Jika semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku, apa yang membedakan satu penulis dengan penulis lainnya? Di antara sejumlah jawaban, barangkali kata “profesionalisme” berada di urutan pertama.
Profesionalisme adalah perpaduan antara konsistensi dan kualitas. Para penulis profesional adalah mereka yang konsisten mempertahankan kualitas karya mereka, di samping itu mereka juga bisa mengkonversi kualitas karya mereka menjadi peluang (opportunity).
Apa itu peluang? Di dunia di mana gagasan bisa “dijual” dan buku bisa dipahami sebagai “produk” intelektual, peluang adalah ekonomi, supply and demand, uang. Dalam logika sederhana, penulis profesional adalah mereka yang konsisten bekerja dengan idealisme dan gagasannya, tetapi di saat bersamaan mereka bisa memperlakukan idealisme dan gagasan itu sebagai bentuk investasi yang akan menambah sejumlah deret angka di saldo-saldo rekening mereka. Sampai di sini, profesionalisme dalah sebuah mindset, mentalitas, juga strategi dan tindakan: If opportunity doesn’t knock, build a door!
Pelatihan yang bertempat di Fakultas Pendidikan, Monash University ini dirancang untuk semua orang yang berpikir bahwa mereka bisa menulis dan barangkali sudah melakukannya dengan baik tetapi masih kesulitan menemukan peluang dan konsistensi dalam berkarya. Pelatihan ini tidak mengajari pesertanya untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat yang baik atau memberikan sejumlah tips menulis dari menyalakan komputer hingga mencetak tulisan di printer, pelatihan ini mengajak untuk menjadi seorang penulis profesional. Professionals never guess—they make it their business to know their business.
Materi Pelatihan
- Sharing Session: Menulis dan Menulis Buku (1 jam)
- Practice Session: Exceed your (Writing) Limits (2 jam)
- Sharing Session: Writerpreneurship – Keep Calm and Earn from Writings (1,5 jam)
- Practice Session: Menerbitkan Buku – Pengantar (1 jam)
Fasilitator:
- FAHD DJIBRAN
- DEWI ANGGRAENI
Tentang Fasilitator
Fahd Pahdepie atau dikenal dengan nama pena Fahd Djibran, lahir di Cianjur, 22 Agustus 1986, merupakan penulis, pegiat kreativitas, pembicara publik, konsultan media dan peneliti bidang ekonomi politik Internasional di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Fahd dikenal melalui pemikiran dan karya kreatifnya di bidang sastra dan media baru. Sebagai penulis, ia telah menerbitkan lebih dari 18 judul buku di berbagai penerbit nasional, diantaranya dua novel kolaborasi fiksi-musikal bersama Bondan Prakoso & Fade2Black, Hidup Berawal dari Mimpi (2011) dan Tak Sempurna (2013). Buku-bukunya yang lain menghiasi rak best-seller di jaringan toko-toko buku nasional Indonesia, diantaranya Semesta Sebelum Dunia (Mizan, 2012), Seribu Malam Untuk Muhammad (2011) dan Perjalanan Rasa (2013).
Melalui karya-karya dan pemikirannya, Fahd berhasil meraih berbagai penghargaan bergengsi di level nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya, terpilih menjadi salah satu penerima penghargaan UNICEF Young Writer Award (2004), Unlimited Creativity Award dari DAR!Mizan sebagai Penulis Pendatang Baru Terbaik (2005) dan Penulis Terbaik (2006). Dalam bidang pemikiran Fahd berhasil memenangkan MTQ Nasional Bidang Karya Tulis Tafsir Al-Quran (2009) dan menjadi nominator Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Kreatif dari Kementrian Pendidikan Nasional RI (2009). Karya ilmiahnya juga menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Hakteknas ke-8 Kementrian Riset dan Teknologi RI tahun 2003. Pada tahun 2011, Fahd dianugerahi Ahmad Wahib Award oleh Yayasan Wakaf Paramadina dan Hivos Foundation (Belanda) atas kontribusinya bagi toleransi dan perdamaian di Indonesia. Setahun kemudian, ia didaulat menjadi juri pada ajang bergengsi tersebut.
