Ada semburat kelelahan membayangi wajah Marsha Timothy. Parasnya sih tetap cantik. Istri dari aktor Vino G. Bastian ini juga tetap ramah menyambut Buset. Rupanya tebakan Buset tak meleset, dua hari sebelum keberangkatan Marsha ke Melbourne, ia baru menuntaskan syuting Kulari Ke Pantai di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, yang tayang bulan Juni 2018 (dan sangat mungkin hingga tulisan ini diterbitkan, film ini masih diputar di bioskop-bioskop Indonesia), bertepatan dengan libur Lebaran dan libur sekolah.
Berlari dari Satu Proyek Film ke Film Lain
Film anak-anak besutan Riri Riza dan diproduseri Mira Lesmana ini mengharuskan Marsha dan para pemain di film tersebut untuk melakukan road triplintas Jawa, lebih dari 1.000 kilometer, dari Jakarta ke Banyuwangi hingga ke Pulau Rote. “Ini pengalaman baru karena ini film yang paling banyak berinteraksi dengan anak-anak. Tidak cuma itu, syuting di perjalanan itu tidak mudah, travellingpaling mudah memperlihatkan karakter orang sebenarnya,” ungkap ibu dari Jizzy Pearl Bastian itu.
Lalu bagaimana kesannya menghabiskan satu bulan syuting dalam perjalanan melintas Jawa bersama dua lawan mainnya yang terbilang masih sangat belia, Maisha Kanna dan Lil’li Latisha? Ternyata Marsha terkesan dengan profesionalitas keduanya. “Mereka sangat profesional, mereka sama sekali tidak mengeluh. Tidak ada yang namanya menunggu mood, sangat memudahkan pekerjaan kita semua. Energi mereka berdua positif dan itu menular ke kita semua,” pujinya. Dua aktris cilik ini pernah ikut serta dalam produksi teater musikal Petualangan Sherina.
Sebelum Kulari ke Pantai merambah bagian timur Indonesia, Marsha sudah lebih dulu menjamah Pulau Sumba untuk filmnya yang berjudul Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak(Marlina the Murderer in Four Acts). Film yang sempat diputar di Melbourne dalam rangkaian Indonesian Film Festival (IFF) 2018ini berkisah tentang perempuan asli Sumba. “Di Jakarta saya berlatih khusus dialek Sumba selama dua bulan sekaligus melakukan pendalaman karakter. Kami juga melakukan observasi selama 10 hari di Sumba. Kami harus berinteraksi langsung dengan mereka,” kenang Marsha yang sebelum terlibat di film karya Mouly Surya ini mengaku belum pernah ke Sumba.
Buatnya, pengalaman terlibat dalam film Marlina, jika boleh kami sederhanakan, ini begitu berkesan. “Kami berinteraksi dengan ibu-ibu di suatu kampung. Dapurnya sangat tradisional. Wanita Sumba itu tangguh-tangguh. Mereka harus berjalan jauh mengambil air. Mereka tidak mengerti apa itu konsep feminisme, tapi mereka kuat,” bebernya. “Kehidupan orang Sumba sangat jauh berbeda dengan kehidupan di Jakarta. Dekat dengan Bali secara geografis tapi tetap terasa jauh. Di Sumba pendidikan masih sulit, ini daerah yang indah tapi paling miskin di Indonesia. Mereka harus berjalan sangat jauh menuju sekolah atau harus naik kuda.”
Apakah Marlina jadi proyek film terberatnya sejauh ini? Ternyata tidak juga. Menurutnya tiap produksi film yang ia lakoni punya tantangan tersendiri. Malah menurutnya memerankan karakter yang tipis atau bersisian dengan kehidupannya itu cenderung lebih sulit. “Jadi orang Jakarta juga susah. Memerankan yang begitu dekat dengan kita itu susah lho, kita tidak harus seperti berakting, tapi itu juga bukan karakter kita sebenarnya,” jelasnya.
Mengalahkan Nicole Kidman
Keseriusannya dalam mendalami tiap peran yang diberikan juga pada akhirnya berbuah manis. Untuk film Marlina, ia dinobatkan sebagai Aktris Terbaik di Sitges International Film Festivaldi Spanyol tahun 2017, mengalahkan Nicole Kidman, Masami Nagasawa dan Monika Balsai. Tahun ini juga Marsha masuk nominasi sebagai Aktris Terbaik dalam Asian Film Awards yang nota bene dianggap sebagai penghargaan sekelas Oscaruntuk perfilman Asia. Tak hanya itu, film Marlina juga mendapat empat nominasi dan jadi film Indonesia dengan nominasi terbanyak sejauh ini.
“Penghargaan itu sebenarnya bonus. Saya syukuri, dan untuk kemenangan saya di Sitgesitu saya tidak menyangka karena kandidatnya tidak main-main. Buat saya penghargaan itu jadi paucan buat saya untuk berkarya lebih baik lagi. Saya tidak akan pernah mau membuat pengakuan itu jadi beban. Misalnya, kalau begitu ke depan saya harus memilih hanya peran-peran tertentu, tidak juga. Saya hanya ingin lebih baik dari sebelumnya.”
Berbagi Peran Sebagai Ibu
Tak hanya sibuk mengejar prestasi, Marsha Timothy juga tengah asyik menjalani perannya sebagai ibu untuk putri semata wayangnya yang mulai menginjak usia lima tahun. “Saya bersyukur pekerjaan saya memungkinkan saya untuk membawa anak,” tuturnya. Ia kerap membawa Jizzy untuk ikut ke lokasi syuting. Termasuk saat ia harus berkelana ke berbagai daerah di Pulau Jawa untuk Kulari ke Pantai, anaknya pun sempat turut serta. “Sekarang ia sudah mulai sekolah, jadi tidak bisa seenaknya ikut,” tambah Marsha sambil diiiringi tawa.
“Semakin besar, keingintahuannya juga makin besar. Saya bersyukur ia bisa melihat lingkungan kerja ayah dan ibunya, lalu melihat hasilnya. Ia sudah sangat mengerti apa yang dilakukan orangtuanya.” Ia pun bersyukur dapat kembali beradu akting bersama sang suami di film yang paling dinanti, Wiro Sableng, yang akan ditayangkan Agustus 2018 mendatang. Film ini hangat diperbincangkan setelah masuk dalam trailerfilm Deadpool 2dan menggaet studio film besar Hollywood, 20th Century Fox. Marsha nantinya akan berperan sebagai Bidadari Angin Timur. Ia mengaku sebenarnya film ini sudah syuting lebih dulu ketimbang Kulari ke Pantai, tapi memang jadwal rilisnya belakangan. “Tahun ini terbilang tahun yang sibuk, tapi selalu ada jeda.”
Deste
Foto: Nys