Hari Paskah adalah hari raya yang sangat ditunggu-tunggu umat Kristiani seluruh dunia, karena merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi gereja Kristen. Hari tersebut, dimaknai sebagai hari pengampunan untuk umat Kristen kepada Tuhan yang telah rela meninggalkan dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Hari tersebut merupakan tiga hari setelah Yesus Kristus meninggal di kayu salib.

Setiap daerah memiliki tradisi masing-masing dalam merayakan datangnya Paskah, walaupun begitu, perayaannya tidak pernah lepas dari keidentikan adanya simbol kelinci dan telur. Seperti tradisi menghias telur, menyembunyikan telur pada malam Paskah untuk kemudian dicari oleh anak-anak pagi harinya dan masih banyak lagi.
Ternyata banyak tidak diketahui, bahwa keidentikan hari Paskah dengan telur dan kelinci bukanlah berasal dari agama tertentu melainkan dari tradisi turun-temurun. Yuk kita ketahui lebih banyak!
Disebutkan oleh beberapa pakar, telur paskah dan kelinci paskah yaitu berasal dari festival Anglo-Saxon. Festival tersebut merupakan perayaan Dewi Eostre yang dilakukan pada musim semi, bersamaan dengan hari Paskah.
Pada abad kedua, penyebar agama Kristen mengambil alih festival perayaan tersebut menjadi hari Paskah dengan mentransformasikannnya dengan ajaran kekristenan. Pada festival Anglo-Saxon, kelinci dimaknai sebagai kesuburan, karena ia adalah hewan yang sangat cepat dalam berkembang biak. Kelinci juga disebut sebagai simbol dari musim semi. Sedangkan telur disimbolkan sebagai cikal-bakal kehidupan atau kebangkitan. Ditransformasikan dengan ajaran kekristenan, telur dimaknai sebagai simbol dari kebangkitan Tuhan Yesus. Cangkang telur yang keras juga disimbolkan sebagai penyegelan makam Yesus.
Saat ini, hampir sama dengan tokoh hari Natal, Santa Klaus, kelinci Paskah diceritakan sebagai kelinci yang membawa keranjang berisi telur-telur hias, coklat, permen dan mainan berwarna-warni yang akan mendatangi anak-anak berbudi baik.