
Bermula dari gagasan sederhana untuk memberikan satu persembahan di Hari Kartini, tidak ada yang menyangka bahwa pada akhirnya Dharma Wanita Persatuan (DWP) KJRI Melbourne berujung mengadakan pagelaran busana Indonesia dalam kolaborasinya bersama toko berbasis online, Kisaku.
Meski diguyur hujan dan diselimuti udara dingin, para pengunjung tetap hadir meramaikan tenda pusat acara dan food stall yang menyajikan jajanan khas Indonesia di halaman KJRI Melbourne, Sabtu 6 Mei 2017 lalu.
Diiringi musik tradisional, Kawanua Melbourne dancers membuka acara, membawakan Tari Tumatenden yang berasal dari Sulawesi Utara. Persembahan lagu “Ibu Kita Kartini” oleh vokalis cilik Josephine diiringi permainan angklung oleh DWP, juga ikut mewarnai segmen pembuka acara fashion show yang ada.

Chairman of National Trust Australia Kristin Stegley menyampaikan kata sambutan
Ketika ruangan sudah mulai hening dari obrolan dan melodi lagu daerah sudah mulai diperdengarkan, satu persatu peragawati mulai bergerak anggun memasuki panggung, sembari berpose memamerkan busana batik bernuansa modern karya tujuh belas desainer kebanggaan Tanah Air.
Tidak hanya ditemani alunan musik, para model juga sempat berbagi panggung dengan penyanyi Fadila dan penari Maria Leeds saat berjalan di runway.
Usai fashion show, panggung acara diramaikan oleh tiga desainer Indonesia, Nita Azhar, Najua Yanti, dan Martha Ellen, juga founder dari Kisaku, Lenny Chudri dalam talkshow berdurasi 45 menit, dimana keempat tamu spesial ini mengemukakan pandangan mereka masing-masing mengenai topik “Indonesian Fashion in the Global Market”.

Keramaian di tenda berpindah ke dalam gedung KJRI Melbourne, dimana produk dari tujuh belas desainer yang sudah ditampilkan dalam segmen pagelaran busana dijual. Pengunjung dengan berapi-api menyerbu barang-barang yang ada, mulai dari pakaian, tas, hingga aksesoris.
Kerinduan untuk menyediakan tempat bagi produk-produk Indonesia di pasar Australia, disampaikan oleh Ketua DWP Yohana Umbara, menjadi motivasi dibalik enam minggu persiapan acara Indonesian Heritage Exhibition.
Visi yang sama ternyata juga dimiliki oleh Lenny Chudri dan Felicia Sidharta, pendiri business online platform Kisaku. Keduanya lalu dipertemukan oleh atase perdagangan, Nurimansyah, yang juga memiliki cita-cita tersebut di agenda pemerintah.
Melalui pertemuan DWP dengan Kisaku di Melbourne Fashion Week Maret 2017, kedua belah pihak akhirnya setuju untuk menyatukan ide dan tenaga dalam meluncurkan acara fashion show pertama KJRI Melbourne tersebut.
Kisaku adalah sebuah bisnis online pemasok produk-produk Indonesia hasil buatan tangan para pengrajin Indonesia yang ada di Yogyakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, dan Flores.
Tidak seperti bisnis online pada umumnya, Kisaku dibangun atas dasar kepedulian sosial, terutama bagi para pengrajin Nusantara yang produknya memerlukan rekognisi konsumen luar negeri.
Program satu tahun MicroEduLoan yang memberikan pendidikan bagi para pengrajin tentang ilmu mengelola bisnis seperti marketing dan desain produk, merupakan wujud perilaku sosial yang dipraktikan Kisaku.
“Berdasarkan pengamatan kami, ada pengrajin yang punya kemampuan desain, tapi tidak mengerti bagaimana menjualnya. Terinspirasi dari pengalaman saya bersekolah di Singapura, dimana saya melihat banyak siswa bisa menempuh pendidikan tinggi karena bantuan loan dari government, kita akhirnya memutuskan untuk menggunakan sebagian profit kita untuk mengadakan program upskilling ini,” ujar Lenny.

