Mari kita berkenalan dengan dua sejoli yang telah menjadi pasangan suami istri, Donaldi dan Miranti Kumala. Keduanya menempuh dan menyelesaikan pendidikan tingginya di Melbourne, Australia.

PERKENALAN DENGAN MELBOURNE

Sama seperti kebanyakan dari kita, ketika menapakkan kaki di Negeri Kangguru untuk studi, Donald dan Mira langsung merasakan yang namanya kebebasan dan hidup mandiri. Setibanya tahun 1998 silam, Donald memilih Monash University untuk menempuh studi di jurusan Business and Economics. “Menurut saya jurusan tersebut memiliki banyak opsi dan pembelajaran. Dari akuntansi, manajemen, marketing hingga human resource development,” paparnya. Selain itu juga, jurusan tersebut sangat sesuai dan dapat diimplementasikan dengan bidang usaha yang dirintis ayahnya.

Lain halnya dengan Mira, sosok perempuan dengan tutur kata halus ini tiba di tahun yang sama karena sang orang tua hendak ‘melarikan’ dirinya dari Tanah Air karena kerusuhan 1998. Peristiwa tersebut memaksa gadis asal Kebumen, Jawa Tengah ini untuk langsung ke Melbourne meski belum menyelesaikan pendidikan SMA. 

Dari awal Mira telah memantapkan hati untuk mendalami bidang kulinari, yaitu Cookery. Ia pun mendaftarkan diri ke Australian College of Tourism and Hospitality (ACTH). Di hari pertamanya kuliah, Mira mengharapkan ruangan dapur dengan fasilitas komersial yang mengkilap. Namun ternyata ia malah menemukan ruangan kelas dengan bangku dan layar presentasi. Rupanya karena kurang jeli, Mira salah mendaftarkan diri ke jurusan manajemen perhotelan.

MANDIRI NAMUN HILANG ARAH

Tahun pertama tinggal di bemua seberang tanpa orang tua sempat membuat Donald kebablasan. Kuliah tidak serius dan lebih banyak main sehingga secara akademis Donald banyak mengalami kegagalan di tahun pertamanya. 

Ditambah lagi dalam pergaulannya, Donald lebih sering menghabiskan waktu di kasino, alhasil dirinya sempat menggunakan uang kuliahnya sebesar $3,000 pada saat itu. Untung saja Donald masih memiliki rasa tanggungjawab besar sebagai anak yang beranjak dewasa. Ia lalu memulai untuk bekerja pertama kali dalam hidupnya demi mengembalikan uang sekolah yang sudah terpakai. 

Dengan terbuka Donald menceritakan kepada Buset bagaimana dirinya bisa insaf dan berusaha untuk tidak jatuh ke lubang yang sama. Yakni ketika sang ibu berkunjung ke Melbourne, hampir setiap malam ia meninggalkan ibunya demi memuaskan hasrat berjudi. Hingga akhirnya seorang teman baik yang juga housemate-nya menegur Donald dan mengutarakan pendapat serta perasaannya terhadap perilaku pria kelahiran September 1979 itu. 

Singkat cerita, perlahan Donald berbalik 360 derajat dan langsung mengejar ketinggalan dalam pelajaran sembari bekerja sebagai pengantar koran dan junk mailcleaner di restoran dan juga stock clerk.

Di suburb seberang, Mira menggali pengalaman di dunia hospitality. Ia sempat menjadi pelayan restoran Jepang hingga bekerja di berbagai hotel di Melbourne, Singapura dan di Indonesia. Berbeda dengan Donald, Mira memiliki pengalaman berkerja yang lebih stabil.

Donald dan Mira bersama kedua putra mereka, Marvell (11) dan Jayden (8) 

MENITI KEHIDUPAN DI JAKARTA

Di tahun 2002 Donald lulus dan mendapatkan gelar Bachelor of Business dari Monash University. Bersama Mira, keduanya memutuskan untuk kembali dan memulai karir di Indonesia. Menurut Donald, Indonesia masih memerlukan tenaga ahli dan pengusaha yang memiliki visi untuk memajukan bangsa. 

Awalnya Donald sempat bekerja di perusahaan investasi selama beberapa waktu hingga akhirnya ‘dibajak’ sang ayah untuk masuk dalam perusahaan keluarga yang bergerak di bidang pondasi tiang pancang. Meski menyandang gelar ‘anak bos’, putra sulung dari tiga bersaudara itu tidak memiliki karir yang langsung melonjak. Ia harus bersedia ditempatkan di pabrik sebelum diangkat masuk ke level managemen di kantor pusat. “Karena sudah memahami flow operasional di pabrik, saya jadi lebih mengerti membaca laporan keuangan dan membuat strategic marketing dan management,” ungkapnya. 

Donald mengakui, pengalaman hidup dari Melbourne membuatnya lebih dewasa dan bijaksana. Bekal ini kemudian ia sesuaikan dengan struktur kehidupan berkarir dan berusaha di Tanah Air sehingga menjadikannya lebih tegas dan diplomatis. “Sekolah yang benar, pengalaman hidup selama di Melbourne akan berguna di kemudian hari. Pilih subjek yang benar, jika tidak waktu belajar disana akan sia-sia,” pesannya untuk teman-teman pelajar yang sedang dan akan menimba ilmu di negara yang memiliki berbagai universitas kelas dunia ini. 

Hingga saat ini, ratusan karyawan Pantonpile bernaung di bawah kepemimpinan Donald. Namun untuk sampai ke posisi sekarang, ayah dari Marvell Josiah Kumala dan Jayden Joshua Kumala ini harus berani belajar dari dasar demi memperbesar koridornya. Tanggungjawab yang besar tentu hanya dapat diberikan apabila pondasi diri sudah kuat dan mantab.  

Senada dengan suaminya, Mira mengatakan, “gunakan kesempatan yang telah disediakan oleh orang tua untuk menempuh pendidikan di luar negeri. Karena kita tidak bisa mengandalkan dari orang tua kita saja. Bekali diri kita dengan ilmu yang didapat dari pergaulan.”

Bahkan Donald dan Mira telah merencanakan agar kedua buah hati mereka dapat kembali mengecap pendidikan di kota yang sama. 

Rr

Foto: koleksi pribadi