Setelah sekian lama menunggu, para pencinta seni Indonesia di Melbourne pun akhirnya dimanjakan dengan kehadiran Satan Jawa. Sebuah kisah cinta yang diperjuangkan dengan melibatkan kekuatan gaib. Karya ini tidak lain merupakan karya sutradara ternama Indonesia yang telah mendunia, Garin Nugroho.

Ruang Hamer Hall dipenuhi penonton yang terkesima dengan pertunjukan Satan Jawa

Heru Purwanto hadir sebagai Setio, pemuda miskin yang jatuh cinta kepada Asih (Asmara Abigail) yang merupakan seorang gadis keturunan ningrat. Ketika lamarannya kepada Asih ditolak mentah-mentah oleh keluarga Asih, Setio pun memutar akal untuk memperoleh kekayaan secara cepat. Alhasil, ia mengikat perjanjian dengan sang ‘Satan’ dan kemudian menikahi Asih. Kaulnya dengan sang ‘Satan’ disebut pesugihan kandang bubrah dan berharga sangat tinggi tentunya. Setio diharuskan memperbaiki rumahnya terus menerus, sebagai imbalan bagi sang ’Satan’ yang telah membuatnya kaya raya. Hingga pada suatu hari, Setio akhirnya berbagi rahasianya ini dengan Asih yang tentunya sangat terkejut. Asih yang begitu mencintai Setio pun mencari cara agar sang Satan dapat melepaskan Setio dari ikrarnya.

Pada kesempatan kali ini, Garin kembali merangkul seorang komposer berbobot yang telah lama ia kenal. Tidak sedikit pula karya yang telah mereka olah bersama, dengan satu yang paling banyak dikenal adalah Opera Jawa di tahun 2006. Sang komposer legendaris tersebut adalah Rahayu Supanggah. Bekerja sama dengan Iain Grandage dari Melbourne Symphony Orchestra, keduanya menghasilkan melodi nan merdu yang bersandingan dengan harmonis.

Garin Nugroho

Ditemui setelah pertunjukan berakhir, sang maestro pun berkata, “menurut saya Satan Jawa adalah karya kolaborasi yang menyatukan tiga hal penting dunia seni, yaitu film bisu hitam-putih adalah seni terbaik, gamelan dan juga simfoni orkestra yang adalah seni terbaik. Ditambah lagi dengan penari-penari terbaik, karya ini menyatukan banyak hal sehingga [kolaborasi] menjadi bagus. Menurut saya Satan Jawa adalah salah satu karya terbaik selama perjalanan karir saya.”

Lebih teristimewanya lagi, Satan Jawa digarap oleh Garin untuk merayakan tahun ke-35 semenjak ia pertama terjun di kancah perfilman Indonesia. Standing ovation oleh para penonton di penghujung acara menunjukkan betapa talenta tingkat dunia yang dimiliki seorang Garin Nugroho dicintai oleh para penikmatnya.

Seusai penampilan, para penonton VIP berkumpul di sebuah ruangan dimana mereka dijamu secara khusus. Di sinilah, prestasi Garin Nugroho kembali dirayakan bersama-sama. Claire Spencer, selaku CEO dari Arts Centre Melbourne, menyambut para tamu VIP dan menyatakan betapa bangganya atas penampilan Satan Jawa.

Beberapa nama yang sudah tidak asing lagi dalam bidang persenian dan multikultural Australia, seperti Mitch Fifield (Federal Minister of Art of Australia) dan Hong Lim (Parliamentary Secretary for Multicultural Affairs and Asia Engagements), tampak hadir di tengah-tengah para undangan. Wakil Gubernur Yogyakarta, Paku Alam X, turut hadir dan menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan.

Film bisu hitam-putih karya anak bangsa yang begitu membanggakan ini turut andil dalam mempererat hubungan bilateral dan kultural antar Indonesia dengan Australia. Betapa tidak, penampilannya di Hamer Hall, yang didaulat menjadi tuan rumah pertunjukan Satan Jawa ini, diiringi tidak hanya oleh orkestra gamelan namun juga oleh Melbourne Symphony Orchestra. Kolaborasi antar seni dan budaya kedua raksasa orkestra dunia berpadu dengan sangat harmonis dan romantis. Demi menggapai hasil yang maksimal, setiap pihak telah bekerja keras dengan selama lebih dari dua tahun.

Melbourne boleh berbangga hati karena mendapat kehormatan sebagai kota pertama penayangan Satan Jawa. Rencananya, Satan Jawa akan melakukan tur mancanegara ke Singapore Esplanade, Holland Festival dan masih banyak lainnya.

Ishie

 

 

Apa Kata Mereka

Anna Tregloan

Saya pertama kali bertemu dengan Garin sekitar 2 tahun yang lalu melalui acara yang diadakan oleh Arts Centre Melbourne. Saya pernah melihat karya-karya Garin sebelumnya, jadi saya sudah ada gambaran akan sebagus apa Satan Jawa. Tapi setelah menonton tadi, beberapa gambar sangat luar biasa memukau. Di buku program juga disebut bagaimana Garin menggunakan teknik awal pembuatan film, jadi tidak memakai CGI, tidak terlalu diedit dan lainnya, dan saya rasa hal tersebut justru menambah keindahan tersendiri pada hasil akhirnya.

 

Karin dan Tirta

Kita dapat kabar tentang acara ini justru dari teman yang tinggal di Indonesia. Aduh bagus banget! Pas selesai juga, pada tepuk tangan kan, kita tadinya mau berdiri tapi pas awal-awal yang di sekitar kita belum ada yang berdiri sih. Dramatis banget, bahkan lebih bagus dari La La Land. Bangga banget deh, karya anak bangsa gitu loh!