Kesibukannya mengejar dua gelar sekaligus, di jurusan Finance dan Digital Advertising tidak membuat keinginannya berorganisasi meredup. Ia malah kian sadar pentingnya komunitas saat berkuliah di Swinburne University. Bahkan di tengah kesibukannya membagi waktu dan konsentrasi, ia terpilih menjadi Presiden atau Ketua PPIA Swinburne periode 2018/2019.
Pria kelahiran 25 Desember ini tentu sadar tidak mudah berorganisasi seraya berkuliah, tapi organisasi bukanlah sesuatu yang baru buatnya. Bagi Destin berorganisasi juga membuatnya berkembang jadi individu yang lebih baik. Itulah yang ia rasakan ketika tumbuh besar di komunitas gereja. Ada begitu banyak pelajaran yang ia dapatkan yang memberinya bekal untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi seperti PPIA. “Background-wise (komunitas gereja dan PPIA) itu berbeda, tapi saya percaya yang sama adalah kita sama-sama harus menghadapi atau berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kita bisa bikin relasi dengan orang itu sama,” jelasnya.
Tentu saja bicara soal interaksi, apalagi dengan banyak orang yang berbeda latar belakang dan watak, terjadinya konfik tak terhindarkan. Pasti selalu dan akan muncul ketegangan. Tapi buat Destin, konflik atau ketegangan bukan sesuatu yang harus dihindari, tapi dihadapi. Ia menyadari bahwa adanya konflik dapat membuatnya tambah dewasa secara pribadi, sekaligus dalam membina orang-orang di sekitarnya.
“Semua pemimpin tidak ada yang sempurna,” ucap Destin. Sebagai seorang pemimpin, ketidaksempurnaan memberinya ruang untuk belajar. Mengenali kelemahan atau kekurangan juga sesuatu yang baik, sembari memaksimalkan kelebihan dan mengoptimalkan potensi diri. Destin yang sejak di bangku SMP sudah tinggal di Melbourne berharap agar dalam masa jabatannya, PPIA Swiburne dapat terus berkembang lebih baik.
Selain menargetkan adanya event besar bagi PPIA Swinburne, ia berharap organisasi ini menjadi rumah yang menerima pelajar Indonesia dengan hangat. Demi keberlangsungan hubungan yang baik antar PPIA, ia sangat menginginkan adanya pengembangan struktur yang baik secara internal dari PPIA Swinburne. Menurutnya, hal ini dapat dicapai dengan ditingkatkannya kontribusi PPIA Swinburne melalui level aktivitas yang tinggi. Dengan begitu, ia berharap agar PPIA Swinburne dapat lebih dikenal oleh jaringan PPIA dari berbagai universitas lain.
Adisa