
Sungguh suatu kehormatan bagi Majalah Buset, berkesempatan mewawancarai Ketua/Presiden baru dari organisasi masyarakat Indonesia pertama yang berdiri di Victoria pada tahun 1965 yaitu IKAWIRIA. Widha Chaidir, yang akrab disapa Widha sudah tinggal di Australia sekitar 25 tahun yang lalu untuk bekerja menjadi guru bahasa asing di sebuah sekolah swasta di Utara Melbourne, ia mengajar Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia.
Singkat riwayat pendidikannya, ia menempuh pendidikan sarjananya di Jakarta dengan fokus Bahasa Prancis, dan melanjutkan S2 nya di Prancis dengan fokus Pengajaran Bahasa Untuk Penutur Asing.
Bagaimana bisa bergabung dengan IKAWIRIA?
Pernah tinggal di Prancis, Widha sempat juga aktif dalam berbagai organisasi perkumpulan masyarakat Indonesia yang ada disana, karena berada di negeri orang, tentu itu membuatnya merindukan tanah air sehingga ia mencari sesama orang Indonesia untuk bisa saling berkumpul, berbagi dan bertukar fikiran. Begitu pula saat ia mulai tinggal di Australia 25 tahun yang lalu.
“IKAWIRIA adalah organisasi masyarakat pertama yang berdiri di Victoria tahun 1965, belum ada perwakilan RI disini seperti Konjen dan sebagainya. Cikal bakalnya yaitu dari mahasiswa-mahasiswa terpilih Indonesia yang mendapat beasiswa Colombo Plan dan dikirim ke Australia yang saat itu belum ada perwakilan apa-apa untuk dapat membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, budaya baru, musim dan keadaan baru.”
Widha langsung merasa nyaman dengan IKAWIRIA, mengetahui sejarahnya yang panjang.

Bantuan apa yang paling berkesan untuk Widha oleh IKAWIRIA saat awal datang ke Australia?
Widha mengaku sangat banyak bantuan yang ia dapatkan dari IKAWIRIA saat itu, walaupun ini bukanlah pengalaman pertamanya tinggal di Luar Negeri, ia tetap harus banyak beradaptasi karena Australia tetap adalah tempat baru baginya.
“Budaya dan keadaan di Prancis dan Australia itu sangat berbeda, biasanya jika di Prancis saat Natal itu dingin, di Australia bisa panas. Sangat berbeda maka harus beradaptasi lagi.”
IKAWIRIA tentu berperan sangat penting dalam membantu WIdha beradaptasi dengan keadaan Australia saat itu.
Selama hampir 25 tahun di Australia, mengapa baru sekarang menjadi Presiden IKAWIRIA?
“Sebenarnya dari 20 tahun lalu duduk di pengurusan, sebagai sekertaris, lalu sebagai wakil ketua selama hampir 10 tahun.”
Setelah banyak belajar akhirnya sekaranglah tiba saatnya menerima tongkat estafet tersebut.

Apakah akan ada ‘gebrakan’ baru saat Widha menjabat ketua baru?
Karena adanya pandemi, Widha mengaku bahwa 2 tahun ini IKAWIRIA bisa disebut vakum.
“Dulu sebelum Covid, setiap bulan kita rutin mengadakan kumpul keluarga, dengan mengundang tamu dari luar sebagai pemateri. Karena anggota IKAWIRIA ini banyak yang senior hingga sulit untuk mendapat akses teknologi, maka pertemuan virtual itu kurang efektif bagi mereka.”
Namun beberapa saat lalu, beberapa kegiatan dilakukan oleh IKAWIRIA yaitu seperti piknik, berkumpul-kumpul setelah 2 tahun tidak bertemu. Ada juga kegiatan ‘Peduli Senior’, yaitu dengan mengumpulkan daftar senior-senior yang berusia lebih dari 75 tahun, lalu dikirimkan bingkisan kasih sayang berupa makanan tradisional seperti gudeg, nasi kuning dan sebagainya ke rumah masing-masing.
Anggota IKAWIRIA rajin bergantian menghubungi dan menanyakan kabar dari para senior, untuk mengetahui bantuan apa yang mereka butuhkan, selain juga mengadakan kunjungan berkala ke beberapa anggota di aged care.
“Saya berharap sudah tidak ada lockdown lagi dan sudah bisa berkumpul lagi, selanjutnya kami akan melanjutkan program sama seperti sebelumnya yang belum terlaksana. Tahun ini kurang lebih programnya sama seperti sebelum pandemi.”

