Sekitar pukul 17.00 (waktu Australia Barat) di daerah perkotaan Perth, beberapa orang mulai mencari makan atau masih asyik melihat toko-toko yang buka. Maklum saja, setiap hari Jumat pertokoan di tengah kota memilki jam operasional lebih lama daripada hari-hari lainnya. Di sebelah rel kereta api, terdengar samar-samar bahasa yang saya kenal. Beberapa orang itu membuka stan makanan. Makanannya begitu banyak, begitu pula dengan antrian pengunjung yang hadir. Setelah dilihat lebih dekat, ternyata orang-orang itu adalah sekelompok orang Indonesia.
Namun rasanya tidak ada makanan yang dijual, karena kasirnya juga tidak tersedia. Kepada salah satu dari mereka saya tanyakan apa yang mereka lakukan. “Kami sedang melakukan kegiatan bakti sosial untuk mereka yang membutuhkan berupa pemberian makanan dan minuman secara sukarela,” jelas salah satu sukarelawan.
Sekelompok orang Indonesia ini ternyata tergabung dalam Seeds of Hope. Organisasi tersebut memang melakukan kegiatan dalam membantu kehidupan tunawisma. Menariknya, sukarelawan yang berasal dari Indonesia tidak hanya segelintir. Bila dilihat, sekitar puluhan dari mereka mengambil bagian dalam tugas membagikan makanan dan minuman. Koordinasianya dilakukan dalam bahasa Indonesia di antara mereka. Bahkan beberapa tunawisma memberikan salam dalam bahasa Indonesia seperti “terima kasih” dan “sampai jumpa”.
Mereka yang rela memberikan waktunya untuk melakukan kegiatan ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Beberapa dari mereka merupakan pelajar, pemilik restoran, pekerja lepas, dan lainnya. Contohnya saja Anthony dan Julie, penggiat bisnis kuliner di Perth yang rutin melakukan kegiatan sukarela setiap Selasa dan Jumat bersama Seeds of Hope. Mereka sekeluarga selalu meluangakan waktu untuk hadir dan membantu.

Berbagi Pangan
Di meja putih panjang itu tersajikan berbagai jenis makanan dan minuman. Ada makanan ringan, buah-buahan, kopi, dan terkadang makanan Indonesia juga. Semua makanan dan minuman itu tersedia tergantung sumbangan yang diberikan. Memang betul kalau diantara beragam kuliner tersebut ada yang diberikan oleh warga Indonesia di Perth. Sebagian mereka bahkan enggan untuk namanya dicantumkan. Sehingga teman-teman dari Seeds of Hope terkadang penasaran siapa yang sudah memberikan donasi.
Orang-orang yang mengantri untuk mendapatkan makanan dan minuman biasanya mulai berdatangan sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Mereka datang secara bergiliran, kemudian sekitar pukul 18.00 sukarelawan sudah mulai membereskan meja. Namun terkadang mereka masih menunggu orang-orang yang kemungkinan terlambat hadir.
Proses antrian benar-benar teratur. Bahkan ketika saya ikut serta dalam membagikan donasi, terlihat jelas mereka sangat sabar menunggu kami. Mereka datang dari ujung meja panjang, dimulai dengan mengambil hidangan utama. Di tengah meja mereka dapat mengambil manisan, sup, dan makanan ringan. Air putih, kopi, cokelat panas, atau teh dapat dijumpai di akhir sudut meja tersebut.
Belajar Memaknai Kehidupan
Peristiwa yang menarik dari kegiatan ini adalah sebuah proses pembelajaran bersama. Ketika masih menunggu kehadiran warga, kita bisa berinteraksi dengan segelintir orang yang tengah menikmati makanan. Sekali waktu, terlihat beberapa individu belajar cara menggunakan sumpit, bila hidangan yang tersedia berupa mie atau bihun. Terkadang juga mereka ingin belajar dan mengetahui lebih jauh tentang Indonesia melalui hidangan yang tersedia, atau bahkan hanya karena ngobrol dengan orang Indonesia.

Menurut Ade Scaf, ia belajar banyak melalui kegiatan mulia ini. Ia menilai banyak masyarakat yang sulit bertahan hidup tetapi masih dapat berterimakasih kepada kehidupan. “Saya melihat pula mereka yang menerima donasi tidak meminta lebih dari apa yang telah diberikan. Terkadang bahkan menolak untuk diberikan lebih,” paparnya.
Suatu pengalaman yang luar biasa ketika kita turun langsung kepada realita. Apa yang kita ketahui terkadang belum tentu benar-benar diketahui. Ini juga menjadi masalah ketika kita memiliki stigma negatif terhadap tunawisma, mereka yang setiap harinya memikirkan bagaimana kehidupan mereka besok akan tetapi masih dapat bersyukur dan tertawa melihat dunia ini.
Ini adalah sebuah tugas kemanusiaan.
Apa Kata Mereka
Natalia

Saya merasa hidup saya sebagai manusia bukan cuma untuk saya, dan saya mau bisa berbagi apa yang saya bisa bagi. Tenaga, waktu, materi. Karena itu saya bergabung dengan team volunteer ini.
Ivan

Saya senang sebagai perantau dapat terlibat dalam kegiatan sosial seperti ini.
Ade Scaf

Saya lakukan apa yang saya bisa. Saya sekedar membantu saja.
Kevinng