T: Pernah ada saudara yang bilang, jangan-jangan karena sering diramalakan semakin pendek umur kita.

J: Well…soal umur makin pendek bisa karena lifestyle yang jelas-jelas tak sehat (sebut saja akibat merokok, narkoba, alkohol, judi, dan lain-lain). Padahal sudah jelas-jelas secara klinis terbukti dan telah banyak contoh. Tetap saja banyak yang masih melakoni gaya hidup tak sehat seperti yang disebutkan di atas.

Nah, menariknya, mitos pendek umur karena keseringan diramal, dipercaya dan dicemaskan oleh sebagian kalangan. Padahal soal umur, soal mati hidup,adalah rahasia Tuhan. Tentu dengan catatan kita juga harus menjaganya dengan baik. Perhatikan lifestyle, jaga kebiasaan makan, perbanyak berbuat yang positif, dan minimalisir kelakuan negatif.

Yang pasti, kalau keseringan diramal akan menyita banyak waktu, tenaga dan uang. Belum lagi kalau akhirnya kita, tanpa sadar ataupun sadar, jadi kecanduan dan ketergantungan. Bukan tak mungkin, akhirnya membuat kita jadi pribadi yang tidak atau kurang percaya diri.

Karena itulah, kalau mau mendapatkan informasi yang lebih jelas dan objektif mengenai diri kita pakailah metode yang lebih tahan lama.Meski ada begitu banyak metode meramal seperti dengan pengetahuan mian xiang, palm reading, dan beberapa metode meramal lainnya—misalnya yang berdasarkan pada metode spiritual, agama, maupun ilmiah—saya tidak mau memberikan jasa untuk itu semua.

Mengapa? Karena kalau saya pribadi tidak mau diramal memakai metode-metode tadi, kenapa saya harus “menyuruh” orang buat melakukannya? Bukankah itu artinya saya munafik? Tidakkah artinya saya menipu orang?

Jangan salah sangka, saya bukan bilang bahwa semua metode diatas tidak akurat. Kalau praktisinya memangsungguhmenguasai dan berpengalaman, hasilnya bagus. Namun, saya lebih concern pada sisi “expiry date” atau “tanggal kadaluarsa” dari metode-metodenya. Karena jawabanatau informasi yang diberikan hanyabersifat sementara. Pada saat kita bertanya dan apa problem yang kita tanyakan saat bertanya, paling lama informasi tersebut relevan hanya dalam beberapa minggu. Jika ceritanya sudah berbeda dan kalau ingin informasi yang lebih valid, kita harus bertemu dengan si peramal lagi untuk melakukannya lagi. Bukankah dengan begitu hal ini menciptakan ketergantungan pada si klien terhadap si praktisi. Tidak heran kalau ada kasus dimana si klien jadi sapi perahan!

Hal lainnya, kalau berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemudian, tak bisa dicegah bahwa  perubahan fisik (wajah, tangan) akan terjadi. Maka kalau kita minta “dibaca” akan beda lagi jawabannya. Jangan lupa, bagaimana situasi dan kondisipsikologis kita pada saat diramal pun ikut memengaruhi. Hal ini yang dalam istilah popular—sering digoreng—menjadi aneka cerita yang seram. Diistilahkan bahwasi peramal “berkomunikasi” dengan roh si klien, atau dibilangnya si peramal “menangkap” roh. Makanya si peramal bisa membaca dengan tepat bahkan sebelum kita cerita persoalan kita.

Itulah mengapa saya selalu menganalisamemakai metode ba zi yang sudah teruji ribuan tahun pada miliaran manusia. Bahkan di masa lampau, ilmu ini begitu eksklusif karena dipakai di kalangan kerajaan dan kekaisaran guna merekrut pejabat. Dan yang terpenting, karena memakai data lahir sebagai dasar hitungnya, maka sifat informasi yang diperoleh pun otomatis menjadi last forever hingga kita meninggal kelak. Kecuali data lahir kita setiap tahun berubah-ubah; kalau tidak maka lima tahun, sepuluh tahun atau tiga puluh tahun dari sekarang (saat menganalisis) semua hasil analisisnya tetap akan berlaku dan valid.

Ini yang mendasari mengapa ada mitos yang mengatakan  bahwa analisisba zitidak boleh dua kali, karena bisa sial! Tentu saja mitos begitu tidak benar. Bukan bisa sial, tapi bisa buang-buang uang. Ini mengapa penting untuk membuat analisis yang tepat dan objektif dari awal.

Selama iniselalu ada klien yang menganalisisba zi. Padahal sebelumnya, mereka sudah pernah menganalisis ba zi. Tetapi ternyata analisis yang dilakukan tidak objektif. Tidak objektif disini maksudnya dilakukan oleh  pihak yang tidak kompeten, atau sebenarnya bukan murnianalisis ba zi tetapi lebih ke hal-hal bersifat mistis. Ada juga sebutan “ba  zi capchai” karena sudah diimprovisasi, ditambah-tambah dengan aneka rumus lainnya.

Apakah saya kolot,berpikiran pesimis terhadap kreasi ilmu ba zi hibrid? Tentu tidak. Ini karena yang namanya pengetahuan baru, berarti masih butuh diuji oleh waktu untuk membuktikan apakah memang valid? Masih butuh trial and error serta analisis yang lebih mendalam. Untuk semua ini tentu butuh subjek. Buat saya pribadi, saya sih ogah menjadi salah satu “kelinci percobaan” nya!

Sementara, didepan mata jelas-jelas sudah ada ilmu yang telah mengalami ujian ribuan tahun, dan kalau tidak efektif dan terbukti, tak mungkin akan dipakai di berbagai kerajaan. Kalau pengetahuan ba zi-nya cuma ilmu ecek-ecek, maka di masa lalu kepala si praktisi sudah dipenggal atas titah kaisar!

Seperti halnya dalam dunia bela diri, feng shui pun dari dulu sampai sekarang selalu diwarnai oleh timbul tenggelamnya berbagai karakter yang berwarna, oleh oknum yang lebih lihai marketingnya ketimbang penguasaan ilmu dan pengalaman. Kalau di dunia militer ada istilah “Stolen Valor”—istilah bagi orang-orang yang mengklaim penghargaan atau lencana militer yang seharusnya tidak mereka dapatkan untuk layanan yang tidak mereka lakukan. Maka didunia feng shuipun kadang muncul istilah “Stolen Master/Grandmaster!”

 

 

 

Suhana Lim
Certified Feng Shui Practitioner
www.suhanalimfengshui.com
0422 212 567 / suhanalim@gmail.com