(dari kiri): Para pembicara talkshow Lenny Chudri, Nita Azhar, Martha Ellen, Najua Yanti, Okti Harsono
Mengemban tanggungjawab sebagai perantara brand-brand nasional di Tanah Air dengan konsumer internasional, Kisaku akan selalu berupaya untuk berhati-hati dalam memilih rekan bisnis, terutama supplier produk.
“Memang dalam Kisaku, proses kurasi produk yang lumayan panjang. Karena tidak semua barang yang mau masuk akan kita terima. Kita benar-benar harus understand occasional plan yang ada dan serius atau tidaknya mereka. Karena ada beberapa brand yang memiliki attitude “take it or leave it”, dan itu bukan tindakan yang kita inginkan dari rekan bisnis kita.“
Lenny menuturkan bahwa kesuksesan bisnis mereka di masa depan tidak hanya akan menguntungkan Kisaku, melainkan juga pihak-pihak yang tergabung dengan mereka dalam hubungan bisnis. “Sebenarnya kalau kita sukses, itu bukan cuma Kisaku saja yang sukses. Kalau Kisaku sampai jalan, we are actually helping all the brands behind us, along with the artisans that we work with,” tutupnya.Meskipun tidak akan terlibat langsung dalam praktik peluang bisnis masa depan antar Indonesia dan Australia yang sudah di depan mata, Yohana tetap merasa bangga, karena melalui acara yang diselenggarakan oleh organisasi pimpinannya, beliau dapat menjadi jembatan penghubung antar kedua negara.
“Sebagai Ketua DWP, saya merasa senang karena acara ini bisa menjadi pintu gerbang awal masuknya produk Indonesia ke luar negeri. Karena selama ini saya merasa sangat gemas melihat produk Indonesia dicontoh dan ditiru oleh negara lain, dan malah laku di pasar mereka.”
Beliau juga berharap agar setelah acara tersebut, Kisaku dapat tetap memiliki misi untuk menuntun pembisnis yang telah menjual produk mereka di acara tersebut hingga mampu menerobos pasar Australia.
“Saya harap Lenny dari Kisaku bisa tetap membantu mereka yang sudah kami datangkan dari Indonesia dan berkeinginan membuka pasar di sini, dan mewujudkan pesan kementrian perdagangan kepada mereka untuk mengusahakan agar produk-produk lokal Indonesia bisa menembus pasar Australia,” ucap beliau.

Yohana Umbara merasa bahwa acara garapan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Melbourne tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Beliau berharap agar di tahun berikutnya, DWP bisa mengadakan event yang lebih spektakuler.
APA KATA MEREKA
FENI CHANDRA, 24
Mahasiswi Fashion Design di RMIT
Acara ini menurutku interesting, apalagi setelah aku tahu bahwa ini diadakan untuk merayakan Kartini Day, which makes it even more interesting karena empowering women gitu, lah ya. Baju-bajunya aku suka, karena aku bisa mendapat insight dari melihat brand-brand batik di Indonesia yang ada di runway, sekaligus juga bisa mengamati perkembangannya.
Menurutku pada saat fashion show, seharusnya ada jeda antar setiap brand pakaiannya, sehingga penonton tidak merasa jenuh karena modelnya terus-terusan masuk.
Aku harap bakal ada lebih banyak, ya, acara seperti ini. Karena aku sendiri juga bergerak di bidang ini, jadi pastinya lebih banyak lebih bagus.
JESSICA SAMANTHA, 23
Accountant
Pendapatku sih, bagus ya, lumayan karena lewat acara ini, kita bisa memperkenalkan budaya kita ke orang lain. Kenapa aku bisa bilang gitu? Karena model-modelnya itu mostly not Indonesian, mostly Western. Dan batik itu kesannya kalau aku lihat dari fashion show ini multikultural banget. Kalau kamu pakai hijab, juga bisa pakai batik, kalau kamu ke pesta pun bisa pakai batik juga, dan even casual pun ada. Sampai tadi juga ada anak kecil, kan? Jadi, it’s showing that batik is wearable for every person in the world. Dan aku sebenarnya suka satu desainer, tapi enggak tahu namanya siapa, karena slide-nya sempat ada gangguan.
Masalahnya I think adalah pintu masuk modelnya. Karena pintu tersebut kurang dijaga dengan baik, maka semua orang bisa lalu lalang lewat pintu yang sama, yang jadinya agak distracting. Tapi, overall I think acara ini oke. Dan menurutku kelebihannya adalah penyelenggara bisa mengundang tamu-tamu dari negara lain. Itu, sih, yang aku find interesting.
DIEN WIBISONO dan VITA WADIJONO
Founder of KIZORA
KIZORA berdiri pada akhir Maret 2017, dan kami menjual pakaian, terutama outer dan jaket yang diproduksi di Malang, Indonesia. Produk kami memiliki desain modern namun tetap mengangkat kesan klasik melalui kekuatan motif. Kami ingin menjual batik yang unik, simple tapi nyaman, dan looks beautiful too.
Melalui event ini, kami berhasil menjual 50 persen dari jumlah pakaian yang kami bawa ke acara ini, dan memiliki kesempatan untuk mendapatkan feedback yang alhamdulillah bagus.
Menurut kami acara ini sangat positif dan membantu sekali sehingga sangat perlu ditingkatkan ke depannya. Mengapa? Karena acara ini telah menjadi wadah bagi para designer muda yang ingin memperkenalkan produknya di mata dunia. Terutama karena produk yang ada mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.
Nasa