TEMU LAWAK
Dalam rangka memeriahkan Digrahayu Republik Indonesia yang ke-71, PPIA Victoria mempersembahkan Temu Lawak (Teater Muda Langkah Awal Merdeka) sekaligus untuk menanamkan rasa nasionalisme kepada generasi muda Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah Victoria. Acara yang dilangsungkan di Athenaeum Theatre 188 Collins Street, Melbourne tiga hari setelah HUT RI tersebut merupakan persembahan drama musikal komedi bertajuk “Budaya Kite” menggunakan unsur budaya Betawi. Temu Lawak sekaligus berkolaborasi dengan Pandji Pragiwaksono yang tampil prima dengan gurauan segarnya yang penuh pesan tersirat.

“Budaya Kite” mengisahkan seorang pelajar Indonesia bernama Aisyah yang tengah menempuh ilmu di Melbourne. Aisyah percaya bila Melbourne adalah kota yang akan memberikannya masa depan yang penuh harapan. Oleh sebab itu, gadis manis itu pun membujuk kakeknya – satu-satunya keluarga Aisyah – ke Melbourne.
Sesampainya di kota ternyaman dunia, Aisyah membanggakan kota tersebut dan berusaha membujuk kakeknya untuk tingaal bersamanya di Melbourne. Akan tetapi, cinta si kakek kepada Tanah Air membuatnya memilih untuk tetap tinggal di Indonesia. Lama kelamaan Aisyah pun sadar bila para pahlawan telah berkorban membela negara demi anak cucu. Dan kita sebagai generasi penerus mengemban tugas untuk memperjuangkan kemajuan bangsa demi generasi berikutnya.
Koordinator Planning Temu Lawak Simon Widjaja berpendapat bahwa acara kali ini menghasilkan kesuksesan yang besar dan berhasil melewati ekspektasi. Hal ini dibuktikan dengan tiket yang telah habis terjual beberapa hari sebelum pertunjukan dimulai. Selain itu, semua pemain dapat menampilkan pertunjukan yang telah mereka persiapkan selama berbulan-bulan dengan percaya diri. Bahkan mereka mampu berimprovisasi dengan gurauan dan berinteraksi langsung dengan penonton tanpa canggung. Dari sisi panitia, Simon mengapresiasi semua badan yang telah melakukan tugasnya secara baik dan saling menghargai. Panitia bekerja secara efektif sesuai jadwal hingga tidak terjadi kemunduran rundown sama sekali.
Dari segi produksi, PPIA Victoria berhasil menciptakan sebanyak 6 lagu yang dipakai dalam drama “Budaya Kite”. Tembang ini diberi judul, “Budaya Kite”, “Pelajar Indonesia”, “Cuaca Melbourne”, “Budaya Kekinian”, “Tinggalin Tanah Aer”, dan “Budaya Kita”.
Keberhasilan Simon dan setiap divisinya patut kita acungkan jempol, mengingat status mereka yang masih pelajar mengharuskan mereka untuk berbagi waktu dengan tugas kuliah.
Di lain pihak, permasalahan dalam suatu penyelenggaraan event tetap ada. Misalnya saja ada beberapa area venue yang ternyata tidak dapat diakses. “Kesalahan-kesalahan teknis dari HT dan sound itu tidak disalahkan karena kita tidak terbiasa dengan venuenya saja,” kata Simon. Hal kesalahan teknis dimana mic pada karakter utama sempat mati-hidup ini pun diakui komposer musik dan microphone runner Jeremy Lasiman sebagai salah satu masalah yang tidak terduga.

Di samping drama musikal, penampilan Pandji Pragiwaksono sudah ditunggu-tunggu oleh tak kurang dari 800 penonton yang hadir. Dengan gaya komedinya yang unik, Pandji sukses membantu mendidik dan memotivasi masyarakat Indonesia di Melbourne agar lebih peka terhadap isu-isu di Tanah Air.
Beberapa penonton yang BUSET jumpai berharap agar kedepannya acara PPIA Victoria dapat semakin unik, kreatif, dapat mengembangkan bakat-bakat pemuda Indonesia yang berada di Victoria, serta memberi motivasi untuk setiap penontonnya untuk tetap cinta Tanah Air. Hal ini sejalan dengan motto PPIA Victoria yang ingin memberikan dampak positif terhadap sifat dan pola pikir, serta mendukung pelajar-pelajar Indonesia di Australia untuk dapat terus memberikan kontribusi nyata.
** APA KATA MEREKA **

Kesuksesan drama musikal komedi ini bukan hanya mengundang gelak tawa, tetapi “Budaya Kite” didukung dengan pesan moral yang dengan berhasil tersampaikan. Saya merasa acara ini membuat saya benar-benar berpikir kembali tentang moral bangsa dalam diri saya. Saya mendapat banyak pesan moral dan inspirasi yang membuat saya tersadar bahwa saya sebagai generasi muda Indonesia harus bersyukur atas bangsa dan negara dimana kita dilahirkan.
Saya juga merasa bahwa isi pesannya merupakan kejadian sehari-hari yang mungkin dialami dalam kehidupan pribadi kita, yang membuat pesan moral yang diberikan dapat lebih mudah tersampaikan dan diterima secara istimewa.

Menurut saya Temu Lawak itu adalah salah satu wujud usaha PPIA Australia dalam membangun kembali rasa nasionalisme anak-anak Indonesia yang sudah mulai pudar karena perkembangan jaman. Saya juga baru mengetahui bahwa sebenarnya Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman dan budaya.
Nys
Foto: Nys