“Perjuangkan Jabatan Karena Cinta.”

22 Oktober 2019 menjadi hari dimana Ricky Tanri, mahasiswa S1 Commerce dengan mayor Akuntansi di Deakin University naik jabatan menjadi seorang ketua untuk Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Deakin University periode 2019-2020 dari posisi sebelumnya sebagai wakil ketua periode 2018-2019.

Ditemui BUSET Magazine dalam waktu senggangnya di Melbourne Central, Ricky dengan percaya diri bercerita tentang suatu terobosan yang ingin ia buat di organisasi kesiswaan tersebut.

“Saya ingin membuat acara yang PPIA Deakin belum pernah buat sebelumnya,” kata Ricky yang saat ini berusia 21 tahun.

“Saya ingin membuat acara untuk musisi Melbourne berkumpul dan jamming sama-sama. Main musik sama-sama. Saya akan membuat platform bagi musisi-musisi Indonesia untuk bertemu sebagai teman karena selama ini hanya bertemu di acara besar.”

Di samping inovasi terbaru, Ricky pun memiliki kerinduan untuk membangun sense of belonging pengurus PPIA Deakin terhadap organisasi tersebut. Ini adalah reaksi dari celah yang sudah ia perhatikan saat masih menduduki posisi sebelumnya sebagai wakil ketua.

“Kekurangan mungkin itu dari masalah internal sendiri. Committee bonding sudah cukup tapi sense of belonging mereka, rasa kepemilikan dan rasa sayang terhadap PPIA agak kurang.”

Awalnya laki-laki yang besar di Samarinda ini sempat enggan maju jadi ketua karena merasa lelah dengan kesibukan yang harus dijalani saat berperan sebagai wakil ketua. Namun, ada sesuatu yang membuatnya berubah pikiran.

“Awalnya saya merasa capek sih di PPIA Deakin. Tapi tahun ini saya merasa ada dorongan teman, padahal sebenarnya tidak ada niatan maju tahun ini. Mereka bilang, ‘siapa lagi sih?’,” kata Ricky yang tiba di Melbourne tahun 2016 ini.

“Dan juga kalau boleh ngomong lumayan cinta lah sama PPIA Deakin.”

Ricky mengatakan dirinya tidak aktif berorganisasi di bangku sekolah saat di Indonesia. Namun, posisinya sebagai wakil ketua PPIA Deakin di periode sebelumnya cukup untuk membangun kepercayaan dirinya maju sebagai ketua tahun ini.

Ia mengatakan tidak ada keraguan akan kalah saat mencalonkan diri.

“Keraguan tidak ada. Karena kembali lagi, sebelumnya saya adalah vice president, jadi saya tahu sekali kelemahan organisasi ini dimana. Kalau bisa dibilang, saya cukup percaya diri karena tahu apa yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dari periode kemarin.”

Tentang rencana selepas kuliah, Ricky mengatakan tidak memiliki cita-cita profesi yang spesifik. Namun, laki-laki yang lahir di Surabaya ini berkeinginan membahagiakan kedua orangtuanya yang saat ini ada di Tanah Air.

“Saya cuma ingin membahagiakan orangtua saya,” kata Ricky.

“Sebenarnya saya tidak ada cita-cita spesifik. Motto hidup saya selama hidup asal jangan jahat sama orang lain. Se-simple itu. Karena agama saya buddha, saya percaya as long as I do good I’ll get good.”

Terlalu singkat wawancara BUSET dengan Ricky untuk tahu semua mimpi yang ingin ia wujudkan bagi PPIA Deakin di masa kepemimpinannya. Yang pasti, ia sadar bahwa untuk memperbaiki masalah lemahnya sense of belonging di antara pengurus, ia harus mulai dari diri sendiri.

“[Untuk masalah sense of belonging] sebenarnya [diwujudkan] dari program kerja dan bagaimana cara ketua berinteraksi terhadap komite. Cara memimpin saya,” tutupnya.


***

VISI 

PPIA Deakin sebagai platform untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang sifatnya jangka panjang bagi mahasiswa dan mahasiswi Indonesia di Deakin University

MISI

Memperkaya hubungan mahasiswa Indonesia dengan cara menciptakan program yang akan membantu memaksimalkan pengalaman mereka belajar di Melbourne.

Membantu PPIA Deakin agar dapat berkontribusi bagi komunitas internasional.

Mengimplementasikan perbaikan berkelanjutan dalam standar kerja PPIA Deakin agar menjadi organisasi yang lebih baik.

Nasa