Ramal Meramal @ Chinese Culture & Society

from the land of Wurundjeri people of the Kulin nation (林民族的乌伦杰里人).

[6:28 pm, 18/04/2020] CK: Ya ko Lim

CK: Seumur2 baru x ini kita kena lock down begini ya

CK: Dan juga tidak ada kepastian sampai kapan

SL: ya, semuanya tergantung bagaimana sikap semua orang menyikapinya. Memang tidak enak dan bisa bosen karena harus meminimalkan aktivitas dan keluar rumah

SL: Tetapi apa boleh buat, karena kalau tidak akan makin lama dan makin susah buat mengatasi pandemiknya

CK: Apakah di ramalan Tahun Tikus 2020 ini memang ada masalah?

SL: Kalau secara prediksi, tidak bisa secara detail menggambarkan sampai sebagaimana sebuah peristiwa akan terjadi

SL: Hanya mengindikasikan: kita semua akan dicengkram oleh rasa cemas/takut…..dan juga potensi gangguan kesehatan berkaitan dengan saluran pernapasan dan paru-paru akan lebih tinggi.

CK: Berarti ada ya?

SL: Ada tapi tidak mungkin secara detail menggambarkan bagaimana kejadiannya akan terjadi, jadi jangan ngebayangin seperti kita lagi nonton film atau baca novel; yang dengan jelas en detail bisa merunutkan jalannya sebuah kejadian minute per minute from 360 degree angle!

CK: Ya noted


Di atas adalah cuplikan obrolan beberapa hal dengan klien, salah satu nya adalah soal yang lagi happening yakni mengenai pandemik. Sebuah peristiwa sangat besar dan penting yang terjadi yang menimpa peradaban manusia. Beberapa pihak mengatakan masalah Covid-19 ini adalah: “peristiwa seratus tahunan sekali”; “kejadian yang tidak ada rumus baku yang tepat untuk mengatasinya!” Ya apapun istilahnya, ini adalah sebuah grand milestones in human civilisation in modern era that caught us all by surprise; rapid dominance a.k.a shock and awe moment! Peradaban manusia versus virus yang tidak kelihatan, yang membuat mayoritas kita jadi “tahanan kota / wilayah,” dan atau bahkan “tahanan rumah.” Ada yang sampai membuat meme: “virus tidak kelihatan tetapi menakutkan, Tuhan tidak kelihatan tetapi menjaga kita!” Komentar saya: virus itu sebenarnya bisa dilihat, asal kita tau cara nya untuk melihat; Tuhan pun sesungguhnya bisa “dilihat,” asal kita tau dimana mencari dan menemukannya!

Kejadian seheboh pandemik yang sedang kita alami ini, yang mengejutkan serta menakutkan juga dirasakan oleh generasi-generasi pendahulu kita. Setiap jaman ada kesusahannya sendiri-sendiri; setiap generasi menghadapi tantangan berat nya masing-masing. Dan bagi generasi umat manusia yang hidup sekarang-sekarang, maka masalah pandemi adalah ibarat Perang Dunia ke-1 dan ke-2 nya untuk generasi-generasi pendahulu!

Beberapa milenia silam di Tiongkok, saat Dinasti Shang (circa. 1600 SM – 1046 SM) tetiba runtuh dan berganti menjadi Dinasti Zhou (circa 1046 SM – 256 SM), kejadian yang mengejutkan semua orang diera tersebut. Bagaimana mungkin seorang Kaisar yang mendapatkan “mandat dari Langit” dan notabene “penguasa dunia” bisa mengalami downfall! Sebuah peristiwa yang unthinkable sebelumnya, yang sulit dipercaya bagi alam pikiran manusia-manusia di era tersebut. Pararel dengan yang kita semua lagi alami. Tentu adalah unthinkable dan hard to “swallow” bagi kita semua pada medio pertengahan 2019 lalu bahwa akan ada peristiwa pandemik yang membuat seisi dunia berhenti dan kita semua seakan mengalami momen “ngerem mendadak!” Semua rencana dan keinginan perorangan sampai institusi negara, yang sudah direncanakan sebelumnya, menjadi thrown into chaos! 

