Saya tidak akan bohong, saya biasanya akan menulis sebuah uraian singkat tentang pengalaman perjalanan saya dan membiarkan foto-foto yang menceritakan cerita lebih lanjutnya, karena saya merasa bahwa kata-kata saya tidak akan pernah menjelaskannnya dengan tepat!
Tapi, kali ini, saya telah menerima begitu banyak pertanyaan tentang Labengki. Karena tidak banyak blog atau artikel tentang daerah ini yang ditulis dalam Bahasa Inggris dan saya orang Indonesia dan Labengki berada di Indonesia, saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Saya akan mencoba sebaik-baiknya untuk mengumpulkan panduan dengan informasi sebanyak mungkin sehingga, semoga saja, saya dapat membantu Anda semua merasakan keindahan yang diberikan pulau ini kepada saya.
Catatan penting:
- Kami berpetualang menggunakan sebuah perusahaan pemandu wisata di
- Biaya yang dihabiskan adalah sekitar AUD600 per orang; termasuk makanan, akomodasi, tur, pemandu tur, transportasi. Mengenai harga, mohon agar tidak dijadikan panduan karena kami menerima diskon besar-besaran setelah memesan beberapa tur sekaligus dalam sekali perjalanan.
- Kami pergi ke Kepulauan Labengki dengan menggunakan perahu kayu tradisional. Saya sarankan agar Anda merencanakan transportasi Anda terlebih dahulu.
- Bawa sepatu trekking Anda karena pendakiannnya cukup sulit dan juga membawa obat-obatan karena sulit untuk mendapatkan persediaan ini akibat keterpencilan pulau.
- Tidak ada sinyal di 99% area Labengki, jadi saya sangat menyarankan Anda untuk ikut tur. Tidak ada sinyal berarti Anda tidak bisa meng-google Dan pergi tanpa pemandu wisata akan membuat Anda merasa seperti kentang yang tidak berguna.
- Unduh musik offline atau buku elektronik untuk mengisi waktu senggang Anda pada saat tidak ada sinyal.
Cara Menuju Pulau Labengki:
Pulau Labengki terletak di Sulawesi Selatan, Indonesia.
Ringkasan:
Dari Bali, naik pesawat ke Makasar (UPG) durasi 1 jam → pesawat ke Kendari (KDI) durasi 1 jam → melalui jalur darat menuju ke pelabuhan Tanasa durasi 1 jam → dengan kapal ke Pulau Labengki durasi 1-2jam.
Untuk memesan penerbangan lokal di Indonesia, gunakan Traveloka
Bandara terdekat:
Bandara Haluleo (KDI) di kota Kendari
Penerbangan dari Bali:
Hampir semua penerbangan akan transit di kota Makasar (UPG) yang berdurasi 1 jam lalu 55 menit lagi untuk penerbangan dari Makasar ke Kendari.
Transportasi darat:
Ketika kamu sampai di bandara Haluleo (KDI) di Kota Kendari, kamu harus naik mobil untuk ke Pelabuhan Tanasa dengan durasi 1 jam dari bandara.
Karena kamu hanya dapat menuju Pulau Labengki dengan kapal, kapal ini sudah dijadwalkan untuk meninggalkan bandara tiap pukul 8 pagi, paling telat pukul 9 pagi.
Waktu Terbaik:
Musim hujan: Juni – September
Musim kering: Oktober – Mei
Musim ubur-ubur: Desember
Ya, kami pergi pada Bulan Desember dan disengat oleh ubur-ubur berkali-kali. Saya sangat menyarankan untuk tidak pergi pada bulan Desember demi kesehatan kulit. Jika tidak, Anda akan tercium seperti botol cuka seperti kami!
Akomodasi:
Rumah Tinggal
Ini berarti Anda akan tinggal di rumah penduduk setempat di “Labengki Kecil”
Pondok Pantai Pulau Labengke
Yang seperti pulau pribadi. Biayanya AUD50 per orang per malam dan termasuk makanan tapi ada beberapa kondisi kehidupan yang perlu diingat:
- Listrik hanya tersedia dari pk 6-18
- Kamar mandi sangat tradisional dan ini menjadi hal yang sangat penting jika Anda adalah orang yang sangat suka kebersihan
- Tidak ada sinyal atau wifi
Nirwarna Resort
Kami awalnya ingin tinggal di sini, tapi mereka sementara tutup karena beberapa kondisi yang kami tidak ketahui. Dari resort ini, Anda bisa melihat laguna berbentuk hati secara langsung.
Makanan:
Jika Anda tinggal di rumah atau Lanbengki Beach Hut, makanan sudah termasuk semua.
Makanan yang disajikan adalah makanan tradisional Indonesia dan kopi instan. Saya tidak akan berbohong dan mengatakan itu sangat lezat, tapi kami beruntung karena kami tidak sakit perut seperti yang awalnya kami antisipasi! Ingatlah bahwa pulau ini sangat terpencil jadi jangan mengharapkan sesuatu yang mewah. Jika Anda ingin membeli beberapa makanan kecil atau minuman ringan, Anda perlu naik perahu ke Labengki Kecil.
Lokal:
Kami mengunjungi Labengki Kecil dimana semua penduduk setempat tinggal dan mereka menyambut baik para turis. Semua anak tampak sangat bahagia dan bermain dengan mobil terbuat dari karton.
Berikut adalah tip khusus untuk semua pecinta internet: jika Anda mendaki ke tebing terdekat Anda, di bagian paling belakang, Anda kemungkinan bisa mendapatkan sinyal 3G.
***
Apa yang Kami Lakukan di Kepulauan Labengki
Sekali lagi, semua lokasi ini merupakan rekomendasi paket tur kami.

