Tiga sekawan dari Indonesia yang turut bertanding di Ironman Sydney
(dari kiri) Herry Hartio, Susi, Budijanto (suami Susi)

Setelah berenang di tengah perairan dingin sejauh 1.9 kilometer selama 58 menit, Susi, demikian sapaan akrabnya, kemudian mengambil sepeda untuk menaklukkan jarak tempuh 90 kilometer. Baru saja mengayuh sepedanya sepanjang 200 meter, mendadak medan yang dilalui menyempit, berkelok dan menurun. Ia pun akhirnya harus terperosok hingga mengalami luka gores di sekujur tangan, kaki dan bibir. Meski begitu, sambil menahan perih dan nyeri, ia tetap melanjutkan perjalanan. Tekadnya, harus sampai ke garis finish.

Jika kembali menengok ke belakang, hingga April tahun 2016, tak pernah muncul di benak Susi untuk mengikuti lomba semacam Ironman Triathlon ini. Ia bahkan tidak bisa berenang dan tidak pernah berlari. Ketika itu, Susi hanya menemani sang suami, Budijanto Gunawan, berlomba di Putrajaya, Malaysia. Di sana ia melihat bahwa orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan juga yang bertubuh tidak ramping pun bisa mengikuti lomba triathlon. “Saya jadi terpacu, karena mereka saja mampu. Seharusnya saya juga bisa,” ungkap Susi saat berbicara dengan Buset via telepon selepas menuntaskan perlombaan Ironman Triathlon 70.3 Western Sydney Asia Pacific Championship.

Di bawah kibaran Merah Putih

Sejak saat itu ia mulai berlatih lari dan beberapa bulan kemudian ibu dua anak ini mulai intensif berlatih sepeda dan renang. Semua ia mulai dari nol. Setiap hari ia berlatih, dan tiap akhir pekan intensitas latihan ia tambah. Sekitar 2.5 bulan sebelum Ironman, Susi dan suami juga mulai berlatih pagi dan sore hari. Sebelum Ironman, Susi sudah menjajal tiga perlombaan serupa meski tidak seberat Ironman, untuk menyiapkan fisik dan mental.

Ia berhasil menaklukkan 1.9 kilometer renang, 90 kilometer bersepeda, dan 21.10 kilometer lari half marathon dengan total waktu 7 jam 16 menit diiringi luka dan lebam di sekujur tubuh akibat insiden terjatuh dari sepeda. Namun, semua usaha yang ia lakukan terbayar sudah ketika ia menapaki karpet merah khas Ironman, menuju garis finish. Susi adalah satu-satunya wakil wanita dari Indonesia.

Tahun ini, Ironman Triathlon di Western Sydney di Port Macquarie hanya diikuti tiga peserta dari Indonesia; yakni Susilawati Hendro, suaminya Budijanto Gunawan (berhasil menyelesaikan perlombaan dengan catatan waktu 5 jam, 54 menit), dan teman mereka Herry Hartio (berhasil mencatatkan waktu 5 jam, 46 menit).

Meskipun luka dan lebam, Susi tetap berhasil melewati garis finish

Ironman Triathlon merupakan salah satu seri perlombaan triathlon yang diorganisir oleh World Triathlon Corporation (WTC) dan termasuk salah satu event olaharga satu hari yang paling berat di dunia. Di Australia, Ironman Triathlon diadakan di Port Macquarie, New South Wales, dan di Busselton, Australia Barat. Sedangkan Ironman Triathlon 70.3 dikenal juga dengan istilah half Ironman.

Tiada yang tak mungkin

Susi membuktikan bahwa siapapun bisa mengikuti perlombaan yang menguras fisik dan mental seperti Ironman Triathlon asal punya tekad, fokus dan konsisten berlatih. Bahkan ia bisa berkata bahwa perlombaan semacam ini sebenarnya 90 persen perkara mental, 10 persen urusan fisik. “Saya memang orangnya tidak mudah menyerah. Dari tidak bisa, asal mau belajar, pasti bisa,” ungkapnya.

Meilana (dua dari kanan) turut hadir mendukung sang suami (Herry) dan kedua temannya

Ia pun merasakan bahwa sejak rajin berlatih dan kerap mengikuti lomba lari, ia menjadi pribadi yang lebih sabar. “Saya jadi menyadari pentingnya sebuah proses, belajar sabar, dan selalu positive thinking,” serunya.

Susi mengaku dulu gemar belanja dan suka barang-barang bermerek. Namun sejak menjadikan olahraga sebagai pilihan gaya hidupnya, ia tak lagi membeli barang-barang tersebut. “Ternyata olahraga bisa mengubah lifestyle seseorang,” lanjutnya.

Untuk kejuaraan selanjutnya, ia akan mengikuti triathlon di Sungailiat, Bangka. Menurutnya, Indonesia sebenarnya punya potensi besar untuk menjadi tuan rumah gelaran olahraga seperti triathlon. Medannya menantang, diselingi pemandangan indah, tapi sayangnya, menurut Susi, sumber daya manusianya belum siap untuk menggelar acara-acara yang sifatnya masif semacam ini. Ya semoga saja, Indonesia kian diperhitungkan untuk menyelenggarakan event olahraga berkelas internasional. Dan bonusnya, turut mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia agar semakin sehat.

 

 

 

 

Deste