Alam semesta punya pakem yang lebih mudah diikuti, termanifestasi dari “keteraturan” nya dalam fase perubahan. Siklus pagi siang malam, pergantian musim, pertukaran iklim. Ritme manusia pun sebetulnya punya ritme yang mirip dengan denyut Alam Semesta, kita juga punya waktu nya bangun beraktivitas dan beristirahat, lahir tua meninggal. Meski demikian, walau alam punya pola yang teratur dan (seakan) bisa diperkirakan tetapi sesekali terjadi bencana (puting beliung, gempa, tsunami, longsor, banjir, kekeringan dan sebagainya.) Likewise, biarpun ritme manusia (seakan) adalah teratur dan dapat diperkirakan tetapi kenyataannya terjadi beragam hal yang anomali. Aneka peristiwa dalam berbagai skala yang setiap saat kita alami bisa jadi adalah tidak terbayangkan, mengejutkan, unpredictable, dan sejenisnya; hal mana tentu bikin cemas, was-was dan menakutkan. 

Berangkat dari pemikiran diataslah muncul yang kita kenal sebagai 周易 Zhōu yì – Changes of Zhou, yang belakangan lebih populer disebut 易經 Yìjīng / I Ching – Book/Classic of Changes! Adalah 周文王 Zhōu Wén Wáng – King Wen of Zhou (1112 SM – 1050 SM) yang dianggap sebagai orang yang menciptakan Yìjīng. Dikisahkan King Wen masih dalam status tahanan oleh penguasa dinasti sebelumnya, di hari-hari nya didalam tahanan nya lah yang menimbulkan inspirasi serta “Eureka moment” beliau untuk menciptakan yang dikenal sebagai komposisi “後天八卦 – Later Heaven.” Komposisi yang adalah lebih applicable dan riil dalam kehidupan di planet Bumi. Komposisi awal / sebelumnya adalah yang disebut sebagai “先天八卦 – Former Heaven,” sebuah pakem karya Kaisar (mitikal) 伏羲 Fu Xi. Susunan “Former Heaven” ini adalah menggambarkan sikon alam semesta secara ideal. Jadi secara sederhana, King Wen berhasil “membumikan” teori kosmologi ciptaan Fu Xi yang lebih pas untuk sikon di “langit.” 

Konsep Later Heaven karya King Wen ini tidak setenar dari karyanya yang lain, yakni yijing! Later Haven hanya lebih diketahui dikalangan in-the-know saja. Sementara Yijing lebih ngetop dan populer karena alasan praktikal dan dipakai buat prediksi! Prediksi Yijing memfasilitasi koneksi dengan dan di Alam Semesta, dengan dan di bawah Langit, di dalam diri sendiri, antara diri kita dan orang lain. Ini adalah “permainan menghubungkan.” Dengan penyatuan antara Surga dan Bumi, tak terbilang hal tersambung. Dengan tak terbilang hal “tersambung” maka aneka kejadian yang tidak bisa diprediksi menjadi berkurang. Dengan berkurang nya hal yang yang unpredictable maka kehidupan pun lebih mudah “dikendalikan.”

In the begining dan at the conception stage nya, yijing dimaksudkan untuk meminimalkan peristiwa mengejutkan dan tak terduga-duga, yakni keruntuhan Dinasti Shang. Dengan mendapatkan gambaran atau jawaban via (metode) yijing maka diharapkan adanya sebuah dinasti yang 萬歲 wànsuì alias bertahan puluhan ribu tahun! Atau kalau diera sekarang, dengan terjadinya bencana mengagetkan Covid-19; maka para ahli kesehatan berusaha memikirkan sebuah cara agar in the future tidak terulang pandemik mengagetkan alias Covid-Covid yang lainnya!

Sederhana nya, yijing itu adalah “tanya-jawab” dengan memakai alat bantu koin dan atau stick (jaman dulunya dari semacam jerami). Jaman Now, di_kutak-katik_ menjadi antara lain dalam wujud kartu, dan bahkan ada versi tinggal memencet keyboard saja! Hasil jawabannya berupa garis-garis horisontal yang solid (tak terputus) dan yang terputus. Garis yang dan garis yin. Garis-garis ini disebut 卦 guà atau heksagram. Terdapat 64 heksagram. 爻 yáo adalah istilah untuk tumpukan enam garis horisontal yang dan yin. Keenam puluh empat ini ada nama nya masing-masing, istilahnya: 卦名 guà míng. Terdapat pula “彖 tuàn – syair” untuk masing-masing heksagram, yang adalah “jawaban” dari atas pertanyaan kita! Dan isi / bunyi dari “syair” nya bisa ada variasi, tergantung dari siapa yang menerjemahkan ke dalam bahasa non Chinese. Ini salah satu alasan mengapa tetap adalah yang terbaik jika kita masih bisa mengerti “bahasa Dewa” agar istilahnya lebih get the information directly from the original source!

