“Selain rupawan, kamu pintar dan baik hati, deh!”
“Kamu benar-benar hebat dan berbakat sekali!”
“Masakkanmu enak banget, loh!”

Pujian dapat dengan mudah dan cepat terlontar dari bibir seseorang. Namun, tanpa disadari pujian dapat berubah menjadi celaan bila disusul dengan kata “tapi”.

Memuji orang lain dengan tulus sangatlah penting karena dapat membangun rasa kepercayaan diri dalam tiap individu. Asal tak berlebihan hingga membuat si penerima tak nyaman, pujian dapat memberikan efek yang menangkan dan membahagiakan.  

Budaya saling memuji juga menjadi dasar tercetusnya “World Compliment Day”, yang dirayakan tiap tanggal 1 Maret.

Hari unik satu ini mecoba menjawab kebutuhan dasar manusia akan penghargaan dan apresiasi. Dimulai di Belanda, hari yang disebut-sebut sebagai hari paling positif sedunia ini mulai ramai dirayakan di negara-negara Eropa. Media sosial, contohnya Twitter dan Facebook merupakan wadah utama untuk menyebarluaskan informasi kepada masyarakat di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, budaya memuji kerap kali dianggap sebagai bentuk basa-basi. Selain dapat membuat suasana menjadi canggung, pujian atas dasar basa-basi dianggap sebagai ucapan kosong tanpa makna berarti.

Agar pujian terasa lebih berkesan, ada beberapa poin penting yang baik diingat saat ingin memberi pujian kepada orang-orang sekitar.

Pujian yang spesifik

Mungkin kita kerap kali memuji seseorang diawali dengan kata “Kamu hebat”, tetapi pujian satu ini akan lebih membekas di hati si penerima bila ditambah dengan kalimat yang lebih spesifik. Menambahkan alasan atas kehebatan si penerima memberikan kesempatan padanya untuk mencerna dan memahami pujian yang ia terima.

Merubah pujian tersebut menjadi seperti: “Kamu hebat karena sudah berbesar hati mengalah demi kepentingannya” pun terdengar lebih jelas dan mudah dimengerti. Degan begini, si penerima pujian akan lebih cenderung mengingat perilakunya yang terpuji.

Hargai usaha dan proses

Kita sering sekali fokus pada hasil akhir sebuah usaha. Sulit dan mudahnya suatu proses, ditambah dengan kerja keras seseorang mempengaruhi hasil pekerjaan. Hasil akhir ini tak jarang diartikan sebagai kesuksesan atau kegagalan seseorang. Padahal, pembelajaran dan intropeksi diri justru didapat pada proses tersebut.

Menghargai proses seseorang dalam mengerjakan sesuatu sama dengan menghargai tiap perjuangannya untuk mencapai sesuatu. Serta, betapa besar dan giat usaha seseorang agar dapat mencapai suatu hal. Contohnya, pujilah kerja keras seorang pelajar yang belajar pagi dan malam hingga memperoleh ranking pertama di kelasnya.

Fokus tanpa membandingkan

Salah satu nasihat hidup untuk menjaga kesehatan hati dan pikirian yang sering kita dengar ialah “berhenti membandingkan diri dengan orang lain”. Anjuran satu ini juga berarti saat kita ingin memuji orang lain. Ketika kita ingin memuji seseorang, alangkah baiknya jika pujian tersebut ditunjukkan khusus untuk si penerima seorang.

“Kamu selalu berprestasi karena kamu cerdas dari lahir. Coba saja aku bisa sepintar kamu.” Meski diucapkan tanpa dasar iri hati, dua kalimat ini bisa saja membuat si penerima risih dan bingung untuk merespon dengan tepat. Alhasil, momen canggung bisa terjadi di tengah-tengah percakapan. Maka dari itu, sebaiknya fokuskan pujian untuk si penerima karena pujian seharusnya menjadi motivasi mereka dalam mencapai suatu tujuan.

Octa