Pertumbuhan penyebaran COVID-19 di Australia yang cepat sejak awal Maret 2020 menginisiasi pemerintah untuk melakukan pembatasan aktivitas yang melibatkan banyak orang. Banyak sekali acara dan bisnis dari skala kecil maupun besar terkena dampaknya termasuk kegiatan belajar mengajar dari tingkat taman kanak-kanak hingga universitas yang harus digantikan dengan Online Learning. Hal ini memaksa anak-anak untuk tinggal di rumah demi mencegah penyebaran COVID-19.

Fenomena stay at home ini rupanya menimbulkan dilema tersendiri. Pasalnya, banyak karyawan yang terbiasa bekerja di kantor, kini harus bekerja dari rumah. Bahkan tidak sedikit juga yang harus dirumahkan atau bahkan mengambil cuti tak dibayar karena bisnis tempat mereka bekerja harus ditutup entah sampai kapan. Masyarakat pun sempat risau dan mulai melakukan kegiatan ‘panic buying’ yang mengharuskan supermarket membatasi pembelian beberapa barang seperti hand sanitizer, tisu toilet, bahkan sampai daging dan susu.

Pandemi COVID-19 dan Keluarga

Situasi lockdown dan isolasi diri yang terjadi nampaknya berimbas kepada para pekerja yang juga adalah orangtua apalagi yang sudah memiliki anak. Tak sedikit pasangan suami istri yang terbiasa bekerja di kantor kini harus bekerja dari rumah dan mengalami sedikit tantangan dalam melakukan meeting online atau sekedar menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk dan harus dibawa pulang karena pendemi ini. Adapula yang berprofesi sebagai entrepreneur yang sudah terbiasa bekerja dari rumah terpaksa harus menghabiskan waktunya lebih banyak untuk mengawasi dan mengajak anak-anak beraktivitas agar tidak bosan di rumah.

Data Umum

Lebih dari 70% dari ibu rumah tangga yang kami wawancara, mereka memiliki bisnis sendiri dan pasangan mereka terbiasa bekerja full-time job. Hanya sekitar 17% dari suami mereka bisa bekerja dari rumah atau terbiasa bekerja dari rumah.

Bagi Ibu yang terbiasa bekerja dari rumah, mereka terbiasa menghabiskan waktu bersama anak-anak setelah mereka pulang sekolah. Begitu pula dengan sang Ayah. Mereka pun bergantian untuk mengurus anak-anak baik dalam hal megantar sekolah ataupun menjemput mereka dari sekolah atau tempat penitipan anak. Lebih dari 50% mengatakan bahwa mereka terkejut akan perubahan situasi yang signifikan namun mereka harus melakukan hal tersebut sesuai arahan dari pemerintah.

Keprihatinan mereka adalah membuat aktivitas di rumah agar tidak membosankan. Walaupun selama pendemi ini terjadi, lebih dari 80% anak-anak memiliki pekerjaan rumah atau ‘online learning’ yang mana paling tidak akan menyita waktu mereka untuk berkegiatan.

Efek Positif

Hampir semua narasumber kami melakukan aktivitas serupa seperti memasak dan membersihkan dapur. Tidak sedikit pula orangtua yang tadinya membatasi penggunaan gadget pada anak, kini harus memperbolehkan menggunakan gadget setiap hari walaupun dengan waktu yang tetap dibatasi.

Anak-anak diajarkan membuat onde-onde. Sumber: Himelda

Salah satu narasumber kami, Reny Prawira mengatakan bahwa ada kekhawatiran bagi sang anak, Emily, yang akan semakin tergantung dengan gadget/mainan online atau bahkan menonton TV karena menurutnya bagaimanapun, suami istri ingin memiliki kegiatan masing-masing saat berada di dalam rumah.

Efek positif dari aturan pemerintah ini adalah semakin banyaknya waktu berkumpul bersama keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Siska Hermawan dan Himelda Wijaya yang merasa waktu bersama keluarga jadi semakin banyak. Beragam aktivitas yang bisa dilakukan bersama sambil memberi pengalaman kepada mereka terutama anak laki-laki seperti memasak. Kegiatan yang tadinya dilakukan sendiri-sendiri kini dilakukan bersama-sama seperti makan siang, menonton tv, berkebun dan kegiatan seni lainnya.

Membantu pekerjaan rumah (foto: Jurine)

Jurine dan Ludmilla yang memiliki pekerjaan di bidang seni memilih untuk mengajak anak-anaknya untuk beraktivitas serupa dengan apa yang mereka lakukan, seperti merangkai bunga dan menari.

Bagi extrovert seperti Ingrid Harlan yang terbiasa keluar rumah untuk beraktivitas, menghabiskan waktu di taman seberang rumah seperti bersepeda adalah alternatif kegiatan bersama keluarga juga untuk mengusir kebosanan.

Kita tidak pernah tahu sampai kapan ‘stay at home’ ini akan berlangsung, namun yang pasti semakin lama di rumah, orangtua merasa semakin terbiasa dan mulai dengan mudah merencanakan kegiatan bersama anak-anak baik itu memasak hal yang berbeda setiap hari, mengajarkan hal-lain yang mungkin tidak mereka dapatkan di sekolah seperti menjahit, tetap bertemu secara virtual dengan keluarga dan teman-teman, melakukan kegiatan outdoor sederhana dan masih banyak hal lain yang bisa dilakukan tentunya sesuai dengan kondisi keluarga masing-masing. Ini adalah waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga terdekat dan lebih mengenal satu sama lain. Semoga pendemi ini segera berakhir dan kita semua bisa beraktivitas kembali seperti sedia kala.

Kegiatan di luar rumah bersama keluarga untuk mengatasi kebosanan (foto: Ludmila)

Devina

Bermain di taman merupakan salah satu cara beraktivitas. Sumber: Ingrid Harlan