Selama 5 jam ratusan warga Manado dan perwakilan ormas Indonesia menduduki ruangan Bhineka Graha KJRI. Pekikan I Yayat u Santi dari Cakalele mengawali acara penyambutan kehadiran Konsul Jendral. Itulah sekilas deskripsi suasana perayaan “Kunci Tàòn” Kawanua Melbourne Australia (KMA), Sabtu pertama Februari yang silam.

Atraksi Kàbàsaran sempat membuat para tamu menunjukkan ekspresi tegang, namun kemudian menjadi takjub dengan suguhan pesona tarian tradisional Minahasa yang memanjakan mata dan telinga dengan iringan musik kolintang. Suara merdu dari penyanyi yang dimpor langsung dari Tanah Air mengikuti irama Kolintang lagu daerah disertai beberapa tarian tradisional.
KMA kembali menggelar “Kunci Taon”, sebuah acara tahunan yang rutin digelar di awal tahun. Berbeda dengan tahun lalu, dimana acaranya diadakan di rumah anggota, untuk tahun ini Ruang Bhinneka KJRI Melbourne didaulat sebagai tuan rumah.

“Kunci Taon ini diadakan untuk menutup tahun sebelumnya, dan memulai dengan tahun yang baru. Kita ingin menguatkan tradisi, jadi tahun ini kita meng-emphasize seni dan budaya, kita ingin memperkenalkan dan mempromosikan budaya Manado,” ujar Connie Rotinsulu, Ketua Kawanua Melbourne Australia.

Konsul Jenderal RI untuk Victoria dan Tasmania, Spica A. Tutuhatunewa dalam sambutannya menyampaikan kegembiraannya karena menurut catatan KJRI, warga Manado telah banyak berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam program kegiatan KJRI terutama di bidang budaya serta banyak sektor lainnya. “KMA adalah satu dari sekian banyak komunitas Indonesia yang ada di Victoria, dan kegiatan yang melibatkan komunitas lainnya sangat sesuai dengan apa yang kita harapkan, dimana komunitas Indonesia mengenal dan membantu satu sama lain. Terimakasih atas program yang dilaksanakan, dan saya berharap ini akan juga bersinergi dengan acara komunitas lain maupun kegiatan KJRI,” beliau mengakhiri sambutannya dengan mengutip falsafah orang Manado; Torang samua basudara yang disambut tepuk tangan yang meriah dari hadirin.
Pada ajang anual tersebut, hadirin mendengarkan khotbah yang dibawakan Pdt. Evangeline Pua, sekaligus pula meninggikan pujian dan memanjatkan doa kepada Tuhan, mengucap syukur atas berkat yang diberikan di tahun sebelumnya serta memohon berkah dan pelindungan sepanjang tahun ini.

Sejalan dengan misi budaya yang diemban, KMA menghadirkan pertunjukan musik kolintang dan berbagai macam tarian khas Sulawesi Utara, termasuk Tari Kabasaran yang sukses menarik perhatian hadirin. Tarian perang tradisional yang penuh gemuruh suara lantang para penarinya tersebut menjadi pembuka acara, disusul dengan Mars Minahasa yang dikumandangkan bersama merdunya irama kolintang.
Tak luput untuk ditampilkan adalah Tari Maengket, sebuah tarian perayaan hasil panen sekaligus penyambutan suatu acara. Sedangkan Tari Pisok terinspirasi dari kehidupan bebas nan rukun dari spesies burung Pisok di tanah Minahasa. Tari Pisok selain melambangkan sifat gotong royong penduduk setempat, juga sekaligus mengabadikan jenis burung yang sudah mulai langka tersebut.
Tak lama kemudian panggung hiburan diisi dengan sebuah tarian modifikasi Tari Lenso, yakni Tari O ina Ni Neke diiringi dengan lagu berjudul sama.
Salah satu hal yang menarik, melalui “Kunci Taon” kemarin, terlihat pancaran semangat membangun satu sama lainnya dimana hadirin yang datang tidak hanya berasal dari Minahasa, akan tetapi terbuka bagi saudara saudari dari berbagai area. Bahkan komunitas Batak dan Sumatera Utara – Bonapasogit Victoria menyumbangkan lagu daerah Alusi Au dan Sinanggar Tullo. Masyarakat asal Maluku pun tak kalah dengan suara emas mereka ketika melantunkan tembang yang cukup familiar di telinga; Ayo Mama.

Ditemui di penghujung acara, Project Manager “Kunci Taon” 2019, Al Mortyn mengungkapkan visinya di tahun ini, “we are a very close-knit community, and we just want to grow the group and also grow the unity of the Manadonese people in Melbourne and Victoria. We want to make them feel like they’re not far away from home,” jelas pria yang beristrikan Manado tersebut.

Sebelum berucap selamat tinggal, panitia mengajak seisi ruangan untuk menyanyikan lagu O Minahasa dan Kota Manado Yang Kucintai, disusul dengan foto bersama, makan sore dan pemberian doorprize. Tak bisa dipungkiri, kemeriahan malam itu tidak gampang untuk dilupakan. Bahkan hingga setelah semua bangku dikembalikan ke ruang penyimpanan sekalipun, semua insan yang masih di lokasi acara berdansa bersama. Sungguh kerukunan yang indah.
Apa Kata Mereka
Andrew

I think the event is good. Bagus juga eventnya diadakan di konsulat jendral, jadi perwakilan pemerintah juga ada, komunitas Indonesia di Australia sangat baik. You get together, blend with people, enjoy the music and culture, so I think it’s good that it supports unity in that sense. Untuk masukan, kalau dilihat dari attendance, sudah lumayan baik. Tapi Saya lihat masih banyak bangku kosong. Jadi mungkin lebih perlu sosialisasi masyarakat lagi.
Anton

Kalau buat saya, saya suka acara ini karena ini melanjutkan tradisi masyarakat mereka. Saya lihat di acara ini banyak kelompok yang hadir, ada yang dari Indonesia Diaspora Network, Forum Masyarakat Indonesia, saya dari Bonapasogit juga hadi. Diadakan di konjen bagus, lebih accessible dibanding tahun lalu yang diadakan di rumah perorangan. Buat feedback, menurut saya komunitas Manado di Melbourne masih lebih banyak, tapi mungkin karena awal tahun dan masih musim liburan sehingga masih banyak keluarga-keluarga yang sedang di Indonesia, sementara para pelajar masih nanti masuk kuliah baru pada datang.
Denis/ICM