“Di saat kamu percaya diri kamu otomatis sudah meyakinkan klien kamu bahwa kamu tahu apa yang kamu lakukan”
-Gabriella Michelle Tumewu-

“Passion can make you happy, but in order to go forward you have to think business wise.”
-Louis Amal-

Siapa bilang memulai sebuah bisnis harus menunggu sampai umur tua. Buset Magazine berkesempatan berbincang dengan dua pemuda, Louis Amal dan Gabriella Michelle Tumewu, khusus untuk mendengarkan keseruan dan tantangan menjalankan usaha fotografi pernikahan mereka bernama Arla Productions yang sudah berjalan selama dua tahun.

Bagi Louis, awal pengalaman dengan fotografi dimulai sekitar Agustus 2016 dengan impian ingin menjadi seorang fashion blogger. “Kemana-mana pake suit, ke Cape Schanck bawa koper. Ada teman orang fotografer, dia yang ambil foto, makanya saya excited,” kenang Louis. Namun karena temannya harus kembali ke Tanah Air, ia terpaksa harus mencari pengganti.

PreWed & Wedding by Arla Productions

Setelah menyadari bahwa banyak hasil foto yang diambil tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, Louis berhasrat untuk mencoba mengambil foto sendiri, dan menemukan keseruan di peran tersebut. “Dari 2016-2017 Maret gitu aku sudah start taking photos of landscapes, cityscapes, portrait, yang keren-keren gitu,” ujar pria yang terinspirasi dengan akun instagram Art of Visuals.

Memiliki selera terhadap street photography, pertama kalinya Louis mulai mencoba fotografi pernikahan dimulai dengan membantu kakak perempuannya pada 21 April 2017. “Dia waktu itu ada fotografer lain, I’m just her back up plan. We went to shoot in Sydney and Melbourne. Ada satu foto yang aku ambil di St Patrick Cathedral, that went viral,” cerita pria asal Medan tersebut tentang fotonya yang pernah dishare oleh akun fotografi pernikahan seperti Bridestory dan Weddingku.

Cathy Sharon

Menyadari bahwa ia menyukai pengalaman ini, Louis memutuskan untuk mendalaminya. Dengan ide ingin menggabungkan selera warna wedding photography dengan street photography yang terkenal dengan tona warna gelap, ia harus mempertimbangkan antara ingin menjalankan ini sebagai passion atau sebuah bisnis. “If you want to expand this as a business, go for the money wise. Passion can make you happy, but in order to go forward you have to think business wise,” papar Louis yang menemukan inspirasi dari usaha bisnis serupa dari Dirty Boots and Messy Hair yang memiliki tona gelap nan hangat.

Chelsea Islan

Berbeda dengan Louis, Michelle bergabung dengan Arla Productions pada Agustus 2017. Wanita asal Jakarta tersebut sudah memiliki passion di indusrti wedding sejak masa SMP dan pernah mendalami studi cinematography dan magang dengan perusahaan fotografi pernikahaan terkenal di Indonesia, Axioo. Disana ia mendengar tentang Arla Productions dari rekan kerjanya tentang beberapa foto yang menjadi viral, Michelle pun mendaftarkan diri, dan menemukan bahwa dia dan Louis memiliki cita rasa yang sama.

“Awalnya aku buat Arla bukan di Wedding Industry. I have no clue at all. Just taking and editing photos. Tapi aku gak tahu pernak perniknya apa saja,” kisah Louis tentang awal pengalamannya menjalankan Arla. Membawa beberapa ilmu yang didapat dari magangnya, Michelle pun mulai mengambil alih videografi serta terus saling melengkapi bersama Louis dalam usaha wedding photography, contohnya membuat moodboard hingga styling.

PreWed & Wedding by Arla Productions

Menciptakan Momen Intimasi  

Demi mengambil momen yang intim dan candid, kedua insan ini mempelajari berbagai teknik agar dapat membuat klien mereka bisa tertawa, terharu, dan berbagai ekspresi natural lainnya. Mereka pun harus selalu siap mata dan kamera untuk menangkap momen tersebut. Salah satu cara yang digunakan rupanya adalah dengan memulai topik konversasi yang tidak mengharuskan sang klien memikir terlalu panjang. “Talk about something funny, cari something yang berhubungan dengan sesuatu yang belum apa-apa mereka sudah ketawa,” saran pria dari 3 bersaudara tersebut tentang cara membuat momen candid bersama klien mereka.

Gisela & Wijin

Untuk bisa memahami tentang hal-hal tersebut, Michelle mengungkapkan, mereka harus mengetahui lebih dekat tentang klien mereka dengan melayangkan berbagai pertanyaan. “Dari perspektif masing-masing terhadap pasangan pasti beda, bahkan mungkin cara mereka ketemu bisa beda cerita. Maka dari itu, sebelum klien ketemu kita, tidak boleh namanya nyontek [jawaban], jadi mereka punya jawaban masing-masing. Misalnya, 5 hal kecil dari pacar kamu yang kamu suka dan dia gak tahu,” tutur alumni SMA Santa Ursula itu. Dengan demikian, para klien dapat melihat balik perjalanan bersama pasangan mereka dan menimbulkan kembali rasa-rasa penasaran dan asmara di antara keduanya.

