
Tak kurang dari empat puluh orang tamu berkumpul di aula Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Jumat, 28 Juli 2017, untuk memenuhi undangan acara perpisahan Irma Maulia, mantan petugas komunikasi, sekaligus menyambut kedatangan dua petugas baru, Faisal M. Perdanaputra dan Kilin Prasetyo. Malam pisah sambut itu berlangsung hangat dimulai dari ramah tamah dan santap malam bersama, kata sambutan dari masing-masing pihak hingga pemberian hadiah perpisahan.
Bertanggung jawab atas keamanan kantor, pengiriman informasi antara perwakilan dengan pusat, serta urusan-urusan teknis, Irma memang jarang bertatap muka langsung dengan masyarakat. Ia menuturkan bahwa pengalamannya bekerja di KJRI Melbourne telah menimbulkan kesan yang baik, dan meski sibuk luar biasa, ia bersyukur karena memiliki rekan-rekan kerja yang suportif. “Saya merasa sangat beruntung bisa memiliki teman-teman Indonesia yang jago IT, sehingga banyak kebantu sama mereka, bisa sharing sama mereka, dan, alhamdullilah, so far kerjaan utama tetap jalan, dan tidak banyak kendala,” ujarnya.

“Satu lagi yang saya senangkan itu bahwa Ibu [Dewi] juga mengerti bagaimana repotnya punya anak kecil. Jadi kalau saya dan suami lagi repot sama anak-anak itu bisa dimaklumi. Aku ingin bilang terima kasih ke Ibu, karena telah kasih pengertian itu ke aku dan keluarga. Senang bisa dapat pimpinan seperti Ibu Dewi,” tambah Irma. Sebelumnya, tidak pernah terlintas di benak ibu dua anak ini bahwa ia akan ditempatkan bekerja di Negeri Kangguru. Meski awalnya tidak tahu apa-apa tentang kota Melbourne, setelah tiga tahun menetap, ia justru ingin menghabiskan lebih banyak waktu di kota multikultural tersebut. “Yang senangnya kota ini adalah the most livable city, ya. Saya sebagai orangtua dengan anak-anak yang masih kecil suka sekali tinggal di sini karena semuanya lengkap. Fasilitas transportasi umumnya canggih,” kenangnya.

Menyusul penugasan Irma kembali di Ibu Kota, pekerjaan “di balik layar” ini lalu diserahkan kepada Kilin Prasetyo, S1 Universitas Terbuka Banten, yang sudah pernah bekerja di bidang komunikasi Kantor Kementerian Luar Negeri wilayah Eropa dan Afrika Utara. Sama seperti Irma, Kilin juga tidak menyangka akan ditempatkan bekerja di kota Melbourne. Usai menetap selama tiga hari, ia mengaku suka dengan cuaca dan keteraturan kotanya.
“Kalau saya sih memiliki prinsip bahwa kita tidak bisa melihat masa depan. Saya pun tidak pernah menyangka akan ditugaskan disini, tapi so far senang dengan kota ini.” Tiga tahun akan bertugas mengamankan komunikasi, infrastruktur internet, dan fisik KJRI Melbourne, Kilin berharap agar dapat memberikan layanan terbaik bagi masyarakat Indonesia di Melbourne. “Agar pelayanan terhadap masyarakat, terutama WNI itu lebih bagus dan lebih cepat juga, supaya KJRI jadi rujukan pertama untuk WNI yang ada di sini dalam menjadi tempat mengurus administrasi atau keperluan lainnya,” ungkap Kilin.

Faisal M. Perdanaputra juga memiliki harapan yang sama tentang keberadaannya sebagai Konsul Protokol dan Kekonsuleran di KJRI Melbourne hingga tiga setengah tahun ke depan. Berlatar belakang pendidikan S1 jurusan Sastra Rusia di Universitas Indonesia, penempatan pertama pria asal Jawa Tengah ini adalah di Moskow pada tahun 2010-2013.
Ia mengatakan sangat bersyukur bisa ditempatkan di Australia, karena istri dan anak-anaknya juga berada di benua yang sama, hanya lain kota. Dengan jadwal yang menurutnya akan cukup padat di KJRI Melbourne, ia berharap agar masih sempat mengunjungi keluarganya di Perth.
Untuk menambah keakraban antar petugas baru dan para tamu, acara yang berlangsung selama tiga jam tersebut dilanjutkan dengan foto dan karaoke bersama.
Nasa