
Seluruh belahan dunia termasuk Republik Indonesia sedang dalam keadaan genting. Pasalnya, sepertiga dunia atau sekitar 60-70 negara dari 200 negara akan mengalami permasalahan global mulai dari resesi keuangan, krisis pangan dan energi hingga inflasi yang tinggi.
Bank Dunia dan juga Dana Moneter Internasional atau IMF pun turut melihat potensi ancaman resesi ini. Apabila krisis skala global terjadi, maka sektor yang akan langsung terasa merupakan sektor yang memiliki eksposur tinggi terhadap global, salah satunya adalah sektor keuangan.
Selain sektor keuangan yang harus mengantisipasi tekanan tersebut, sektor manufaktur juga berpotensi tertekan, terutama industri manufaktur yang bertujuan ekspor, seperti industri tekstil dan produk tekstil, ataupun alas kaki.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan resesi yang sudah terjadi di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, akan berdampak kepada Indonesia. Memasuki semester kedua hingga akhir tahun, tekanan resesi akan semakin besar dirasakan.
Lalu bagaimana Indonesia akan menghadapi resesi tersebut? Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengerem laju inflasi di Indonesia. Salah satunya dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Menurut Bhima, pemerintah harus mulai berhemat dengan menunda pelaksanaan mega proyek infrastruktur dan mengalihkan dana yang ada untuk subsidi.
Penguatan sektor ekonomi berbasis kerakyatan juga menjadi salah satu jurus pemerintah dalam meminimalisir dampak Resesi ekonomi yang terjadi, penguatan daya beli masyarakat terhadap UMKM hingga pembelian barang dengan komponen dalam negeri yang tinggi menjadi salah satu resep tambahan pemerintah yang sedang dilakukan hingga saat ini.