Tantangan ‘Tukang Foto’

Dalam menjalankan usaha fotografi, Louis dan Michelle menyadari bahwa masih ada miskonsepsi dari kebanyakan masyarakat Indonesia yang menilai profesi mereka sebagai “tukang foto”, bukan sebagai seorang “seniman”. Menanggapi hal ini, mereka selalu berusaha mengajak klien untuk bersama-sama memikirkan konsep yang lebih bertahan lama dan bukan hanya untuk kepuasan diri sendiri. “Our concept itu selalu to capture your timeless memories. Sesuatu yang kamu bisa kasih lihat cucu, nih kita kayak gini,” ujar wanita dari 3 bersaudara tersebut.

PreWed & Wedding by Arla Productions

Tantangan lain yang juga dihadapi Louis dan Michelle adalah dalam berbagi waktu dengan aktivitas keseharian mereka. Pada jam kantor, Louis bekerja sebagai seorang analis di perusahaan ekuiti yang beroperasi di industri pertambangan. Ia harus mengorbankan hari Sabtu dan Minggu serta jatah libur tahunan untuk klien Arla Productions. Bahkan tak jarang di malam hari mereka masih harus mengedit foto dan melayani komentar dari akun media sosial Arla. “You have to, kalau gak gimana kita naik. Kita berdua sacrifice a lot, it’s like our baby,” tegas sang alumni Macquarie University di Sydney itu.

Agatha Chelsea

Ketika Michelle bergabung dengan Arla, ia sedang menjalani studi di University of Melbourne, program double degree di bidang Film and Criminology. Sekarang pun Michelle tengah menyelesaikan gelar Master bidang Teaching di Australia Catholic University. “Aku sewaktu bachelor bisa cuma ke campus seminggu sekali atau dua kali, dan belajar melalui lecture capture. Selesain tugas sudah harus di plan dari jauh hari karena setiap memasuki masa ujian, jadwal kerja penuh. But, I always love it. It’s a bittersweet experience of life. I’ll do anything for Arla, as it grows from our passion and hardwork,” tutur Michelle yang juga ternyata memiliki hobi menulis puisi.

Momento Keluarga

Seiring dengan perkembangan Arla Productions, Louis menyadari bahwa ia harus memisahkan foto tema pernikahan dengan keluarga. Dengan demikian ia membuat sebuah anak perusahaan di bawah Arla bernama Momento. Jika Arla menampilkan tema yang memiliki intimasi antara pasangan, Momento mengarah ke foto liburan dan keluarga, memiliki tone yang lebih cerah dan suasana meriah serta menampilkan tempat yang ikonik.

PreWed & Wedding by Arla Productions

Selama dua tahun perjalanan baik melalui Arla maupun Momento, Louis dan Michelle sudah pernah berkesempatan berkolaborasi dan membangun hubungan bersama beberapa artis asal Indonesia, beberapa diantaranya Tarra Budiman, Ashanty, Nikita Willy, Chelsea Islan, Agatha Chelsea, Awkarin, Gisella Anastasia dan anaknya Gempi. Louis mengungkapkan bahwa kesempatan bertemu dengan berbagai artis Indonesia semua diraih melalui koneksi. “Mau Nikita Willy, Chelsea Islan, Awkarin, siapapun yang kesini kita build relationship ama mereka, not just one time and they’re gone. Almost like once a month kita ngobrol-ngobrol, jadi mereka bukan pakai kita sebagai fotografer, tapi sebagai teman sekarang,” ujar Louis tentang merawat hubungan baik melalui event networking.

Louis menceritakan pengalaman pertama kali melakukan sesi foto bersama seorang artis adalah dengan Tarra Budiman. “Teman waktu itu chatting sama Tarra Budiman; kak minta foto yuk, dengan ekspresi minta foto selfie. Tarra Budiman-nya mungkin salah nangkap, kirain jalan-jalan di Melbourne foto. Foto dan foto, lalu jadi teman,” cerita pria yang memiliki hobi bermain basket di kala senggangnya.

Nikita Willy

Mulai Dengan Melangkah

Never be afraid to start now. Kalau ga mulai sekarang, kapan?” ucap Michelle kepada para pembaca Buset yang tertarik terjun ke dunia fotografi, terlebih lagi bagi ingin mengembangkannya menjadi sebuah bisnis. “Harus punya modal nekat dan tekad. Sewaktu mulai pertama kali pasti hal yang paling menyeramkan, bagaimana cara menyakinkan klien sedangkan belum punya portofolio? Tetap percaya diri, di saat kamu percaya diri dan percaya dengan kemampuan diri kamu, kamu akan memdorong diri kamu sendiri dan menantang untuk belajar lebih. Dan di saat kamu percaya diri kamu otomatis sudah meyakinkan klien kamu bahwa kamu tahu apa yang kamu lakukan,” ujar Michelle mantab.

Awkarin

Make sure you guys know what you guys doing first, Know the product and services really well,” tambah Louis yang berharap suatu hari dapat mengunjungi Islandia untuk mengabadikan pemandangan melalui lensanya.

As people say, practice makes perfect. No one starts up their business perfect on their first time. Do what you love and not what you’ve been told to. If you enjoy what you are doing that means you enjoying your life,” ujar Louis mengenai pentingnya keberanian untuk terus belajar dan mengikuti passion.

Ana Octarina

“Dan yang paling penting doa, karena segala keputusan dan pikiran saya, saya selalu bawa dalam doa untuk minta petunjuk bahwa yang saya lakukan memang kehendakNya,” tambah Michelle yang mengidamkan Kota Marrakesh di Maroko untuk berfoto-ria.

Denis
Foto: koleksi Arla Productions