Bagi yang pernah melakukan atau setidaknya tahu yang namanya: “求籤 Qiú qiān” atau “ciamsi,” “tanya-jawab” pada metode yijing kira-kira begitu. Inilah “jenius dan kelihaian” nya orang Tionghoa yang bisa memikirkan bagaimana melakukan komunikasi atau bertanya jawab langsung dengan Dewa-Dewi. Chien Tung, Kau Chim, The Oracle of Guanyin, Chi-Chi Sticks, Siam Si adalah nama lain bagi Qiú qiān.

Belakangan pada perjalanan riwayatnya selama bermilenia, yijing bertransformasi jadi sesuatu yang “bigger than Benhur,” menjadi inspirasi dan sumber daya tak terhingga bagi bidang spiritual, aneka pengetahuan, budaya dan aspek ketatanegaraan serta kehidupan. Secara singkat dan simple nya, yijing adalah “Bible” nya Tiongkok dan masyarakat Tionghoa. Akan lebih sulit lah bagi kita buat mempelajari (apalagi mau mendalami sampai “ngelotok”) ilmu-ilmu Tiongkok kalau tidak memahami yijing. Ini juga salah satu faktor mengapa banyak aliran feng shui yang berdasarkan template alias mould yang populer dipelajari dan favorit dipraktekan. Karena hanya sekedar menghafal rumus dan dengan meng-super imposed template nya ke denah maka kita sudah bisa “mempraktekan” feng shui! Tanpa perlu punya deep insight mengenai aspek-aspek lain mengenai Tiongkok dan budayanya.

Karena adalah tidak gampang buat mengertiin dan sukar  untuk mendalami yijing pula lah mengapa aspek atau untuk kepentingan ramal meramal dari yijing sajalah yang akhirnya lebih favorit dan popular dilakukan banyak pihak. Apalagi ditahun-tahun terakhir makin banyak pihak yang gencar mempromosikan aktivitas yijing untuk memrediksi / meramal. Analoginya, bak kita punya sebuah device yang memiliki banyak sekali fungsi, tetapi karena kita tidak paham (atau “gaptek”) maka hanya fungsi untuk on-off saja lah yang dipakai. Karena hal ini lah yang paling mudah! Tak heran mudah sekali ditemukan pihak-pihak yang klaim “menguasai / bisa” yijing, tapi sebenarnya dari sisi hanya untuk keperluan prediksi / meramal saja. 

Spiritual path itu tidak mudah, tetapi mayoritas dari kita banyak yang terpesona dan terlena di tingkatan dasar sampai menengah karena daya tarik stages tersebut memang bisa sangat memukau dan lebih menimbulkan decak kagum. Aktivitas-aktivitas seperti pengetahuan kekebalan terhadap senjata tajam atau api, ilmu pemikat lah yang umumnya menjadi “jebakan” dan alat “pemasung” untuk kita bisa lanjut ke level-level selanjutnya di spiritual path. Likewise, in search of true essences of yijing, mayoritas kita lebih terlena dan jadi terpasung oleh bagian ilmu prediksi / meramal nya saja! Padahal kalau kita mau dan berani jujur ber self-contemplate: bagaimana kita mau bergaya (berlagak) meramal nasib orang lain, sementara diri dan hidup kita sendiri saja masih “kembang-kempis & ngap-ngap an!”

Belakangan, dari yijing terlahir pula cabang pengetahuan prediksi lainnya, yang diistilahkan: 三式 sānshì – Three Rites / Styles,” yakni: 奇门遁甲, 大六壬, dan 太乙神数. Awalnya teknik “奇门遁甲 qi men dun jia – Mysterious Gates Escape Technique” adalah untuk keperluan strategi dan taktik militer. Populer pada era Warring States (475 – 221 SM). Qimen Dunjia juga populer pada era Dinasti Tang (618–690 M, 705–907 M) dan Song (960 – 1279 M.)

劉伯溫 Liú Bó Wēn (1 Juli1311 – 16 Mei 1375 M) a.k.a “Nostradamus” nya Tiongkok, dikatakan memakai teknik ini dalam mengantarkan 朱元璋 Zhū Yuán Zhāng ((21 October 1328 – 24 June 1398 M) menjadi Kaisar sekaligus founding father Dinasti Ming! Qimen dunjia akhirnya bertransformasi dipakai untuk teknik prediksi aktivitas sehari-hari.

