Jika kalian gemar menonton kompetisi memasak televisi, kemungkinan kalian pernah mendengar sosok bernama Tati Carlin. Wanita kelahiran Banjarmasin tersebut merupakan kontestan ajang Masterchef Australia 2019 yang menarik perhatian berkat mengviralkan masakan Indonesia di layar lebar Australia.
Beberapa masakan yang ia hidangkan termasuk sate, gado gado, nasi bakar, kroket, Ikan baramundi dengan kari kentang, semua dihidangkan secara modern. Namun ada satu hidangan yang membuat namanya menjadi viral, yaitu rempeyek buatannya yang bahkan mampu membuat juri Matt Preston terpukau. Video yang memperlihatkan Tati menyiapkan Rempeyek juga sudah ditonton lebih dari 2 juta kali.
Proses pendaftarannya untuk kompetisi masak tersebut sudah berjalan sejak Juni tahun lalu, dimana ia mendapat dorongan dari suaminya, Mark. Awalnya ia merasa berat untuk mendaftar karena banyaknya pertanyaan dan kesibukan dengan dua kerjanya. “They sent me a reminder and say you have nothing to lose. So go and finish your application. And I thought, yeah really I got nothing to lose,” ceritanya soal keputusannya untuk akhirnya mendaftarkan diri ke Masterchef.
Setelah menyelesaikan aplikasi dan mengirimkan foto nasi liwet buatannya, pihak Masterchef pun mengabarkan ketertarikan mereka dan mengajaknya untuk ikut audisi di Melbourne pada bulan September tahun lalu. Namun karena ia harus pergi ke Amerika pada bulan tersebut, mereka kemudian menawarkannya untuk ikutan audisi di Adelaide atau Brisbane. “We were so blessed because at the same time Mark had to go to Adelaide. So everything just worked out well,” ibu dengan satu anak tersebut mengungkap tentang pilihannya untuk pergi lebih awal ke Adelaide.
Jalan untuk mengikuti kompetisi tersebut semakin terbuka karena ia dapat mempraktekkan membuat sebuah hidangan yang meloloskannya dari ronde kedua audisi, Roti Jala sebagai pendamping hidangan Sate. “My mission was to cook Indonesian food whenever I could, I wanted to introduce Indonesian food,” ungkap Tati yang juga gemar menggunakan daun pisang dalam masakannya.

Rempeyek Andalan
Pada salah satu episode para kontestan harus memasak hidangan yang berhubungan dengan tema Secret Week, dan bisa berhubungan dengan resep rahasia. “It was a week before that my cousin’s husband passed away. So Mark rang me and asked me to call him back. He was in his forties and got pneumonia. I was really sad because we were really close when we were growing up. So the whole week I was thinking about my family,” ceritanya tentang apa yang terjadi beberapa minggu sebelumnya.
Tati merasa tergerak untuk memasak sesuatu yang akan disukai keluarganya. Dengan itu ia pada akhirnya memutuskan untuk membuat Rempeyek dengan kemiri, resep yang berasal dari neneknya. “George came in and tried my first batch. And then they came back and take a pinch. And Matt Preston came to my bench and that’s what people heard in the title. And they love it,” imbuh wanita yang yang juga memiliki pengalaman kerja di industri perhotelan Indonesia tentang respon dari para juri, bahkan hingga ia harus membuat rempeyeknya dalam jumlah lebih pada saat itu karena para juri dibuat ketagihan oleh rempeyeknya.
Pesan dari keluarga dan teman dekat menjadi penyemangat
Dalam kontes tersebut Tati yang sudah menetap di Australia selama 11 tahun mengungkapkan bahwa para kontestan tidak diijinkan untuk memegang telepon genggam milik sendiri, dan disediakan dengan satu ponsel yang bahkan tidak memiliki kamera, dan hanya disediakan waktu 10 menit untuk dipakai. Bahkan dengan canda Tati mengungkapkan ketika kembali ke rumahnya setelah selesai berpartisipasi selama 4 setengah bulan, ia sempat lupa bagaimana menggunakan smartphonenya.
Gambaran tentang pengalaman di tempat penginapan kontes Masterchef pun ia berikan. “It’s like a boarding school, all we did was study. It’s like going to an exam and you don’t know the subject. You read Turkish food, whatever food, to get inspiration. There are hundreds of cooking books in the house. And all we did everyday was reading cooking books,” ujar anak tertua dari 4 bersaudara tersebut. Namun karena bersama-sama tinggal dalam isolasi selama waktu yang lama, solidaritas antar para kontestan pun turut terbangun. Bahkan para kontestan turut meluangkan waktu untuk mengunjungi rekannya ketika mereka mengadakan acara pop-up. “The thing with Masterchef is that we become like a big family. Even with different seasons, we just get connected with them,” tambahnya.

Namun karena selama di kompetisi para kontestan terisolasikan, ada salah satu hal yang menguatkannya. ”What kept me going was my conversation with my husband 3 times a week for 10 minutes. We wrote each other letters. So I also have some very close friends that are constantly sending me letters. It was like every day after we finish filming, we jump to the bar and there’s a blue clear folder and that’s where the letters are normally kept inside, and it will be handed over. We’re all like kids, is there any letter for me? Any package for me? And that is the most exciting is to receive one piece of letter, is such a great moment. And sometimes we start reading letters and we started to cry. Because we missed our family so much,” cerita Tati yang mengagumi sosok Massimo Bottura sebagai role model.
Setelah mendapat banyak pertanyaan di akun media sosialnya tentang apakah ia akan menjual rempeyek buatannya, Tati pun akhirnya memutuskan untuk mulai memproduksinya. Kapan? Simaklah terus! Yang pastinya akan menggugah selera kita semua. “I don’t want to saturate the market and make the product cheap. I want people to find it, to enjoy and taste them, and make them realize that it is really delicious,” katanya mantab seturut filosofinya yaitu mementingkan kualitas dalam rempeyek buatannya.
Denis
Foto: koleksi Masterchef Australia