
Juara Liga 1 2019, Bali United, menjambangi kota Melbourne dalam ajang kualifikasi kompetisi klub sepakbola asia AFC Champions League. Buset Magazine mendapatkan kesempatan berjumpa dengan salah satu pemain yang telah lama mendedikasikan diri untuk Bali United sejak pertama kali berdirinya klub tersebut, Yabes Roni Malaifani. Impresi pertamanya ketika sampai di Melbourne, ia pun kagum dengan tertata rapinya kota tersebut.
Jiwa olahragawan dalam dirinya sudah terbina sejak usia muda dan juga berkat sosok ayahnya yang merupakan seorang guru olahraga. Pria asal Alor, NTT tersebut mengakui ketika dari masa SD ia sudah mencoba berbagai macam olahraga dalam ajang O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) antar sekolah, contohnya tak hanya sepakbola tapi juga bulutangkis, lombah lari, volleyball, dan lain sebagainya.
Namun cintanya terhadap sepakbola menjadi lebih kuat setelah menonton timnas Indonesia di final kompetisi AFF (kompetisi sepakbola antar negara asia tenggara) melawan Malaysia. “Banyak teman teman cerita kalau jadi pemain bola itu bisa kemana mana, jadi motivasi itu timbul ingin menjadi seperti mereka mereka ini,” Yabes mengingati.
Yabes menyebut pelatih bernama Arifin Panara, yang juga memiliki sekolah sepak bola bernama SSB Putra Kenari, sebagai sosok yang membantunya mematangkan teknik dasar sepak bolanya. Pertama kali Yabes bertemu dengannya adalah pada SMA 1. Setelah ikut berbagai kompetisi antar kabupaten, beliau menanyakan kepadanya jika ia ingin bergabung dengan timnas suatu hari seperti para pemain bola yang pernah ia lihat di televisi. “Nah jika mau mau jadi pemain timnas, kamu tiap hari latihan sama saya. Kamu gak usah pikir transportasi, yang penting kamu ke sekolah itu, yang penting di tas sekolah mu itu ada sepatu bola, kamu makan di rumahku aja, sore kamu istirahat, sore kita ke lapangan latihan,” kenang Yabes apa yang beliau katakan kepadanya sebelum kemudian mengikuti latihan tersebut setiap hari selama 2 tahun.
Mengikuti latihan ini pun juga tidak mudah baginya di Alor. Disiplin menjadi kunci dalam menjalankan hal tersebut. Bahkan untuk bisa mencapai sekolahnya, sang alumni SMA 1 Kalabahi tersebut bahkan harus menempuh 10 kilometer dengan angkot, dan bisa menghabiskan 1 jam. Terkadang pun jika ia harus pulang malam dan tidak ada kendaraan untuk membawanya pulang, jogging pun ia lakukan, dan bisa memakan waktu 2 setengah jam.
Pada tahun 2013, ada program seleksi untuk timnas U-19 di Kupang yang pada waktu itu timnas U-19 dipimpin oleh pelatih Indra Sjafri. Terbang dari Alor ke Kupang, perwakilan sekolah Putra Kenari dengan komposisi sekitar 24-25 orang hadir mengikuti program tersebut. Setelah seleksi berjalan, 4 orang pun terpilih dan dilanjutkan ke Jogja. Pada akhirnya Yabes menjadi satu-satunya yang bertahan dan menjadi bagian tim yang memenangi piala AFF usia U-19 pada tahun 2013 di Myanmar.
Setelah partisipasinya di timnas U-19 selesai, Pria kelahiran dari 3 bersaudara ini melanjutkan pelajarannya dengan pergi ke Universitas Negeri Yogyakarta. Di sana selain belajar ia juga sempat-sempat ikut kegiatan berkaitan dengan sepak bola di kampusnya. Suatu hari Yabes menerima panggilan telepon dari Indra Sjafri, yang mengabarkan bahwa ada seleksi tim yang akan berjalan pada bulan Januari 2015 untuk tim sepakbola baru yaitu Bali United. Setelah setuju untuk menjawab panggilan tersebut dan lolos proses seleksi, Yabes memulai karirnya di Bali United dan masih berlanjut hingga sekarang.

