dari diskusi ini.

 

 

 

 

Nasa