Sejarah Radio Indonesia dan Keunikannya
Begitu banyak alasan mengapa seseorang mendengarkan radio. Selain karena kita mengenal siapa penyiarnya ditambah suaranya yang khas dan enak didengar, radio tampaknya memberikan ruang bagi pendengar untuk berimajinasi. Tak sedikit pula yang beralasan bahwa tidak terbiasanya mereka merasa sepi, hingga radio menjadi teman baik mereka setiap hari.
Setiap tanggal 11 September, kita merayakan Hari Radio Nasional yang awalnya bermula dari Radio Republik Indonesia yang berdiri tanggal 11 September 1945 Pkl. 17.00 WIB. Sejarah mengatakan bahwa Radio digunakan untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi untuk rakyat. Pentingnya radio saat itu adalah sebagai alat komunikasi yang tentunya diharapkan dapat terus berjalan seandainya terjadi pertempuran. Saat ini, Radio sudah berkembang mengikuti perkembangan zaman dengan berbagai format seperti musik dan ragam cerita Radio.
Perlu kita akui bahwa Radio adalah salah satu media komunikasi yang unik. Pada dasarnya radio tidak memiliki visual. Walaupun sekarang banyak orang sudah mulai beralih ke podcast yang disertai dengan visual suasana penyiaran podcast tersebut namun esensinya sebenarnya adalah agar audience mendengarkan konten mereka.
Kedua, Radio juga pada dasarnya adalah komunikasi satu arah yaitu dari penyiar kepada pendengar sebagai penyedia. Namun seiring berjalannya waktu, radio memberi ruang kreativitas untuk berkembang dengan adanya live interactive yang memungkinkan komunikasi langsung dengan pendengar. Jadi, tidak mudah bagi seorang penyiar untuk terus berbicara sepanjang siaran untuk mengunci perhatian pendengar untuk tetap mendengarkan mereka siaran. Ketiga, tidak sedikit pendengar ‘ngefans’ dengan penyiar radio karena suaranya yang sangat mengundang minat orang untuk mendengar dan pembawaan sang penyiar yang membuat pendengar mampu berimajinasi terhadap konten yang dibawakan. Lagi, kemampuan penyiar sangat diperlukan untuk menyihir pendengar menyerap info dan konten yang diberikan saat siaran.
Penyiar muda, Bryan Andersen
Kecintaan penyiar radio muda, Bryan Andersen yang sekarang menjadi salah satu penyiar Radio Love and Laugh 94,1 FM juga berawal dari menjadi pendengar radio di Indonesia seperti Radio Prambors dengan host Danang-Darto “The Dandees” dan Radio 99ers 100FM Kota Bandung.
Tahun 2015, Bryan sendiri sebenarnya terjun ke dunia Public Speaking untuk menjadi Presenter. Namun, akhirnya memutuskan untuk lompat ke dunia broadcasting dan mengambil studi Diploma Media and Communication serta lulus dari Deakin University dengan gelar Sarjana di Film dan TV.
Bagi Bryan, Radio masih merupakan alat komunikasi sangat penting saat ini, terutama sebagai media hiburan. Radio sekarang juga sedikit banyak terbantu dengan adanya internet yang tidak mengharuskan seseorang harus memiliki antena panjang, tapi bisa dilakukan streaming dimanapun pendengar berada. Radio juga memiliki ‘sense of belonging’ yang membuat pendengar semakin dekat dengan komunitas radio itu sendiri.
Menurutnya, menjadi penyiar dan presenter itu sangat berbeda dan tidak mudah. Menjadi seorang presenter, Bryan sangat mudah membangun energi dan berinteraksi langsung dengan audience. Apalagi dengan wajah tampan dan menarik, tentu akan mampu menarik banyak minat audience. Tetapi sebagai penyiar, sangat sulit baginya untuk membangun energi yang sama. Ia pun harus mengerti siapa pendengarnya dan apa yang mereka inginkan sehingga siaran pun dapat diterima dengan baik oleh target marketnya. Walaupun demikian, karena passionnya terhadap dunia broadcasting, pria kelahiran tahun 1998 ini merasa bahwa menjadi penyiar dan terlibat di komunitas dapat menjadi ‘training ground’ untuk mengasah dan memaksimalkan ketrampilan komunikasi dan improvisasinya sebagai public speaker bilingual. Namun, tidak dapat dihindari, menjadi ekstrovert dan harus sendirian melakukan siaran merupakan tantangan tersendiri baginya. Nah, apa kalian masih mendengarkan radio sampai saat ini?