Saat ini, selain menulis dan meneliti, Fahd terus bereksperimen dengan media baru (new media) di bawah nama Revolvere Project, projek kolaborasi sastra-musik-visual yang telah mendapatkan penghargaan dari National University of Singapore (NUS). Saat ini ia juga merupakan konsultan media untuk LSI Corporation dan merupakan co-founder Inspirasi.co.
Tahun 2011, Fahd terpilih menjadi perwakilan Indonesia dalam Young Moslem Leader Exchange Program oleh Australia-Indonesia Institute (AII) dan Kementrian Luar Negeri (DFAT) Australia. Tahun 2013, ia terpilih menjadi salah satu dari 20 orang the Asia-Pacific Emerging Leaders dan mendapatkan kesempatan untuk menjadi salah satu anggota tim penulis pidato presiden dan ditugaskan ke Georgetown University, Washington DC, Amerika Serikat. Pada tahun yang sama ia juga mendapatkan beasiswa postgraduate dari Australia Awards untuk melanjutkan studi bidang Ilmu Hubungan Internasional di Monash University, Australia.
Read more: http://id.wikipedia.org/wiki/Fahd_Djibran
Dewi Anggraeni
Lahir di Jakarta, Dewi Anggraeni kini menjabat sebagai Adjunct Research Associate of the School of Political and Social Inquiry di Monash University, Melbourne. Dewi juga ialah koresponden untuk majalah Tempo dan penulis kontributor untuk surat kabar The Jakarta Post dan beberapa publikasi Australia seperti The Age, The Australian, The Australian Financial Review, Eureka Street dan The Canberra Times.
Testimoni Peserta Acara
Kismullah Abdul Muthalib, Mahasiswa PhD Bidang Linguistik, Deakin University
Small decisions
Hidup ini kadang berarti hanya dari keputusan-keputusan kecil yang kita ambil. Dua puluh lima dolar membawa ku kembali ke duniaku yang pernah kugemari, saat aku masih senang membaca majalah Horison. Aku mungkin bukan pencipta sastra, tapi aku sangat menikmati karya sastra dalam bentuk apapun. Mudah-mudahan juga bisa membawaku lebih dari sekedar penikmat menjadi yang menghasilkan sebuah karya, walau sekecil apapun.
Dua puluh lima dolar mengantarku ke Pelatihan Penulisan Buku MIIS. Membuatku tahu sedikit lagi tentang Fahd, lebih dari sekedar yang kudengar dari obrolanku dengan Aad, kawan share-ku di 12 Prince St. Membawaku berjumpa dengan Ibu Dewi yang menunjukkan salah satu buku Linda Christanty, Dari Jawa Menuju Atjeh, dan meminjamkannya untuk aku baca, dan aku bisa tenggelam lagi ke alam imajinasiku yang sejak lama tak lagi kutahu rasanya macam apa.
Dari buku Linda Christanty yang selesai kubaca sehari, aku menemukan Ayu Utami dengan Samannya, walau di ibook hanya ada versi bahasa Inggris saja.
Buku Linda Christanty telah membawaku pergi sejenak dari berita hiruk pikuk dari negeri yang akan memilih pemimpin barunya. Hiruk pikuk berita tentang para elit politik yang baru saja selesai menyodomi rakyatnya dalam pemilu legislatif 9 April kemarin. Berita tentang rakyat yang sedang kembali menunggu untuk disodomi bulan Juli nanti dalam pilpres. Melupakan sejenak berita yang mengabarkan iming-iming imbalan yang akan diterima rakyat kalau mereka bersedia disodomi lagi.
Dua puluh lima dolar terbaik yang pernah kukeluarkan.
** Tentang MIIS **
MIIS (Monash Indonesian Islamic Society) adalah organisasi paguyuban yang didirikan beberapa mahasiswa Muslim di Monash University Australia pada tahun 1988 yang dalam perkembangannya selain melayani mahasiswa Muslim, juga menjalin dan mengembangkan hubungan baik dengan alumni dan permanent resident di Monash City dan sekitarnya. Kepengurusan MIIS periode 2014 memiliki tujuan melayani seluruh warga MIIS dengan mengedepankan prinsip 3H (Humble, Happy and Human). Dengan semangat tersebut, maka kepengurusan MIIS 2014 disusun berdasar tiga pilar utama pelayanan warga: pengkajian, pengembangan organisasi dan pengembangan sumber daya manusia.
MIIS