Komedi dapat dibilang senjata yang paling ampuh untuk meringankan beban kehidupan kita sehari-hari. Hal-hal yang mungkin terasa buruk di masa lalu justru sekarang dapat dikenang menjadi suatu kenangan unik yang lucu dan membuat Anda tertawa. Tidak terkecuali bagi seorang finalis Stand-Up Comedy Indonesia (SUCI 5) Kompas TV yang satu ini. Ternyata Wira Setianagara mendapatkan banyak inspirasi materi komedinya dari pengalaman percintaan pribadinya sendiri yang pernah membuatnya sangat sakit hati.
“Saya terus menerus mengeksploitasi di wilayah patah hati sebenarnya karena saya melakukan stand-up comedy sebagai salah satu cara berdamai. Saya pernah ditinggal nikah, jadi daripada saya makin larut dalam kesedihan, mendingan saya ketawain saja,” curhat Wira di press conference Awards Night Springnation yang digelar di KJRI Melbourne baru-baru ini.
Tema patah hati yang telah melekat pada gaya humor Wira inilah yang membuat penampilan pria asal Banjarnegara ini terus diminati khususnya bagi anak-anak muda. “Dulu saya pernah jadi sok pinter, membahas hal-hal lebih serius seperti sains dan politik. Tapi akhirnya saya balik lagi ke area percintaan, karena saya benar-benar mengalami hal itu sendiri, dan saya tahu banyak penonton juga mengalami hal yang sama.”
Kesedihan Butuh Ditemani
“Saya percaya kesedihan itu butuh ditemani, kesedihan itu butuh perwakilan,” ujar Wira dengan puitis. “Kalau kalian suka komedi, maka tertawakanlah patah hati itu dengan komedi. Kalau kalian suka musik atau membaca, dengarkanlah lagu-lagu dan tulisan-tulisan galau untuk menemani kesedihan itu,” tambah pria yang juga punya kekhasan lewat kumis melintangnya.
“Setelah saya melakukan stand-up comedy, di platform lain saya menulis. Lalu di Youtube saya bikin musikalisasi-musikalisasi puisi. Saya selalu bergerak dan mencoba menggali sejauh mana patah hati ini bisa dinikmati,” imbuhnya.
Kesuksesan Wira Setianagara di ranah stand-up comedy ternyata diawali dengan kecintaannya terhadap hal yang sering dipandang lebih serius: kecintaannya terhadap seni sastra dan gambar. Dengan cerita singkatnya yang lucu, Wira mengaku kariernya dimulai dari obrolan-obrolan ringan dengan teman tongkrongannya yang sama-sama suka sastra.
“Suatu hari saya tanya ke teman saya, ‘kalau saya nerbitin buku gimana ya?’ Saat teman saya coba baca tulisan saya, dia jawab gini, ‘kamu ada hal lain yang sekarang kamu lagi lakukan nggak?’ Lalu saya jawab, ‘gambar!’ Teman saya kemudian tanya lagi, ‘yang lain, yang lain?’ Saya beri tahu kalau saya juga suka stand-up. Terus dia langsung bilang, ‘naah! coba kejar stand-up sampai titik yang bisa kamu kejar.’ Dan saat saya tanya kenapa, dia jawab dengan singkat, ‘nanti kamu tahu sendiri jawabannya’,” jelas Wira panjang lebar meniru obrolan dengan temannya itu.
Setelah itu akhirnya Wira Setianagara menggeluti stand-up comedy dan ikut kompetisi pada tahun 2015 – tiga tahun setelah obrolan itu terjadi. Dua minggu setelah tereliminasi saat telah berhasil masuk ke 10 besar, Wira justru mendapatkan tawaran untuk menerbitkan buku dari tulisan-tulisannya di blog. “Di situ saya berpikir, wah, ini dia jawabannya. Mungkin dari stand-up ini justru orang-orang jadi ingin tahu sisi lain saya yang lebih dalam.” Ujar Wira Setianagara yang telah sukses menjual bukunya berjudul Distilasi Alkena yang berhasil cetak ulang 13 kali.
Terinspirasi Raditya Dika dan Dane Cook
Wira Setianagara mengidolai komika kenamaan yang juga penulis, Raditya Dika. “Sepertinya hampir semua orang yang baru terjun di dunia stand-up pasti mengidolakan Raditya Dika, yang sepertinya membuat stand-up jadi booming banget di tahun 2011 bersama teman-teman komunitas Stand-Up Indonesia lainnya. Sebut saja Ernest Prakasa, Pandji Pragiwaksono, Isman H. Suryaman, dan Ryan Adriandhy,” paparnya.
Dari menonton video-video mereka di Youtube, Wira pun ikut tergoda untuk berpartisipasi hingga akhirnya mengikuti komunitas stand-up di Purwokerto, tempatnya tinggal. Di wilayah regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng & DIY), komunitas-komunitas stand-up berkumpul menjadi satu, Wira dan teman-temannya pun saling sharing dan belajar banyak hingga “bertemu” tokoh-tokoh komedi lainnya yang menginspirasi Wira lebih jauh.
“Dari banyak-banyak berkumpul itu saya juga menemukan komedian-komedian baru dari luar yang menginspirasi, mulai dari Robin Williams, Ellen Degeneres, sampai Chris Rock,” jawab Wira. “Secara personal, saya tidak punya idola yang spesial banget, karena menurut saya semua komedian punya hal-hal spesial tersendiri yang bisa diambil positifnya. Seperti George Carlin, saya suka cara pikirnya yang liar dan menyenangkan. Atau Dane Cook, dimana saya melihat ternyata di luar negeri banyak juga yang membahas mengenai persoalan asmara bahkan dengan lebih tajam. Bo Burnham yang menurut saya sangat amat unik dan skillful banget, hingga sekarang Hasan Minhaj yang juga lagi ramai diperbincangkan dimana-mana, saya memang selalu mencoba untuk terus mengikuti tokoh-tokoh komedi yang dapat menginspirasi saya lebih lagi,” ujar Wira Setianagara membeberkan referensi komedian yang menginspirasinya.
Dari Petani Hingga Komedi
Siapa yang menyangka Wira kecil pernah ingin jadi petani. “Dulu pas masih kecil saya tidak ada cita-cita yang tinggi-tinggi. Dulu saya ingin jadi petani, karena saya pikir kita sampai meninggal butuh makan, dan satu-satunya yang dapat memproduksi makan adalah pertanian,” serunya. Namun seiring bertambahnya usia ia menyadari bahwa hobi pun bisa menghidupi. “Semakin saya dewasa saya melihat orang-orang yang hidup dari passionnya, seperti penari, musisi, hingga saya sendiri sebagai stand-up comedian. Maka dari itu, kenapa enggak? Kalau kamu punya mimpi yang aneh-aneh, pasti bisa! Jadi kejar saja, karena nggak ada yang salah dengan mimpi kita,” ucap Wira lugas. Baginya dengan komedi ia malah berani mengeksplorasi kegelisahan diri sendiri.
Asa