Di tahun yang ke-11, Indonesian Film Festival (IFF): The Wonders of Indonesia menunjuk aktris berparas cantik yang sedang naik daun, Tara Basro sebagai Brand Ambassador. Andi Mutiara Pertiwi Basro yang lebih akrab disapa Tara Basro mulai dikenal di dunia perfilman saat bermain di film Catatan Harian si Boy pada tahun 2011. Beberapa judul film layar lebar yang sukses dibintangi aktris kelahiran Jakarta ini antara lain Pendekar Tongkat Emas, Killers, A Copy of My Mind, dan Another Trip to The Moon.

Tara mengutarakan bahwa dirinya senang sekaligus bangga mengemban tugas sebagai Duta IFF 2016 karena menurutnya ini merupakan kesempatan emas untuk mempromosikan karya anak bangsa di mata dunia. “Awalnya di approach sama anak-anak IFF, mau nggak jadi brand ambassador-nya IFF. Of course I want to, I think it’s very nice kalau ada anak-anak yang sekolah di luar (negeri) terus ngadain acara untuk membantu perfilman Indonesia, jadi I’m on board straight away. I feel happy, because I have the chance to spread the filmmakers’ work into a wider audience,” ujar pemenang Piala Citra 2015 kategori Aktris Utama Terbaik untuk perannya sebagai Sari di film A Copy of My mind.

IFF it’s a very young festival, kebetulan yang kerja anak-anak muda semua, I think it’s good in a way untuk anak-anak yang di IFF untuk belajar how to work as well.” tambahnya.

Melihat adanya penonton orang Indonesia dan non-Indonesia pada pemutaran Another Trip to The Moon di IFF, wanita 26 tahun ini mengaku sangat berharap agar semua dapat terhibur dan lebih menghargai kebudayaan Indonesia. Film karya sutradara Ismael Basbeth ini tidak mempunyai dialog dan bercerita mengenai perjalanan seorang perempuan bernama Asa, yang tinggal di hutan dengan kekasihnya, demi menjauhkan diri dari ibunya. Digambarkan lewat cerita cinta yang tidak biasa, yaitu perempuan dengan perempuan. Kendati demikian, film tersebut disampaikan dengan menggunakan elemen-elemen seperti mitologi dan legenda asal Indonesia.

BUSET EKSKLUSIF - TARA BASRO 1“Untuk aku, berperan di sini jauh lebih susah karena kita sudah biasa mengutarakan emosi melalui berbicara, jadi it was a big challenge for me. Untungnya sutradaranya cukup kuat dengan visinya jadi dia menanamkan apa yang dia mau proyeksikan di film ini melalui aku. So it was a lot easier, and with the help of everybody,” jelas Tara mengenai pengalamannya membintangi Another Trip to The Moon.

Sangat disayangkan, penonton yang datang tidak memenuhi bangku sinema yang sudah disiapkan. Akan tetapi tetap terlihat antusiasme warga Australia yang melontarkan berbagai pertanyaan seusai pemutaran film. Pasalnya, banyak penggambaran film yang simbolik sehingga bisa menuai interpretasi yang berbeda. “I think it’s the same as how you guys see it, it’s pretty different. I’m just going to leave it based on your perception, but what I can tell you is that it’s actually a journey about a woman who is trying to regain her freedom. It’s represented with an unconventional love instead of man and woman,” jawab Tara.

Mengenai adegan intim padaA Copy of My Mind, menurut Tara, “I never look at it like ‘ahh it’s a sex scene, it’s an intimate scene’ because it’s necessary for the story in a way. Kayak gini deh, once I watched an Indonesian film, terus sudah gitu ceritanya si cewek ini is having an affair with another man, tapi pas aku nonton itu selingkuhnya cuma pegangan tangan, ngobrol-ngobrol. It’s not believable you know, you need that to show the intimacy. Kenapa perempuan ini berselingkuh sama laki-laki ini kalau hubungannya sama saja dengan hubungan yang dia punya dengan suaminya. So to me, it’s not just an intimate scene, it’s a way to express emotion and intimacy,” lanjut Tara kepada BUSET.

Hal-hal seperti adegan intim tidak membatasi dirinya selama dibutuhkan untuk mendapatkan kepercayaan terhadap karakter yang ia perankan. “Karena I take my job very seriously. Aku ingin menciptakan dunia dimana orang dapat tenggelam didalamnya. It’s not about just watching a film.”

Disinggung tentang norma masyarakat Indonesia yang kadang masih menganggap hal tersebut tabu, serta dunia perfilman yang diatur ketat oleh lebaga sensor, Tara tidak terlalu khawatir mengenai reaksi negatif yang mungkin ia terima karena komitmennya untuk berperan di dalam adegan seperti itu. “Selalu ada hal-hal (reaksi negatif) seperti itu, tapi aku nggak mau terganggu, karena this is my art, dan tidak ada orang yang dapat mengganggu itu. I try to keep true to myself all the time,” paparnya.

Dalam waktu dekat ini, Tara berencana memerankan film musikal yang terinspirasi dari film musikal tahun 1956 berjudul Tiga Dara karya sutradara Usmar Ismail dan dibintangi oleh Chitra Dewi, Mieke Wijaya, dan Indriati Iskak. Versi 3 Dara yang baru ini akan disutradarai oleh Nia Dinata. “It’s a musical, and its fun. I cannot say much yet. Ada beberapa musical number, untuk beberapa karakter they would have their own solo song, yang bareng-bareng juga ada,” tuturnya semangat.

Mengakhiri wawancaranya dengan BUSET, Tara berpesan untuk para pelajar yang sedang merampungi jenjang pendidikan di Australia. “Absorb as much knowledge as you can, and also cherish every moment. Because sometimes when you’re in school you take it for granted. Ingin cepat-cepat selesai. But the thing is, ketika kalian sudah kerja, it’s a totally different thing and you’re going to miss school so much, so I think you should cherish today and be as creative as possible.”

Tara sendiri optimis bahwa kedepannya perfilman Indonesia akan lebih menjanjikan. “Right now the situation is not in the perfect condition. Tetapi sekarang banyak talenta-talenta muda yang bermunculan, dan saya rasa anak-anak Indonesia juga banyak yang sekolah di luar, dan masuk sekolah perfilman. Hopefully nanti ada layar yang lebih banyak lagi, terus adanya script yang lebih matang, yang lebih bervariasi, mungkin anak-anak mudanya nanti akan lebih berani mengeksplor,” harapnya. 

 

Sasha
Foto: Krusli