Bermain di Bali United membawa kebanggaan tersendiri bagi Yabes. Ketika bergabung di Bali United ia merasakan berkat karena diberikan sebuah kontrak kerja, berbeda dengan pengalaman sebelumnya di Timnas dimana pemain biasa diberikan bonus setelah pertandingan. “Setidaknya dengan kontrak 5 tahun ini, mungkin sudah ada berkat yang saya bisa bantu keluarga di kampung. Itu jadi rasa tersendiri, motivasi, saya tahun ini gaji segini main lebih bagus lagi mungkin bisa naik lagi,” ucap Yabes perihal mendukung keluarga di Alor sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
Pria yang besar di keluarga yang gemar sepakbola tersebut pun kagum dengan perkembangan pesat Bali United sejak berdirinya di tahun 2015, terutama dalam segi infrastruktur seperti stadion dan fasilitas latihan. Contohnya seperti renovasi stadion I Wayan Dipta, fasilitas latihan fitness dan tersedianya megastore di dalam stadion. Yabes juga berharap agar bisa terus menjadi bagian Bali United dalam perjalanan karir sepakbolanya.
Perihal harapan untuk perubahan di sepakbola Indonesia, pemain yang memandang Boaz Solossa sebagai sosok idola ini berharap standarisasi kualitas lapangan dapat lebih diterapkan untuk lapangan tanding dan latihan. “Banyak yang stadion lapangannya bagus, tempat latihannya kurang bagus. Ada yang lapangan latihannya bagus, lapangan tandingnya gak bagus. Kalau lapangan latihannya bagus, kita latihannya bagus. Tapi pas tanding lapangannya jelek, kita mainnya jelek. Jadi menurut pandangan saya dua-duanya harus bagus,” ucap Yabes perihal pengalaman bermain di lapangan yang kurang memadai walaupun tersedia lapangan latihan yang bagus.
Sebuah harapan untuk Bali United juga ia tuangkan. “Semoga tahun ini kita bisa lebih baik dari tahun kemarin. Apalagi kita sekarang lagi main di Asia. Pemain kita sudah kompak. Kita pingin menang terus, kita boleh berencana tapi hasil Tuhan yang akan tentukan. Besok kita kerja keras, dan hasilnya harus lebih baik lagi nanti. Untuk liga di tahun ini juga kita ingin seperti di tahun kemarin, bisa juara dan bahagia sama sama. Semoga tren positif itu masih ada disini. Kita bisa kompak sama sama, semoga tahun ini bisa juara lagi,” ucap Yabes yang melihat Hasyim Kipuw sebagai salah satu pemain tertangguh yang pernah dihadapi.
Tips pun juga dibagikan oleh Yabes untuk para pemuda yang tertarik mendalami sepakbola sebagai karir. Selain disiplin sebagai kunci, tak lupa juga seseorang boleh memiliki waktu bersenang-senang untuk menyembuhkan rasa jenuh asalkan teratur. “Kalau saya sih istirahat teratur, makan teratur. Kalau jenuh jenuh mungkin saya ke pantai, nyanyi, dengar dengar musik. Kalau sudah bosen di mes kumpul kumpul ama keluarga … kadang kita bola terus jenuh juga. Salah satu cara keluar dari jenuh itu mungkin ke pantai dulu, santai, rileks, minum air kelapa, habis itu kumpul ama keluarga, balik ke mes dengar musik, main gitar nyanyi nyanyi…,” ucap Yabes yang menemukan obat terhadap rasa jenuh dalam berkumpul dengan keluarga dan teman serta musik.
***
Denis