Kelapa sawit memiliki banyak sekali jenis hasil olahan, yang paling kita ketahui tentu saja adalah minyak goreng yang sebagian besar (di Indonesia) adalah produk olahan sawit. Lebihnya, tidak hanya minyak goreng, olahan kelapa sawit banyak dimanfaatkan untuk berbagai jenis produk lain seperti kosmetik, kesehatan, makanan, pelumas mesin dan masih banyak lagi.
Banyaknya kegunaan kelapa sawit ini membuat nilai ekonominya menjadi sangat tinggi, dan Indonesia yang dinobatkan sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, menjadikan industri kelapa sawit sebagai salah satu pembangun utama untuk sektor ekonomi.

Namun ternyata, tanaman yang berasal dari Afrika ini juga memiliki dampak negatif loh. Dikutip dari sebuah jurnal penelitian Institut Pertanian Bogor (tahun 2017), selain dampak positif berupa pertumbuhan ekonomi, dampak negatif berupa kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan bisa terjadi.
Industri kelapa sawit banyak dijadikan andalan oleh beberapa wilayah di Indonesia sebagai penumbuh perekenomian daerahnya. Oleh karena itu, semakin banyak deforestasi yang terjadi. Menurut penelitian, perkebunan kelapa sawit berdampak cukup signifikan terhadap berkurangnya kuantitas air tanah, pencemaran air oleh limbah cair industri sawit dan berkurangnya populasi satwa akibat dari deforestasi.
Dikutip dari Detik.news, Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri juga mengatakan dalam pertemuan virtual dengan para calon kepala daerah dari PDIP (tahun 2020), bahwa perkebunan sawit dapat merusak lingkungan karena dapat mengurangi zat hara pada tanah.
Jurnal penelitian IPB tahun 2020 menyebutkan bahwa monokultur sawit memberikan pengaruh pada sifati fisik tanah seperti ketahanan penetrasi tanah oleh air yang dipengaruhi juga oleh umur tanaman sawit.
Dengan banyaknya dampak terhadap lingkungan oleh penanaman sawit, tidak serta-merta menjadi alasan kita untuk melarang dan menentang penanaman sawit. Mencegah deforestasi liar untuk perkebunan sawit dan menyeimbangkan dengan pengolahan lingkungan yang baik dapat menjadi solusi.