Kalau sahabat-sahabat BUSET ditanya, aktivitas-aktivitas apa saja yang kalian lakukan dalam mewarnai hari-hari kalian selama karantina? Apa saja sih jawaban kalian? Masak-masak resp baru di rumah sendiri, karaoke lewat YouTube sendiri, main game–game online terbaru sendiri, dan lebih banyak lagi hal-hal yang kalian lakukan sendiri kan? Pandemi memang banyak mencuri kebebasan kami dalam bersosialisasi. Itulah mengapa PPIA Victoria beberapa saat lalu mengadakan Quadrafest!
Mari kita terjun ke dalam Quadrafest bersama dengan gadis-gadis hebat yang bekerja begitu besar di balik layar festival daring ini – Steffi Nata Sathia, Imada Suadika, dan Sheika Naifi Badres. Hasil dari keseluruhan acara bagi ketiga project manager kami ini sangatlah membanggakan dan mengharukan. Hal ini terutama kesulitan yang mereka hadapi tidak hanya dalam mempersiapkan Quadrafest yang ternyata direncanakan secara spontan! Imada mencurahkan frustasinya karena COVID-19 yang menggagalkan acara-acara PPIA yang seharusnya berlangsung. Steffi dan Naifi pun menyahut kekecewaan Imada dengan setuju bahwa keputus asaan sempat merasuki hati mereka, tetapi hal itu menjadi semangat sendiri bagi ketiga putri PPIA VIC ini.
Ketika ketiga project manager jelita ini mengadakan pertemuan pada awalnya melihat bahwa pada saat ini acara-acara yang menguji talenta-talenta peserta sedang on trend. Lalu membuat acara lebih menarik mereka akhirnya memutuskan untuk membuatnya sebagai sebuah festival yang berlangsung selama empat hari yang melingkup acara nonton bareng, game night, dan workshop memasak. Fun fact, nama yang pada awalnya diberikan untuk program ini adalah One Night FestS loh!
“Tetapi karena nama itu membuat acara tersebut terdengar hanya berlangsung satu hari saja, kami menggantinya menjadi Quadra,” ucap Naifi.

Namun, tak heran bahwa seperti acara-acara PPIA yang lainnya acara Quadrafest sukses mengumpulkan puluhan peserta setiap harinya. Puluhan mahasiswa dari universitas-universitas di Victoria mana pun baik yang sudah kembali ke Indonesia dan yang masih terjebak di Australia mengikuti setiap aktivitas Quadrafest.
Hari pertama festival diawali dengan nobar film Indonesia yang sedang hits di Netflix berjudul Guru-Guru Gokil yang dibintangi oleh selebritas-selebritas ternama di Indonesia seperti Gading Marten, Faradina Mufti, dan Dian Sastrowardoyo!
Hari kedua pun tidak kalah seru dengan segala aura kompetitif yang mewarnai permainan Among Us di antara para peserta. Selesai secara konstan tunjuk-menunjuk siapa di antara mereka lah impostor pembunuh hari ketiga, dipimpin oleh Ibnurrais Nisfusyah yang adalah Presiden PPIA Victoria kala itu mengadakan keals memasak Mini Lekker dan Kentang Balado. Sebagai cherry on the top, acara uji talenta akhirnya menutupi festival dengan kegebyaran yang dibawa oleh para peserta – ada Monica si penyanyi merdu nan Raissa, Christopher pianis muda yang gila Jazz, bahkan Amritha yang tak kalah uniknya membawa lagu India dengan suara indahnya. Tetapi pemenang dari uji talenta pada malam itu adalah.. Ryandi Wijaya! Ryandi adalah seorang mahasiswa Le Cordon Bleu yang juga menjalani kehidupan keduanya sebagai seorang penari. Pada malam itu Ryandi mempersembahkan kepada para juri dan penonton koreografinya untuk lagu Billie Eilish, When the Party’s Over.
“Aku senang sekali untuk bisa menang tetapi di sisi lain tarian ini sebuah ekspresi diriku akan terima kasihku kepada teman-temanku yang harus pulang for good ke Indonesia. Aku juga berharap bahwa dengan mengikuti acara ini aku dapat memperluas koneksiku kepada komunitas-komunitas tari baru di Melbourne,” ujar putra Medan ini.
Ryandi sudah sejak bangku SMA 1 dengan gigih mendalami dunia tari bersama teman-temannya di Medan. Ia mengatakan bahwa menari sebagai satu klub dengan orang-orang yang ia sayangi tidak hanya mengembangkan kemampuannya tetapi membantu membangun kepribadian yang kuat baginya seperti kedisiplinan, sifat pekerja keras, terutama kekeluargaan. Ia membuka diri dan mengatakan bahwa Negara Indonesia masih sangatlah awam akan dunia tari terutama akan street dancers, jadi mereka masih belum dapat menghargai street dancers dibandingkan penari entertainment. Akhir kata Ryandi berharap bahwa Indonesia mau membuka diri untuk mengenali budaya-buda tari yang tidak hanya sebagai sumber nafkah tetapi komunitas keluarga kedua bagi seseorang dan bentuk ekspresi diri juga pengembangan diri.
Trio Steffi, Imada, dan Naifi berharap agar semua orang tidak patah semangat selama menghadapi pandemic yang adalah badai yang pasti akan berlalu. Imada bernasihat untuk melihat sisi positifnya saja – belum tentu bahwa kita mampu mendapatkan waktu istirahat yang begitu banyak seperti ini di rumah ketika dunia menjadi kembali normal. Steffi pun mengatakan untuk selalu membawa ke dalam doa dalam menghadapi yang Naifi deskripsikan sebagai cobaan dunia.
***
Apa Kata Mereka?
Hasil Quadrafest memang more than expected ya! Segala kerja keras yang kami curahkan dalam festival ini pada akhirnya terbayar dan hal tersebut membuatku sangat bahagia. Aku sangat bangga dengan anggota-anggota kru PPIA VIC untuk dapat membuat empat hari ini berjalan sangat lancar, Aku pun berterimakasih kepada para peserta Quadrafest dan berharap mereka terhibur selama empat hari ini. Ngomong-ngomong soal Quadrafest, terutama talent show-nya benar-benar mengesankan. Semua keunikan talenta para peserta sangatlah menginspirasi. Tetapi, Amritha yang dengan merdu mampu membawa lagu India benar-benar berbeda dari yang lain!
–Stephen Widjaja, graduate RMIT University
Acara Quadeafest menurut gue adalah acara yang dibuat dengan begitu banyak niat dari PPIA VIC terutama pada tahun dimana pandemic membatasi interaksi kita secara umum. Gue bangga banget sama PPIA VIC yang dapat mengelola acara ini dengan begitu baik. Quadrafest hasilnya sangatlah seru, unik, dan dengan konsep yang jarang dibawa oleh organisasi lainnya. Empat hari dengan empat konsep yang berbeda-beda, sangatlah luar biasa! Semoga akan ada lebih banyak lagi acara seperti ini lagi. Terutama talent show-nya ya! Tetapi, Ryandi itu benar-benar keren banget. Menurut gue, dia yang mempersembahkan tariannya kepada teman-temannya yang akan pulang ia ekspresikan begitu indahnya sehingga outshine peserta lainnya.
–Rizky Sugianto, mahasiswa Monash University