Apa berencana untuk melakukan perekrutan anggota muda?
“Tentu sudah ada plan untuk rekrut anggota baru.
Ingin sekali merangkul, merekrut anggota-anggota baru yang muda, bersemangat, berenergi dan kira-kira bisa menjadi junior IKAWIRIA, karena waktu yang terus berjalan, senior-senior sudah semakin sedikit.”
Widha mengatakan bahwa ia sudah berkolaborasi dengan banyak organisasi Indonesia lainnya mengenai ini.
Bagaimana tanggapannya dengan semakin banyaknya organisasi Indonesia di Australi?
“Sebenarnya pasti ada pro dan kontranya, ada positif dan negatifnya, dilihat dari visi misinya saja.”
Menurutnya suatu hal yang wajar apabila komunitas ataupun organisasi Indonesia di Australia itu semakin banyak, karena orang Indonesia di Australia itu semakin banyak dan berasal dari daerah yang berbeda-beda di Indonesia. Memiliki banyak budaya dan perbedaan, maka hal yang wajar orang Indonesia akan mendirikan perkumpulannya sendiri.

Sebagai contoh perkumpulan orang Minang, orang Bali dan lain-lain.
“Malah itu hal baik karena mereka bangga dengan derah mereka sendiri. Tapi harus ada misi bahwa tampilnya mereka bukan hanya untuk daerah masing-masing tapi juga untuk Indonesia. Harus saling bergandengan tangan, agar bukan hanya Indonesia yang mengenali budaya Australia, tapi juga sebaliknya Australia mengenali budaya Indonesia.l”
Apakah IKAWIRIA ambil bagian pada Parade Moomba 2022?
“Iya, IKAWIRIA ikut ambil bagian pada Parade Moomba tahun ini, sekitar 10 atau 9 orang akan berpartisipasi dari IKAWIRIA, dana juga sudah disiapkan dan persyaratan yang sudah dilengkapi.
Tahun ini, konsep yang dipilih adalah Daerah Istimewa Aceh. Akan tampil sebagai wanita-wanita Aceh yang berani berjuang membela Indonesia.”
Sejarahnya yang cukup tua, membuat IKAWIRIA memilih Daerah Istimewa Aceh sebagai konsep yang ditampilkan pada Parade Moomba 2022, walaupun bukan seluruh anggota IKAWIRIA adalah orang Aceh.
Buku yang diterbitkan oleh IKAWIRIA

Pada tahun 2016 lalu, IKAWIRIA menerbitkan buku yang berisi mengenai rekam jejak orang Indonesia yang berada di Australia berjudulkan ‘Footsteps Of Indonesians in Victoria’, diterbitkan pada ulang tahun ke-50 IKAWIRIA dan sudah terjual hampir 200 copy.
Dalam buku tersebut, diceritakan mengenai 57 tokoh Indonesia yang ada di Australia, dan beberapa di antaranya sudah berpulang.
“Untuk buku Jilid ke-2, mungkin beberapa tahun lagi agar isi ceritanya lebih panjang lagi.”
Bagaimana menghubungi IKAWIRIA?
Sebagaimana salah satu tujuan dari komunitas tersebut yaitu memberikan bantuan pada orang Indonesia yang berada di Australia, IKAWIRIA menyebarkan majalah seperti bulletin atau newsletter yang diterbitkan setiap dua bulan sekali dan disebar secara online. IKAWIRIA juga dapat dijangkau secara online, seperti Facebook dan Instagram, sudah terdapat banyak informasi kontak yang dapat dihubungi.
Bisa juga menghubungi 0419344457 (Ibu Tuti) atau 0408010004 (Ibu Widha).
Yang penasaran dengan wawancara Buset bersama Widha, berikut ini adalah video wawancara dengan ketua baru IKAWIRIA tersebut