Agenda pemerintah untuk mempererat kemitraan ekonomi Indonesia-Australia membuat peluang bisnis semakin terbuka. Seri webinar Indonesian Diaspora Network kali ini mengulas peluang dan tantangan yang muncul dari perjanjian IA-CEPA.
Webinar ini dibawakan oleh Agung Wicaksono Sochirin (Atase Perdagangan RI untuk Australia), Huda Albana (Direktur Victoria Government Trade Investment), Hermawan Kartajaya (Founder & Chairman Markplus), Felia Salim (Dewan Direktur Bank Exim & Board of And Green Fund), dan Rosan Roeslani (Ketua Umum Kadin).
Peluang
Peluang Peningkatan Investasi
Statistik DFAT mencatat realisasi investasi Australia ke Indonesia dari 2015 hingga 2019 mencapai 1.7 miliar USD. Dengan adanya IA-CEPA, perjanjian ini akan menciptakan iklim investasi baru yang lebih kondusif bagi investor Australia dan menarget sektor-sektor seperti pendidikan tinggi, rumah sakit, pariwisata, pertambangan, energi, dan lain sebagainya. Hal ini juga berlaku bagi para investor Indonesia yang berminat untuk menanam modal di Australia untuk bidang industri teknologi digital, kesehatan, agrikultur dan advance manufacturing.

Pengembangan Sumber Daya Manusia
Selain perdagangan dan investasi, IA-CEPA juga mencakup bidang ketenagakerjaan. Di bawah perjanjian ini, 200 visa training akan dialokasikan setiap tahunnya untuk pekerja di 9 sektor prioritas. Program pertukaran kerja juga akan diterapkan melalui KADIN, APINDO, dan IABC yang berlangsung selama 6 bulan untuk 100 orang pekerja di tahun pertama dan 500 pekerja di tahun kelima. Program-program ini diharapkan akan meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Financing Program Bagi Eksportir dan Importir
Tersedia skema-skema pembiayaan dari bank-bank seperti Exim Bank yang akan membantu menyediakan modal bagi pengusaha ekspor-impor, khususnya UKM. Program pembiayaan ini akan mencakup pinjaman langsung dan penjaminan.
Tantangan
Hambatan Mobilitas dan Operasional dalam New NormaI
Dikarenakan wabah Covid-19, kedua negara saat ini tengah menutup perbatasan internasional mereka yang membatasi mobilitas manusia dan mempengaruhi lalu lintas pekerja dari kedua negara. Diperkirakan juga akan ada penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan kedepannya agar bisnis dapat beroperasional dalam keadaan new normal. Hal ini dapat mempengaruhi biaya operasional dan efisiensi bisnis.
Market Insight Terbatas
Para eksportir dari Indonesia sulit untuk mendapat market insight atau wawasan pasar Australia sehingga sulit untuk mengidentifikasi kebutuhan dan pangsa pasar Australia. Begitu juga dengan pengetahuan akan kompetitor-kompetitor yang sudah ada.
Diferensiasi Produk dan Mengenal Pelaku Pasar
Harga barang yang lebih murah saja tidak cukup. Penting bagi eksportir Indonesia untuk dapat membedakan barang-barang asal Indonesia dari barang-barang asal Tiongkok. Namun, tanpa wawasan yang cukup akan sulit bagi para eksportir untuk memposisikan produk mereka agar dapat bersaing di pasar Australia. Pengetahuan akan social cultural penduduk Australia juga penting agar eksportir dapat memenuhi kebutuhan konsumen Australia dengan tepat.
