Beberapa saat lalu KJRI Melbourne kembali membuka pintu kepada masyarakat Indonesia pada sore hari, dalam rangka perpisahan dengan Ragil H.T Purnomo, staf fungsi penerangan, sosial dan budaya (pensosbud) yang telah menyelesaikan masa baktinya di Melbourne selama 10 tahun. Diumumkan juga pada hari itu Muhammad Razan Bahiri, akan mengisi posisi tersebut sebagai staf pensosbud.

Pemutaran video untuk Cak Ragil

Acara yang diadakan di ruang Bhinneka tersebut dibuka dengan permainan gamelan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) binaan bintang acara malam itu, ialah Cak Ragil. Melodi nan merdu serta perpaduan dengungan berbagai macam instrumen seperti kendhang dan bonang, disambut meriah serta disusul tepuk tangan dari para hadirin.

“Dalam masa 10 tahun tentunya sudah banyak sentuhan dan berkenalan dengan banyak orang. Setidaknya bagi saya selama dua tahun kurang terakhir bersama mas Ragil, saya melihat ada perubahan yang besar. Tentunya ibu-ibu akan sangat kehilangan ketika Mas Ragil pulang karena guru yang membentuk dua kelompok gamelan di KJRI Melbourne, itu tidak terlepas dari Mas Ragil yang bisa mengayomi,” ujar Konsul Jendral Spica A. Tutuhatunewa tentang peran Cak Ragil selama 10 tahun.

Menerima kenang-kenangan dari Konjen Spica

“Mas Ragil ini sudah membantu banyak sekali ketika KJRI melakukan workshop gamelan untuk anak-anak sekolah di Australia ini, untuk berbagai macam program workshop gamelan baik yang dilaksanakan di KJRI maupun ketika KJRI pergi ke sekolah-sekolah, itu semua karena ada campur tangan Mas Ragil. Saya harap kita semua yang hadir di sini berdoa supaya di tempat baru di Indonesia diberikan kemudahan dan kelancaran, apa saja yang akan dilakukan, dimudahkan dan dilancarkan supaya sukses sama seperti selama 10 tahun terakhir di KJRI Melbourne,” tambah Spica.

Foto bersama

Rangkaian acara perpisahan malam itu semakin menciptakan haru melalui pemutaran video yang dibuat staf KJRI Melbourne. Dalam video tersebut ditayangkan ucapan perpisahan untuk Cak Ragil, kesan teman-teman dan pengalaman yang tak terlupakan. Beberapa hadirin pun maju ke depan panggung khusus untuk mengucapkan terima kasih, bahkan ada juga yang meneteskan air mata ketika menyampaikan pesan tersebut.

Cak Ragil bersama seluruh jajaran KJRI Melbourne

Bagi pria asal Yogyakarta tersebut, pengalaman selama kuliah di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta sudah memberikannya pengalaman berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai daerah. “Saya sudah sering pulang pergi bersama teman-teman seniman yang ada di Yogyakarta, banyak yang datang tak hanya dari Yogyakarta saja, misal Kalimantan, Sulawesi, Papua, dari situ sudah terbangun,” ujar lulusan ISI dengan jurusan gamelan tersebut.

Pengalaman yang tak akan ia pernah lupakan dari Melbourne adalah keberagaman komunitas Indonesia yang ada di Melbourne. “Karena banyak organisasi masyarakat dari berbagai daerah dan agama misalnya, mereka masih damai. Di Melbourne kita punya total 57 ormas, mereka bisa berdampingan, ada yang dari Sunda diundang ke acara Bonapasogit misal, mereka membangun kekeluargaan dan itu bagus,” ujarnya sambil mengutarakan hal ini pun juga membantunya selama proses beradaptasi di Melbourne.

“Terimakasih untuk Konjen, untuk staf KJRI Melbourne, teman-teman dan seluruh ormas dari Melbourne. Yang pertama saya ingin mohon maaf jika ada tingkah laku atau kata yang tidak berkenan ke bapak ibu, terima kasih sudah diperkenankan untuk belajar hidup di sini, diperkenankan untuk bekerja bareng dengan bapak ibu baik di KJRI maupun yang ada di luar KJRI, terima kasih,” ucap Ragil tulus.

Cak Ragil menorehkan kenangan tersendiri bagi anggota DWP KJRI Melbourne dalam hal kesenian angklung

Bagi Razan yang sudah menetap di Melbourne selama 5 bulan, ini pertama kalinya ia ditempatkan di luar Tanah Air. Ia mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap ketertiban yang dapat terlihat di kota Melbourne, serta besarnya komunitas Indonesia yang berada di Melbourne. “Harapannya semoga saya dapat bekerja dengan amanah dan dapat meneruskan apa yang diwariskan oleh Mas Ragil,” ujar pria asal Yogyakarta tersebut.

Walaupun sedih untuk harus berpisah, namun para hadirin terlihat mengikhlaskan hal tersebut dan menjadikan malam tersebut sesuatu yang penuh dengan keceriaan.

Apa Kata Mereka

Muchlis Setioadji, Lurah Indomelb

Saya pikir acara terbuka untuk warga seperti ini harus sering-seringin jadi semacam temu langsung antar perwakilan dari Konjen dengan warga mungkin sambil makan-makan, dan bisa kasih masukan buat Konjen. Dengan acara seperti ini bisa saling kenal, pelayanan makin bagus.

Arief Rachman, Paguyuban Pasundan Victoria

Dulu saya dari Paguyuban Pasundan, kita itu dari dulu setiap kali ngadain acara, Ragil itu selalu ada di situ. Selalu support banyak community, salah satunya itu kita di Paguyuban Pasundan. Kita sempat dua kali ngadain acara Kabayan, tahun 2015 dan 2017, nah itu dua duanya Mas Ragil lumayan aktif berperan sangat besar. Dia juga dekat dengan komunitas Indonesia di sini. Harapan staf baru bisa seperti Mas Ragil juga, bukan cuman di satu komunitas tapi masuk ke berbagai macam komunitas juga.

Farchan Noor Rachman, fotografer

Saya lihat ini salah satu tugas KJRI ya untuk mengakrabkan komunitas dan keluarga Indonesia di Melbourne, karena kalau jauh dari Indonesia dan merantau itu kita harus saling menguatkan satu sama lain. Kalau bisa sebulan sekali. Mungkin harapan untuk staf baru, lebih mendekatkan diri dengan masyarakat Indonesia di sini karena tugas dari staf KJRI adalah sebagai perwakilan pemerintah, jadi kalau misal kita orang Indonesia ada masalah bisa merespon dengan cepat. Setidaknya dia harus akrab dengan masyarakat Indonesia di sini.

Denis