Sosok dalang wanita pada pertunjukan Shadow’s Light yang diadakan awal Desember 2018 sebagai bagian dari Mapping Melbourne mencuri perhatian. Dialah R. Ay Sri Kadaryati Ywandjana atau yang akrab disapa Ibu Kadar.  Perempuan yang kini berusia 74 tahun ini mulai menari sejak usia tujuh tahun dan masih aktif menari hingga sekarang. “Tari sudah mengalir dari sananya,” beber Ibu Kadar yang juga menjadi pengajar di Kraton Yogyakarta dan kepa sanggar Surya Kencana. Di sela-sela aktivitasnya merias diri untuk acara Shadow’s Light, ia menyiapkan waktu untuk berbincang dengan tim Buset.

Menari membuatnya dapat kesempatan untuk melihat dunia lebih luas. Kedatangannya di kota Melbourne tahun 2018 bukanlah yang pertama. Tahun 2014 ia sempat mengisi rangkaian Mapping Melbourne juga. Inilah salah satu hal yang ia sukai dari kiprahnya berkesenian. Selain tak kenal kata pensiun, ia bisa berpergian kemana-mana. Baginya, suka dalam menari lebih banyak daripada dukanya.

Sebagai pelaku kesenian klasik di tengah dunia modern, menurut Ibu Kadar, kehadiran kesenian kontemporer tidaklah masalah. Meski begitu seni klasik tidak boleh padam, dan harus dipertahankan. “Kalau sudah bisa menari klasik, mau belajar tari apapun mudah belajarnya,” ungkapnya. “Jangan malu-malu belajar seni tari klasik, karena tari klasik adalah pedoman,” tambahnya.

Ibu Kadar tengah merias diri sebelum pertunjukan

Filosofi Gerak dalam Tari

Menurut Ibu Kadar, tarian bukan sekadar bergerak. Ada filosofi di balik setiap gerakannya. Bahkan tersimpan nasihat yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Di balik tarian Jawa Kuno, misalnya, ada empat filosofi yang terkandung, yakni Sawiji, Greget, Sengguh, dan Ora Mingkuh. Artinya, konsentrasi, semangat, percaya diri dengan rendah hati, dan bertanggung jawab. “Hidup yang sawiji adalah hidup yang lurus dan fokus kepada Tuhan.Yang kedua adalah hidup greget yang bersemangat untuk bekerja. Yang ketiga adalah mempunyai percaya diri, dan yang keempat adalah mempunyai hati yang tahan marah terhadap orang lain.”

“Kalau bisa, terutama untuk anak-anak zaman sekarang, seni bisa membantu mengurangi kenakalan remaja, dibandingkan melakukan kegiatan yang tidak berguna,” imbuh Ibu Kadar. Tentu tidak hanya berlaku pada seni tari atau kesenian tertentu. Apalagi di dalam tarian kuno tersimpan pedoman penting, yang bisa jadi panduan hidup.

 

 

 

Adisa