大六壬 Da Liu Ren juga awal-awalnya lebih untuk keperluan strategi militer dan taktis peperangan. Teknik ini populer pada era Dinasti Yuan. Dan pada perjalanannya akhirnya berubah menjadi untuk aktivitas ramal-meramal masalah sehari-hari. 太乙神数 Tai Yi Shen Shu pun sama, diawal-awal adalah sebuah cara prediksi untuk keperluan dan strategi perang. Dikisahkan Genghis Khan, pernah memanfaatkan teknik Tai Yi Shen Shu untuk mengetahui apakah niatnya untuk menginvasi Jepang akan berhasil. Jawabannya: tidak, maka Genghis Khan pun membatalkan rencana invasinya pada tahun tersebut.

Pada praktek sehari-hari banyak sekali kerancuan akan pengertian antara 生辰八字 shēngchén bāzì atau populer nya 八字 bāzì dengan 奇门遁甲, 大六壬, dan 太乙神数. Semuanya sering disatukan dalam satu keranjang, padahal tidak benar. Sederhananya, dari analisa bāzì kita mendapatkan informasi secara menyeluruh dan bersifat long term. Sementara, qi men, da liu, tai yi, yi jing (yang untuk keperluan prediksi), adalah bersifat spesifik dan short term saja. Misalnya kita kehilangan sesuatu, kita bertanya apakah objek yang hilang bisa ditemukan. 

Dalam komunitas Tionghoa, aktivitas ramal-meramal menjadi favorit. Bahkan kalau mau jujur, pada kenyataannya dalam lingkup yang beragama Nasrani pun masih tetap ada yang melakukan nya; meskipun officially adalah tidak diperkenankan. Bahkan terkadang dijumpai, justru sang (oknum?) pemimpin domba nya lah yang memberikan aktivitas ramal-meramalnya dalam aneka kamuflase bentuk dan cara!

Institusi keagamaan di Tongkok tidak secara aktif berusaha untuk melarang praktek meramal, sementara institusi gereja in general lebih tegas dan aktif melarang aktivitas itu. Sebaliknya, kuil-kuil dan biara-biara Buddha dan Daoist mendukung berbagai kegiatan meramal, yang dilakukan oleh pengurus agama dan peramal profesional serta orang awam. Lebih jauh lagi, kalaupun mungkin mereka punya keinginan untuk melarang praktek ramal-meramal, secara keorganisasian para biksu dan pendeta di Tiongkok tidak memiliki kekuatan untuk menentang / melarang tradisi yang telah lama ada; karena sepanjang sejarahnya kedudukan institusi agama di Tiongkok adalah lebih rendah dari kedudukan kerajaan / kekaisaran / negara.

Dalam pandangan masyarakat Han, Dinasti 清 Qīng (1636 – 1912 M) adalah penguasa “asing” karena didirikan oleh etnis Mancu. Menariknya justru diera dinasti Qīng lah justru budaya Tiongkok mencapai puncak keemasannya. Secara psikologis, para penguasa “asing” ini berusaha mempribumikan diri dan institusi mereka agar lebih mengambil hati golongan mayoritas (etnis Han) agar legitimasi dan dukungan tetap ada dan bertambah solid. Fenomena serupa pun dengan mudah dijumpai di era modern. Bukankah di masa Gubernur Ahok, kebijaksanaan dan pendekatan yang dilakukan beliau juga memiliki pola yang serupa! Nah di era Dinasti Qīng aneka aktivitas meramal marak, bahkan pengetahuan feng shui pun keluar rel nya mengarah menjadi sesuatu yang 迷信 mixin alias tahyul. Akibatnya masih terbawa hingga masa kini dimana masih tak sedikit yang fokus nya dan atau mengaplikasikan feng shui dari sisi mistis dan lebih beraroma tahyul  dan atau dengan aroma spiritual yang kental.

