Indonesia
Gagasan pulau yang dengan anggun berdiam diri di atas telapak ibu pertiwi, menatah negeri yang hingga kini terbentang gagah di tengah raungan ombak samudera lepas. Tiada manusia yang tidak pernah merasakan hatinya terampas darinya oleh karena berpapasan dengan betapa eloknya Indonesia.
Telah bertahun-tahun lamanya BUSET Magazine mengibarkan gelora pusaka nan abadi ini bagi beribu wajah komunitas Indonesia di Melbourne dan kiranya seragam baru ini mendedikasikan tahun ini kembali kepada Indonesia.
Benedicta Bintang Zefanya, salah seorang kru BUSET yang lama memiliki passion dalam menggambar dan mendesain mengusulkan untuk membawakan simbol kehadiran cinta dan kekeluargaan Indonesia setiap peliputan atau tugas.

“Semacam jersey atlet yang menggiring garuda di dadanya, aku ingin kita untuk bisa menunjukkan pula sosok patriot media nasional di negara asing,” ujar penggila fanatik mie instan ini.
Ia merasa bahwa komunitas Indonesia masa kini bergantungkan aksi dan opini mereka terhadap sesama masyarakat Indonesia berdasarkan warna kulit, agama, suku, dan atribut manusiawi lainnya. Bintang kian memerhatikan bagaimana fenomena ini terjadi karena orang-orang Indonesia secara perlahan mulai hanya mementingkan diri mereka sendiri yang membuat mereka lupa akan senandung semboyan Bhineka Tunggal Ika dari hati mereka. Maka dari itu, ia membentuk seragam ini untuk memiliki corak beragam paras manusia Indonesia secara sengaja untuk menunjukkan betapa dalam keanekaragaman ini Indonesia membinar keindahan.
Mahasiswi Monash University ini menginginkan rangkaian pola dalam seragam ini untuk terlihat simpel menunjukkan karakteristik kasual dan modern pada pakaian yang akan digunakan secara profesional. Tidak hanya itu tetapi dengan begitu, pesan yang ia suarakan mengenai beauty in diversity tersampaikan dengan mudah. Maka dari itu, ia memilih untuk mengilustrasikannya melalui line art – sebuah teknik seni yang mengekspresikan bentuk yang diinginkan hanya dalam bentuk garis.

Dalam rangkaian desainnya, Bintang menggambarkan sepuluh rupa warga-warga yang mewakili komunitas-komunitas yang mendiami Tanah Air Indonesia. Dari kiri atas terpampang wajah seorang pria dari tanah Papua, pria asal Bali, seorang wanita Lampung, lalu wanita asal Kalimantan, dilanjuti dengan rupa seorang lelaki berdarah Tionghoa, wanita asal Jawa, dan pria asal Sulawesi Tenggara, masing-masing dengan atribut kepala tradisional masing-masing.
Barisan terakhir dari kumpulan wajah itu terdiri dari gambaran paras wanita yang memakai hijab mewakili komunitas muslim di Indonesia yang didampingi oleh wanita suku Dayak dengan cuping telinganya yang panjang juga pria asal NTT dengan topi Ti’i Langga-nya. Terlebih lagi wanita yang berasal dari Lampung bermahkotakan Siger, sebuah hiasan tradisional mempelai wanita asal Lampung didedikasikan Bintang teruntuk Vini Rotty yang adalah mentor dan editor yang adalah ibu pembimbing setiap anggota BUSET.
Pola ini lalu dijabarkan sang desainer di atas pola kemeja lengan pendek sehingga seragam ini dapat dipakai dalam banyak okasi. Ia berpikir untuk mewarnai kemeja itu dengan warna coklat atas hasil diskusi bersama tim BUSET pada rapat bulanan suatu kali. Tetapi setelah perbincangan yang cukup lama akhirnya warna seragam BUSET yang baru menjadi warna putih sehingga pola kemeja terlihat lebih jelas.
Begitulah kisah dibalik seragam BUSET yang terbaru. Dari sebuah ide kreatif dan inspirasional seorang Bintang kini dapat dipandang berjuta pasang mata. Sama seperti teman-teman yang lain, pastinya setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Melalui artikel ini besar harapan agar kami semua di BUSET agar dapat memotivasi setiap pembaca untuk terus aktif dan produktif, bertumbuh di komunitas yang positif dan membawa dampak bagi keluarga dan lingkungan.
