Bulan Ramadan sangat identik dengan pelaksanaan salat tarawih dan buka puasa bersama yang cenderung mengundang banyak massa. Namun, tentunya Ramadan tahun ini akan berbeda dengan adanya pandemi Covid-19. Berikut wawancara BUSET dengan beberapa ketua komunitas muslim Indonesia di Melbourne. 

Teguh Iskanto, Presiden Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV)
Teguh Iskanto -Presiden Indonesian Muslim Community of Victoria (IMCV)

“Kemarin kita sudah sempat meeting sama Tim Ramadan. Jadi apa yang kita rencanakan 3 bulan, 4 bulan, 6 bulan sebelumnya itu bubar jalan, karena terus terang kan Australia sudah in a complete total lockdownEven sebelum total lockdown sudah nggak mungkin,” kata Teguh saat menjelaskan dampak Covid-19 terhadap acara-acara di Bulan Ramadan yang tengah dipersiapkan IMCV.

Regulasi dari pemerintah Australia yang mewajibkan pendatang luar negeri untuk melakukan self-isolation selama 14 hari membuat rencana mengundang ustadz dari Indonesia menjadi tidak efektif, melihat Bulan Ramadan yang hanya berlangsung selama 4 minggu. Alhasil, kajian Ramadan yang umumnya hadir di Bulan Ramadan sebagai ajang menuntut ilmu dan silaturahmi mungkin akan diubah ke dalam bentuk online. 

Selain itu, restriksi dari pemerintah yang membatasi kuota perkumpulan mengakibatkan kegiatan-kegiatan lain yang khas di Bulan Ramadan seperti buka puasa bersama dan salat tarawih di masjid menjadi tidak memungkinkan. “Sampai sekarang kita belum tahu bisa tarawih atau nggak. Kita menunggu arahan dari Australian National Imams Council, kalau mereka bilang gak ada salat tarawih, kita akan nurut arahan mereka,” tutur Teguh.

Di luar dampak persiapan Ramadan, Teguh mengakui bahwa wabah ini juga berdampak bagi aktivitas IMCV lainnya. Program family counselling IMCV, iMercy, harus lebih siap siaga dalam menangani klien, melihat tingkat domestic violence serta anxiety yang meningkat akibat hilangnya pekerjaan di tengah kondisi wabah ini.

Mereka juga harus mempersiapkan mental para calon jamaah haji apabila haji tahun ini ditiadakan. Proses pengurusan jenazah juga akan terdampak, dikarenakan ada beberapa prosesi yang harus dilewati untuk menyesuaikan dengan regulasi social distancing. IMCV juga sempat membagikan bahan makanan secara gratis kepada warga yang membutuhkan, namun kegiatan ini tertunda melihat semakin ketatnya restriksi pemerintah. “Covid ini luar biasa. It’s gonna be a bit challenging for us,” ujar Teguh. 

“Tahun ini kemungkinan besar akan menjadi Ramadan yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,” ujar Presiden IMCV yang juga bekerja di bagian cybersecurity di salah satu perusahaan telekomunikasi Melbourne. Namun, Teguh juga menambahkan bahwa ada pesan positif yang bisa dipetik saat merenungi makna Ramadan di tengah pandemi ini.

“Mungkin Ramadan tahun ini menjadi refleksi diri kita ya, kembali lagi ke the core essence of Ramadan itselfmaintaining a good relationship with our Creator,” tuturnya di akhir wawancara dengan kru BUSET.

Faz Fakhriyadi, Presiden Association of Islamic Dakwah Australia (AIDA) Victoria 
Sumber: Pribadi

Sama hal nya dengan AIDA, organisasi Muslim ini juga harus beradaptasi dengan regulasi baru yang dikeluarkan pemerintah menanggapi Covid-19. “Mulai pertama kali ada state of emergency, kita sudah mulai nutup masjid untuk umum. Karena semakin lama restrictions nya semakin diperketat, dari minggu lalu (awal April) kita sudah ga ada kegiatan. Salat Jum’at pun kita bergilir sepuluh orang-sepuluh orang. Itu minggu lalu, minggu ini kita meniadakan salat Jum’at di masjid, jadi antara salat Jum’at di rumah atau salat Dzuhur saja,” jelas Faz.