Di satu saat Dewi Fortuna berada di sisi kita; apapun yang kita kerjakan akan berlangsung lancar, baik dan menghasilkan. Tapi ada kalanya, seakan kita jelas-jelas tidak ada hoki; tak peduli betapa kerasnya kita berusaha dalam beragam cara dengan semaksimalnya, semuanya tak membuahkan hasil dan atau gagal. Inilah realita yang keras dan pahit mengenai keberadaan manusia di kehidupan duniawi. Tak peduli apakah bahaya dan kegagalan nya terjadi dalam skala besar atau kecil, dalam bentuk politik atau terjadi pada individu. Inti dan kenyataan dari persoalan ialah manusia memiliki sedikit kontrol atas nasibnya! Ini mengapa keingintahuan kita senantiasa muncul, ini sebab kenapa untuk mendapatkan jawaban kita melakukan “tanya-jawab” via aneka metode prediksi dalam berbagai bentuk dan cara. Teknik yang terstruktur seperti prediksi metode Yijing dan atau interpretasi buku mimpi, kartu tarot, bola kristal, kartu ceki, reading tea-leaves, dan lainnya memberikan harapan pada saat ketidakpastian, kecemasan dan ketakutan; Dan era pandemi serta berlanjut ke era resesi perekonomian yang melanda dunia sekarang ini adalah juga masuk kategori sebagai fase uncertainty, stressfull and fear bagi banyak orang.

Pertanyaan yang dirumuskan dengan jelas umumnya berisi atau memunculkan jawaban dari kesadaran mendalam kita. Si peramal (Oracle) sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Jawaban (hasil ramalan) nya sebenarnya sudah ada didalam diri kita sendiri. Yijing (dan aneka jenis ramalan dalam beragam cara lainnya) sebenarnya hanya membantu membangkitkannya atau memunculkannya. Semua ini adalah bantuan psikologis untuk pengetahuan mengenai diri kita! Ketika kita menggunakan Yijing, bukan tidak mungkin sebenarnya kita mengaktifkan pikiran bawah sadar kita. Dengan bersikap reseptif dan pasif dan tulus dalam pikiran kita, kita sebenarnya mendapatkan jawaban dari pikiran (bawah sadar dan atau yang lebih jernih dan mendalam) kita sendiri.

Menurut 何毓福 He Yufu, seorang pakar yijing pada era Dinasti Qīng, sesungguhnya “Perubahan / Yijing / ramalan adalah cermin pikiran kita sendiri.”

Dari keterangan diatas, bukankah sering popularly dikatakan bahwa saat kita pergi meramal, apa yang dipikiran kita bisa “dibaca / ditangkap” oleh sang peramal. Bukan tak mungkin sebenarnya bukan itu yang terjadi, tetapi karena pada hakikatnya aktivitas ramal meramal adalah cermin pikiran kita sendiri!

Sebuah komentar kuno tentang Zhou yi yang ditemukan di Mawangdui menggambarkan Konfusius lebih mengendorsenya sebagai sumber kebijaksanaan dan menilainya sebagai kumpulan teks ramalan yang tidak sempurna! Menarik memang menyimak komentar dari Konfusius mengenai yijing dalam konteks untuk aktivitas prediksi; mengingat yijing adalah teks dasar bagi tradisi filosofis Konfusianisme dan Daois. Di Western world, yijing menarik perhatian dan sumber inspirasi para intelektual Pencerahan dan tokoh-tokoh sastra dan budaya terkemuka. Tidak berlebihan kalau mengatakan yijing adalah sebagai buku Tiongkok yang paling terkenal di dunia!

Orang Barat yang berdoa kepada Tuhan untuk memperoleh bimbingan dan bantuan, dan orang Tiongkok yang berkonsultasi kepada peramal dan menggunakan jimat / amulet, keduanya (Westerner dan / maupun orang Tionghoa) termotivasi oleh dorongan dasar yang sama, yakni untuk mendapatkan “pertolongan” dan agar kehidupan yang baik. Dengan kata lain, pada penelitian yang lebih dekat dan detail serta dalam perspektif lintas budaya, garis-garis tajam yang ditarik di dunia Barat modern pada awal abad ketujuh belas antara agama dan sihir sakramental, antara doa dan mantra, dan antara dewa yang berdaulat dan makhluk ilahi yang dapat dimanipulasi, mulai kabur. Bagaimana dengan perbedaan antara agama dan sains? Jika ada, garis-garis / perbedaan-perbedaannya tampaknya ditarik lebih tajam, tidak hanya di dunia Barat tetapi juga di bagian lain dunia modern. Demikianlah tanggapan serta kesimpulan Stanley Tambiah dalam  buku berjudul: Sihir, Sains, Agama, dan Lingkup Rasionalitas (Magic, Science, Religion, and the Scope of Rationality).