Lubang Tobelo
Naik 20 menit dari Labengki Resort dan waktu yang terbaik untuk datang ke sini adalah pagi sekali sebelum air pasang. Kami datang sedikit terlambat sehingga dalam perjalanan keluar, air laut itu mengalir melalui lubang kecil dan menyeret saya sampai saya terkena karang. Di dalam adalah sebuah danau terpencil dan tempat itu sangat luar-biasa indah, damai dan tenang!
Danau Kembar
Dari Lubang Tobelo ke Danau Kembar hanya butuh waktu 10 menit. Ini bernama kembar karena ada dua danau yang terlihat persis sama.
Rumah Nenek
Saya jamin bahwa saat kapal tiba di sudut pintu masuk, Anda tidak akan bisa menahan diri untuk tidak berteriak bagaimana biru dan memikat warnanya! Ini sangat mirip dengan yang ada di majalah!
Ini dinamakan rumah nenek karena menurut ceritanya, tempat ini telah dipandu oleh nenek berusia 100 tahun. Ada empat laguna yang indah di daerah itu dan tentu saja, kamera drone adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan tempat ini dengan benar.
Goa Berlian

Bila dihadapkan dengan kegelapan dan jika Anda tidak suka tempat kecil seperti saya, Anda pasti membutuhkan obor. Begitu Anda masuk ke dalam gua, Anda akan merasakan sentuhan lembut angin dingin di kulit Anda.
Goa Kelelawar (Bat Cave)

Gua ini benar-benar fotogenik, terutama dengan warna biru air di tengah gua dan kantong kecil cahaya bersinar menerobos. Ini memberi efek khusus saat Anda berfoto di sini!
Laguna Biru

Dari Danau kembar ke Laguna Biru hanyalah 10 menit naik perahu. Anda akan mendaki batu tajam untuk sampai ke lokasi ini, tapi mungkin merupakan lokasi terbaik sejauh ini. Satu-satunya kata untuk menggambarkan perasaan saya ketika berenang di air pirus adalah: magical! Dan saya benar-benar akan kembali ke pulau ini, untuk merasakan perasaan yang luar biasa saat menyelam ke dalam air dingin yang menyegarkan seperti ini lagi.
Teluk Cinta
Tujuan selanjutnya juga 10 menit. Jika Anda naik ke puncak, Anda akan melihat teluk berbentuk hati cinta di sebelah kiri dan di sisi kanan
Puncak Khayangan atau Mini Raja Ampat / Mini Wayag (tempat paling ikonik di Raja Ampat)

Untuk sampai ke sini, Anda harus mendaki batu yang tajam dan untungnya pemandu wisata memberi kami sarung tangan untuk perlindungan. Perjalanannya sangat menantang dan saya benar-benar merasa seperti Lara Croft di Tomb Raider! Jika Anda tergelincir dari atas, sudah pasti perjalanan Anda akan berakhir untuk selamanya.
Goa Kolam Renang

