Suhana Lim, seorang ahli Feng Shui kelahiran Jakarta yang pindah ke Australia pada tahun 1997 memberikan seminar bertajuk ‘Cinta dan Keluarga’ di Vihara Padumuttara yang terletak di daerah Tangerang pada 23 Agustus lalu.
Penulis buku ’78 Tips Menambah Hoki Anda’ ini memberikan seminar tentang bagaimana sebuah hubungan dibangun untuk menjadi lebih harmonis lewat pandangan Feng Shui. Suhana membagi faktor yang mendukung hubungan menjadi tiga, yaitu Tien (Beribadah), Ren (Manusia), Ti (Bumi, dalam hal ini melalui Feng Shui).
Dari sisi Ren, Suhana melihat budaya Timur yang masih sangat kolot di lingkungan masyarakat Indonesia. Misalnya saja anggapan bahwa pria lah yang bekerja, sementara wanita diperlakukan seperti pembantu. Menurut Suhana, mengutip perkataan Presiden Joko Widodo, harus ada ‘revolusi mental’ terhadap pemikiran tersebut.
Sebaliknya, sang istri juga harus bisa menghargai suaminya. “Saya berapa kali bertemu klien yang saya ngeliatnya nggak enak, di depan umum marah-marahin suaminya, bego-begoin suaminya, mungkin memang di depan teman-teman dekat, tapi tetap saja tidak pantas. Bagaimana orang lain bisa respect, bagaimana orang lain bisa menghargai pasangan kamu, kalau kamu sendiri di depan umum memperlakukan suami seperti itu?” kata Suhana dalam seminar tersebut, memberi masukan bagi para ibu dalam menghadapi hubungan dengan pasangannya.
Langkah untuk membangun hubungan selanjutnya adalah berobat ke profesional, konsultan pernikahan, ataupun psikolog jika ada masalah dalam rumah tangga, yang jarang sekali dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Menurutnya, menceritakan masalah kita ke orang terdekat tidak akan membawa kita kepada solusi terbaik, kita memerlukan ‘wasit’ yang netral dan ideal. “Kita jangan malu, kita pergi minta tolong ke mereka itu bukan lantas membuat kita terlihat seperti orang gila. Kita sakit fisik pergi ke dokter, sakit dengan psikologis, ya kita juga harus pergi ke dokter, jadi jangan pernah gengsi, jangan sungkan,” jelasnya. Suhana lanjut menegaskan, dalam membangun sebuah hubungan kita juga harus saling mengerti satu sama lain dengan pasangan kita, baik dalam hal pacaran maupun pada saat sudah berkeluarga, dari situlah revolusi mental dimulai.
Dari sisi Feng Shui, tempat atau lokasi yang menjadi titik permasalahan dan menjadi pemicu timbulnya perselisihan dalam sebuah hubungan adalah dari dapur, dan juga kamar tidur, terutama master bedroom. “Contohnya, dapur yang lokasinya secara Feng Shui itu tidak friendly pasti akan mempengaruhi kaum ibu. Dapur itu adalah simbol dari perempuan terutama sang ibu atau sang istri di rumah, yang jadi main female occupant in the house. Kalau dapurnya nggak bagus, akan membuat si ibu well-being-nya nggak baik, bisa uring-uringan, bisa marah-marah, maka hal ini jangan disepelekan,” papar sang master.
“Di kamar tidur bisa timbul permasalahan dari posisi ranjang, jadi, kalau untuk orang-orang yang sudah memasuki usia untuk mendapatkan pasangan, ranjang itu tidak boleh menempel di dinding, kalau ranjangnya menempel, berarti kita memperkecil kemungkinan untuk mendapatkan pasangan, mengapa? Energinya stuck di satu sisi, jadi dia tidak bisa bersirkulasi dengan baik,” tambahnya. Selain penempatan ranjang yang menempel, bed side table, atau nakas merupakan hal yang penting dan harus ada di samping kiri dan kanan tempat tidur, ini adalah penempatan kamar ideal menurut Feng Shui. Nakas itu pun harus memiliki ukuran dan bentuk model yang sama. “Bagaimana kalau ada kejadian di satu sisi nakas lebih crowded, sementara di sisi lain lebih santai? Biasanya siapa yang tidur di sisi yang lebih crowded, dialah yang dalam kehidupan rumah tangganya akan lebih capai.”
Pada dasarnya, Ren, Feng Shui, dan Tien harus berjalan bersamaan, jangan hanya melakukan satu hal dan melupakan hal yang lainnya. “Misalnya kita suami-istri lagi ribut, wah, kita cuma pakai pendekatan Tien. Kita pergi ibadah, itu boleh, tapi tidak cukup sekedar itu. Berdoa memang harus, perlu, tapi Ren, manusianya juga harus bekerja, melakukan sesuatu, harus berusaha. Lalu apakah sudah cukup? Belum juga. Untuk lebih maksimalnya kita pastikan faktor Bumi. Kalau Bumi-nya nggak bagus, tidak akan maksimal, mengapa? Bumi atau Feng Shui itu porsinya 1/3 [sepertiga] menentukan,” terang Suhana.
Selain menjelaskan tentang tiga faktor yang membangun sebuah hubungan untuk menjadi lebih baik, Suhana juga memberikan tips-tips Feng Shui sekaligus meluruskan mitos-mitos Feng Shui yang salah kepada jemaat di Vihara Padumuttara.
Adbm
Foto: RR