Walaupun kegiatan salat Jum’at di masjid terhenti, pengajian yang tadinya rutin diadakan di masjid sebanyak 2-3 kali seminggu tetap berlangsung secara online. AIDA juga berencana mengadakan pengajian online untuk anak-anak yang bergabung di komunitas. “Gimana caranya biar bisa tetap ada pengajian, gak lost contact sama sekali, ya adaptasi saja lah sama keaadan,” ujar Faz saat menjelaskan salah satu bentuk adaptasi yang telah dilakukan AIDA di tengah pandemi ini.

Terkait Bulan Ramadan mendatang, Faz mengakui bahwa belum ada rencana yang tengah dipersiapkan AIDA. Acara buka puasa bersama yang biasanya selalu menghiasi bulan Ramadan sudah jelas ditiadakan. Salat tarawih di masjid pun menjadi tentatif, melihat situasi dan kondisi.

Saat ditanya pesan positif yang dapat diambil di tengah pandemi ini, Faz menuturkan bahwa ia merasa lebih bersyukur. “Satu bersyukur masih di Australia, masih ada tunjangan. Secara finansial terkena dampak tapi masih bisa makan, supply. Bersyukur, alhamdulillah kemarin masih diberi nikmat. Ternyata kemarin tuh nikmat kita banyak sekali,” tuturnya.

“Saling support satu sama lain,” pesan videographer dan business owner ini.  

Naufal Alfath, Presiden Young Indonesian Muslim Association (YIMSA) 

Bagi YIMSA, Covid-19 ini berdampak pada keberlangsungan Annual General Meeting (AGM) mereka. “Biasanya kita adain AGM per bulan Maret, harusnya kepengurusan sekarang lengser di bulan Maret. Tapi karena Covid-19 ini, kita tidak bisa mengadakan AGM,” tutur Alfath di awal wawancara. Menanggapi dampak tersebut, YIMSA tengah membentuk tim transisi agar tetap dapat melangsungkan kegiatan walaupun perekrutan kepengurusan baru terhambat.

“Sekarang kira lebih fokus membentuk tim baru dulu, baru nanti kita fokus ke kegiatan. InshaAllah kita tetep mengadakan kegiatan,” jelas mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan S1 di Swinburne University. 

Saat ditanya tentang kegiatan oleh YIMSA yang akan dilaksanakan di Bulan Ramadan nanti, Alfath memastikan bahwa sistemnya kemungkinan besar akan online, walaupun detail acara belum dapat disampaikan. “Walaupun di tengah kondisi ini, semangat Ramadan harus tetap hadir,” tegas Alfath.

Menurut Alfath, Ramadan tahun ini akan sangat berbeda. “Ramadan yang tidak bisa ke masjid untuk salat tarawih, berkumpul dengan komunitas,” katanya. Ia juga berpendapat bahwa memperbanyak sedekah di bulan Ramadan akan menjadi sulit karena mobilitas yang terhambat. Namun, di sisi lain Alfath juga mengakui bahwa banyak dampak positif yang bisa dipetik dari situasi ini. Selain mendapat banyak waktu untuk merenung, ia mengaku bisa lebih dekat dengan keluarga besarnya, dimana hal ini tidak ia rasakan sebelumnya. “Keluarga besarku yang tadinya jarang kumpul, sekarang jadi sering video call. Jadi unik nya tuh, banyak berkahnya sebetulnya,” ujar Alfath.

“Semoga tidak ada lagi korban yang berjatuhan karena Covid-19 ini. Semoga kerabat, keluarga dan orangtua kita sehat selalu dan terjaga. Dan semoga mendekatkan yang jauh, terutama dalam unit keluarga,” pesan Alfath di akhir wawancara.

Tity