Aktor yang sering muncul di televisi dan layar lebar sejak tiga puluh tahun yang lalu ini turut meramaikan Indonesian Film Festival di Melbourne, membintangi salah satu film yang ditayangkan di Australian Centre for the Moving Image (ACMI) 13 April lalu, Surat dari Praha.

Di bayangan sutradara Angga Dwimas Sasongko, Tio lah satu-satunya orang yang dapat memainkan tokoh Jaya, seorang mahasiswa yang kehilangan kewarganegaraannya di awal rezim Soeharto. Saat menemani sang istri berobat di Singapura, pria kelahiran Jakarta 53 tahun yang lalu ini “dipinang” oleh sang sutradara untuk mewujudkan visi tersebut.

Tidak menjadi keputusan yang sulit bagi pemenang dua Piala Citra untuk Pemeran Pria Utama tahun 1991 dan 2008 ini untuk menerima tawaran memerankan figur historis tersebut. Keinginan beliau untuk memiliki andil dalam memproduksi suatu film yang berlatarkan tahun ’57 hingga ’67, telah menjadi alasan dirinya mau terlibat dalam projek Surat dari Praha.

“Film ini adalah tentang seorang mahasiswa yang menjadi stateless (kehilangan kewarganegaraan) hanya karena dia adalah bagian dari rencana kerjanya pendidikan Orde Lama dan tidak setuju dengan pemerintahan Orde Baru. Atas dasar keyakinan itu, kemudian hidupnya menjadi sangat menderita di negeri orang pada usia yang sangat muda. Dasar itulah yang membuat saya tertarik untuk memerankan tokoh ini. Karena perjuangan dan penderitaan.”

“Bukan kisah cintanya, ya,” canda beliau.

Tema dari film yang dirilis tahun 2016 ini memang adalah tentang cinta yang berbalut kesetiaan. Tentang bagaimana seorang wanita bernama Laras, diperankan oleh Julie Estelle, terbang ke Praha untuk bertemu dengan karakter Tio, untuk memberikan sekumpulan surat dari karakter mendiang Ibunya yang dulunya pernah menjalin hubungan dengan tokoh Jaya.

Chemistry yang terbangun antara Tio dan Julie tidak datang dengan sendirinya, melainkan melalui latihan yang tidak berhenti. Beliau mengaku suka bekerja dengan lawan mainnya tersebut, karena Julie dianggapnya sebagai sosok yang cerdas, bisa diajak bekerjasama, dan mau belajar.

Sesuai judul dan alur film, Letters from Prague ini mengambil lokasi syuting di Praha selama tiga minggu. Segenap kru film harus pandai bergerak cepat sepanjang proses syuting di kota bersejarah di Eropa tersebut, karena harus sering berpindah lokasi. Praha di mata Tio memiliki pemandangan yang fantastis.

Aktor dengan nama lengkap Irwan Susetyo Pakusadewo ini sangat bangga dan berterimakasih pada Indonesian Film Festival. Menurut beliau, acara ini telah memberikan kesempatan bagi masyarakat Australia untuk dapat menyaksikan hasil kerja keras segenap kru Surat dari Praha, yang ingin mempertontonkan penderitaan Mahasiswa Ikatan Dinas (Mahdi) yang harus meninggalkan Tanah Air demi tuntutan kerja, namun berujung menderita di negeri orang. “Saya senang banget film ini bisa tampil karena visi yang ingin capai itu akhirnya benar-benar sampai. Mudah-mudahan segala sesuatu yang kita kerjakan dengan benar, dengan sepenuh hati dan air mata ini bisa dihargai, karena kita merasakan benar penderitaan mereka itu. Kasihan.”

Pria yang sudah pernah unjuk gigi di film The Raid 2 tersebut tentunya memiliki seorang tokoh inspirasi yang mendorongnya untuk terus berkarya dalam dunia akting, yang dilihatnya sebagai “the act of imitating life” (aksi menirukan kehidupan). Tokoh tersebut tidak lain adalah Bruce Lee. Keberadaan sang aktor seni bela diri tersebut telah memberi dampak pada masa kecil dan perjalanan karir Tio Pakusadewo.

“Bruce Lee, he is my idol. My imaginary mentor. Karena masa kecil saya banyak diselamatkan oleh kalimat-kalimatnya dan kelaki-lakiannya Bruce Lee. Dari Bruce Lee, saya belajar untuk kokoh terhadap apa yang kita impikan. Karena, semua tidak akan terlaksana, akan hanya menjadi ucapan, jadi omongan, kalau kita enggak action, tidak melakukannya.”

Tentang kolaborasi impian, beliau berharap sekali agar dapat berbagi layar dengan dua aktor legendaris dunia yang keduanya telah menerima piala Oscars.

“Doain saja. Saya ingin bermain dengan De Niro atau Nicolas Cage. Mudah-mudahan tahun ini ada kesempatan,” tutupnya sambil tersenyum.

 

Nasa