Terletak di pulau utama penduduk setempat, desa Labengki Kecil, gua kolam renang ini hanya berjarak 5 menit naik perahu dari Labengke Beach Hut. Gua itu sendiri tidak super dalam dan Anda bisa menjelajah dengan berenang karena airnya sekitar 1,5 m sampai 2,5m dalamnya. Penduduk setempat juga memasang listrik di dalamnya untuk memberi sedikit cahaya. Biaya untuk masuk adalah 10 sen per orang.
Pantai Pasir Panjang
Ini terletak persis di sebelah Labengki Beach Hut dan tempat ini memiliki karang dan ikan yang paling beragam. Pantainya sendiri sangat bersih dan ada banyak pohon palem; tempat yang sangat sempurna untuk berfoto-foto Instagram.
Pantai Pasir Putih Sombori, Sulawesi Tengah

Untuk sampai di sini kita benar-benar akan melintasi perbatasan. Kami berhenti di pantai yang indah ini untuk makan siang dan airnya sangat transparan dan biru. Anda bisa dengan mudah berpikir bahwa ini merupakan air dan pasir putih di Maldives. Dalam gambar, Anda mungkin melihat pasir sedikit kekuningan karena warna editing tapi dalam kehidupan nyata mereka cukup putih dan pasirnya sangat lembut.
***
Apa yang saya pelajari dari liburan di sebuah pulau terpencil selama 4 hari
Meskipun murah, ini bukan resort atau pulau pribadi bintang 5 yang biasa kalian kunjungi. Saya berlibur dengan sobat saya, kami terdiam saat tiba dan diberi tahu bahwa tidak ada listrik. Kami harus mandi dari ember dan menyikat gigi dari ember yang sama dengan air yang kami gunakan untuk menyiram toilet jongkok kami. Tapi, semua keindahan laut yang mengelilingi pulau ini membuat hal itu tidak ada apa-apanya.
Kami ditemani pemandu yang ramah dan staf yang membuat kami merasa sangat nyaman. Saya cukup terkejut melihat betapa santainya kami dengan situasi resort yang tidak biasa ini, kami tidak merengek sedikit pun! Ini juga membuat saya sadar bahwa saya cukup kuat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang lain. Saat pertama kali saya menunjukkan foto kamar mandi dan tempat tidur kami ke teman-teman saya, 99% mengatakan mereka tidak mau pergi. Ya itu mungkin tampak sangat buruk dalam gambar tapi saya percaya bahwa begitu Anda berada di sana dan menjelajahi kekayaan alam nan indah – semuanya akan berharga, setiap detiknya. Anda bisa sebut kami gila, namun keindahan tempat ini tidak memberikan penyesalan meski dengan sengatan ubur-ubur yang kami derita pada liburan ini!
Saya hampir pingsan saat pertama kali pemimpin pemandu wisata mengatakan “tidak ada sinyal di kepulauan”. Saya berpikir sendiri, bagaimana saya bisa bertahan? Tapi setelah malam pertama tidak ada sinyal dan hanya menggunakan ponsel saya untuk musik, saya benar-benar mendapati diri saya mulai menyesuaikan diri. Saya terkejut merasakan kedamaian karena tidak memiliki tekanan untuk memeriksa email dan media sosial, dan betapa indahnya berinteraksi secara tatap muka dengan orang lain tanpa batasan LCD di antara kita. Saya benar-benar merasa terhubung dengan masa kecil saya, saat ketika semua yang kita lakukan menghabiskan waktu berkualitas bersama tanpa gangguan notifikasi pesan.
Sampai saat ini, semua rengekan saya benar-benar merupakan masalah yang umum. “Jalanan macet! Cuaca terlalu panas! OMG sangat dingin! Saya sangat kesal karena kelaparan gara-gara antrian di restoran terlalu panjang!” Tapi, setelah pulang-pergi ke pulau satu dan lainnya dengan perahu kayu tradisional terlepas dari kondisi cuaca (hujan, hujan es atau cahaya), pengalaman ini benar-benar membuat saya merasa seperti orang bodoh. Ketika saya sibuk merengek tentang hal-hal yang sangat kecil, penduduk desa ini harus mengendarai perahu mereka berjam-jam dalam kondisi cuaca apapun hanya untuk mendapatkan persediaan makanan yang layak dan belum lagi, saat mereka harus membeli obat-obatan atau untuk mendapatkan perawatan medis!
Cindy
www.travelmints.co