Hingga abad kedua puluh satu, ramalan tetap menjadi aktivitas budaya utama di Tiongkok dan dalam masyarakat Tionghoa dimanapun mereka berada. Banyak sekali orang yang percaya pada praktek ini (prediksi / meramal). TAPI masalahnya bukan apakah harus percaya, melainkan pada siapa yang harus dipercaya??? Dalam peribahasa populer: “莫道文王卦不靈; 只怕先生斷不真 mò dào wénwáng guà bù líng; zhǐ pà xiānshēng duàn bù zhēn.“ – “Do not say that King Wen’s hexagrams are ineffective; fear only that the fortune-teller’s reading is untrue.” – Jangan katakan bahwa heksagram Raja Wen tidak efektif; takut hanya kepada bahwa bacaan si peramal itu yang tidak benar / tepat.” 

Dari perspektif objektif, ramalan adalah hal yang terlalu penting untuk dilakukan oleh sembarangan orang, lebih baik diserahkan kepada orang yang profesional, kompeten, reliable, proven. Oleh karena itu masalah, keluhan, dan kritik yang terus-menerus ada di masyarakat sejak dulu sampai sekarang ialah praktik kejahatan dan tipu daya dari oknum peramal yang tidak positif yang hanya demi keuntungan terhadap kepentingan diri mereka saja.

Akhirnya, apapun pandangan dan preference kita terhadap ramal-meramal, adalah sepenuhnya hak dan pilihan kita masing-masing. Meski begitu yang perlu direnungkan ialah jangan sampai kita jadi kehilangan keyakinan diri, jadi “kecanduan” dan ketergantungan terhadap ramalan; Dan amit-amit jangan sampai ketipu oleh oknum “peramal” kaleng-kaleng! 

“莫道文王卦不靈; 只怕先生斷不真.“ – “Do not say that King Wen’s hexagrams are ineffective; fear only that the fortune-teller’s reading is untrue.” – Jangan katakan bahwa heksagram Raja Wen tidak efektif; takut hanya kepada bahwa bacaan si peramal itu yang tidak benar / tepat.”

“Masa depan, tidak ada seorangpun yang dapat memprediksikannya dengan tepat.” – 諸葛亮 Zhuge Liang (181 – 234 M.)

“The best way to predict the future is to to create it.” – Abraham Lincoln and Peter Drucker

“Que sera, sera, Whatever will be, will be…The future’s not ours to see…Que sera, sera.

Suhana Lim

Certified Feng Shui Practitioner

www.suhanalimfengshui.com

0422 212 567 / suhanalim@gmail.com

©️ [COPYRIGHT Suhana Lim], 2022. No part of the materials in this article may be copied, photocopied, reproduced, translated or reduced to any electronic medium or machine-readable form, in whole or in part, without prior written consent of [Suhana Lim]. Any other reproduction in any form without the permission of [Suhana Lim ] is prohibited.

All materials contained on this article is protected by copyright law and may not be reproduced, distributed, transmitted, displayed, published or broadcast without the prior written permission of [Suhana Lim].

Discover

Sponsor

spot_imgspot_img

Latest

IVAN GUNAWAN INGIN MENINGGALKAN DUNIA DENGAN BERKARYA

Seorang perancang busana dan entertainer tanah air ini ternyata memiliki jadwal yang ketat setiap harinya. Kendatipun, Ivan selalu berpandangan positif dan terus mengupayakan yang...

Berkompetisi dan Berekspresi Tidaklah Sama: Musik untuk Aren Budiprabawa

Bagi seorang Aren Budiprabawa, kompetisi musik bukanlah arenanya. Namun dari situ juga ia menyadari bahwa musik mempunyai arti yang lebih dalam di hidupnya.Mulai ikut...

“Street | Life” GAIRAH SENI YOGYAKARTA DAN MELBOURNE

Multicultural Arts Victoria baru-baru ini menyelenggarakan sebuah eksibisi “Street | Life” yang berlokasi di galeri Space@Collins, Collins street, jantung Kota Melbourne. Pameran seni ini...

Upayakan Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19

Dengan bertambahnya kekhawatiran akan kesediaan pangan dalam pandemi covid-19, para pakar pertanian dan pengusaha hadir untuk memberi solusi ketahanan pangan di Tanah Air. Demikianlah...

Masyarakat Indonesia Diingatkan Akan Perlunya Menghentikan Siklus Kekerasan Terhadap Perempuan

Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan pada tanggal 25 November adalah kesempatan tahunan yang penting bagi kita untuk merenungkan apa yang dapat dilakukan untuk membantu menghentikan...