Bekerja untuk membangun negeri, bukan untuk uang 

Tidak disangka-sangka bagi Yohan Tangkesalu, pegusaha muda asal Toraja ini, untuk kembali ke Toraja setelah hampir sepuluh tahun menghabiskan waktu di Negeri Kangguru. Dengan modal uang yang pas-pasan, kondisi ekonomi keluarga yang kurang baik, dan pada posisi dimana ia harus meninggalkan pekerjaannya di Melbourne, laki-laki yang akrab dipanggil Ash ini harus kembali ke Indonesia dan membangun Toraja. 

“Balik kesini, apapun yang bisa dikerjain aku kerjain sih, yang penting halal,” ujarnya. CEO Genus Group ini mengaku bahwa tujuan utamanya pada saat itu hanyalah untuk membangun Toraja, dan bukan untuk uang. 

“My main objective adalah gimana saya bisa contribute ke satu daerah, gimana saya bisa bantu. Saya nggak pernah bekerja untuk duit. Yang lebih utama adalah saya pulang ke Toraja, mau bangun usaha, apapun itu.” 

Perjalan Ash membangun Toraja dimulai dari usahanya mengembangkan bisnis travel agent milik keluarga sampai akhirnya aktif di bidang kepariwisataan. Etos kerja yang baik serta minat dan passion di bidang tersebut membuatnya dilirik oleh kementrian pariwisita dan diminta untuk mewakilkan Sulawesi Selatan di salah satu pameran pariwisata besar di Singapura. Dari momen itulah banyak orang mulai melihat Sulawesi Selatan dan turis kian berdatangan ke Toraja. Bisnis keluarga Ash yang berfokus pada kepariwisataan terus berkembang, dari presiden sampai orang-orang tidak terduga lainnya yang mulai berdatangan dan menginap di hotelnya. 

Toraja Misiliana Hotel

Lulusan S1 Marketing dan International Business ini tidak diam sampai disitu saja, peluang-peluang yang berangkat dari keinginannya untuk terus membangun Toraja berubah menjadi usaha yang berkelanjutan. Satu hari ia melihat antri BBM yang panjang di Toraja, di kemudian hari ia berhasil membangun SPBU Pertamina Toraja yang sampai sekarang masih terus berkembang pesat.

Obrolannya dengan salah satu produser Film Filosofi Kopi berbuah syuting Filosofi Kopi di Sulawesi Selatan, yang secara otomatis meningkatkan eksistensi Kopi Toraja di mata publik dan serta merta membangun usahanya di bidang perkopian.

“Dari situ saya semakin yakin lagi kalau berkat kita itu bukan dari berapa yang kita beli dan berapa yang kita jual. Keuntungan kita yang utama itu sebenarnya dari apa yang kita bangun, dan sebanyak apa orang yang kita pekerjakan. Mereka kerja untuk kita and they gain benefit from our company. That’s I think the true definition of real revenue,” ungkap laki-laki kelahiran tahun 1989 ini. 

Daya juang yang dipupuk semasa di Melbourne 

Hasil jeri payah seorang Yohan Tangkesalu tidak luput dari pelajaran berharga yang ia dapatkan selama di Melbourne. Selama sepuluh tahun tinggal di Melbourne, Ash mengaku bahwa ia tidak malu berusaha. Apapun pekerjaan yang dapat ia lakukan, ia lakukan. Mulai dari tukang roti, tukang antar koran, bekerja di retail, restoran, sampai menjadi petugas kebersihan ia lakukan demi memupuk daya juang dan mental yang kuat. 

Ash ingat betul masa dimana sebagian besar tabungannya ia pakai untuk membiayai sekolah adiknya, sampai-sampai harus menjual mobil dan kembali ke Indonesia hanya dengan bekal uang dua juta rupiah dan satu koper disampingnya. 

Pesan Ash untuk pelajar Indonesia di luar negeri 

“Know your identity, know your purpose, and ask for direction.”

Ash mengumpamakan, “misalnya sekolah di Australia, okay identity saya mau jadi engineer, purpose-nya untuk ngebangun project atau perusahaan ini, direction-nya kemana? Mau di Indonesia, Australia, atau di tempat lain? Always have that.” 

Ia juga menambahkan bahwa selagi mengenyam pendidikan di luar negeri, carilah pengalaman dari bekerja.