“I Am” atau “Saya” menjadi tema dari acara Malam Penyegaran Rohani (MPR) yang diselenggarakan oleh Persekutuan Doa Keluarga Katolik Indonesia (PDKKI) pada 31 Agustus 2019 di Melbourne City Conference Centre (MCCC).

Ketua dari MPR tahun 2019 Kevin Utama

PDKKI Melbourne adalah persekutuan doa yang berada di bawah naungan Keluarga Katolik Indonesia (KKI) Melbourne. Organisasi ini memiliki kegiatan seminggu sekali yang meliputi doa, pujian dan penyembahan, misa, adorasi serta pengajaran atau sharing atau diskusi.

Kevin Utama, Ketua dari MPR tahun 2019 yang diadakan dua tahun sekali, mengatakan bahwa tema tersebut mereka angkat menyesuaikan dengan tema tahunan dari gereja yang sudah berusia 22 tahun tersebut yaitu “Who Is Love?” atau “Siapakah Cinta Itu?”

“Kita di sini sebagai acara puncak dari PDKKI mau menjawab tema besar kita tahun ini ‘Who Is Love?’. Kalau melihat di kitab Keluaran [dalam Alkitab], Yesus pernah bilang ‘Allah telah mengutus Aku’. Tapi kalau dalam Bahasa Inggris, dikatakan ‘I have sent Me’,” jelas Kevin.

“Jadi, Yesus sendiri merujuk kepada Allah. Ia mengatakan ‘I am’ dengan huruf kapital. Jadi sebenarnya selain merujuk kepada diri sendiri, kita sendiri yang dipanggil Allah untuk membagikan kasih ke orang-orang, ‘I am’-nya sendiri merujuk kepada Allah yang sudah tinggal di dalam kita.”

Praise and worship

“Jadi memang kita sudah diutus oleh Allah yang mengasihi kita terlebih dahulu untuk mengasihi sesama kita.”

Acara yang berlangsung selama dua jam ini berjalan dalam bentuk ibadah. Sekitar 500 kursi yang ada di ruangan utama gedung tersebut hampir semuanya terisi oleh remaja-remaja Indonesia.

Lagu-lagu berjudul “Nyanyi Bagi Dia”, “Presence, Power Glory”, “Gloria”, “Aku Diberkati” dan “Tuhan Yang Benar” dibawakan oleh pemimpin lagu ditemani oleh para penyanyi dan pemusik di atas panggung.

Suasana hening yang tercipta di tengah sesi pembawaan lagu terisi dengan kekhusyukan dari orang-orang yang hadir. Sebuah drama yang memberikan pesan menyentuh hati menjembatani sesi pengangkatan pujian dengan penyampaian khotbah oleh Romo Aloysius Ho.

Persembahan drama singkat yang menyentuh hati

Kevin merasa terhormat karena dapat dilayani oleh Romo yang kini tinggal di Papua tersebut. 

“Romo Aloysius cukup terkenal di Indonesia. Kemarin ini dia datang untuk memberikan pengajaran di PDKKI di acara mingguan kita. Tahun lalu, kita lihat dari umat mereka tertarik dan nyambung.”

“Romonya sendiri daripada mengajarkan Alkitab perikopnya seperti ini, dia lebih menceritakan pengalaman hidupnya. Kalau tidak salah dia sudah sekitar 40 tahun menjadi seorang Romo, jadi dia selalu menceritakan kisahnya sebagai Romo.”

Malam itu, Romo Aloysius membawakan pesan tentang kasih dan bagaimana ia mengajak pendengar untuk mengikuti kata hati melebihi pikiran atau logika.

“Hati lebih dari pikiran karena hati mengerti segala perkara,” ungkap Romo Aloysius dalam khotbahnya yang berlangsung selama 1 jam dan menuai banyak tawa dari penonton.

KERINDUAN MERANGKUL ANAK MUDA

Sekitar 75 panitia yang didominasi oleh mahasiswa bersama-sama mempersiapkan acara ini selama “kurang lebih tiga bulan”. Kevin merasa prihatin melihat anak muda yang tidak lagi pergi beribadah karena sudah jauh dari orangtua mereka.

“Mungkin yang kita tahu anak-anak muda semakin banyak yang tidak tertarik lagi pada gereja. Mungkin waktu kecil mereka masih ke gereja karena suruhan orangtua. Tapi sekarang kita sendiri yang belajar di luar negeri di mana jauh dari orangtua, mereka langsung lupa semua itu,” katanya.

“Mungkinkah apa gerejanya tersebut yang dipersembahkannya kurang menarik untuk anak-anak muda? Apakah kita harus introspeksi?”

Pengurus PDKKI pun berusaha menciptakan kegiatan yang menarik minat anak muda demi menumbuhkan ketertarikan mereka kepada ibadah tersebut.

“Jadi di sini kita berusaha untuk menjamah orang-orang muda ini. Kita kemas dengan hal yang berbeda-beda, selain misa saja, meskipun misa juga perlu. Tapi kita kemas dengan acara lain seperti drama, praise and worship, jadi sesuatu yang menarik,” kata Kevin.

“Harapannya anak-anak muda bisa kembali ke gereja.”

Selain MPR, PDKKI juga mengadakan beberapa kegiatan sederhana seperti jalan-jalan dan liburan bersama, hingga retret.

“Jadi kegiatan kami bukan muluk-muluk selalu berdoa, tapi juga harus menerapkan itu dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga punya acara olahraga, apapun itu, atau outing. Jadi dari waktu ke waktu biasanya kurang lebih setiap sebulan sekali ada acara di luar gereja.”

Kevin mengatakan bahwa di antara tujuan lainnya, PDKKI memiliki keinginan untuk “membimbing anak-anak muda, terutama yang baru datang, agar suatu saat juga dapat membimbing yang lain.”


APA KATA MEREKA

BERTIANA | Jemaat KKI

Acaranya sih cukup baik, cuman kita orang tua nunggunya kelamaan, ya.

Kalau buat acara itu lebih baik tepat waktu karena kan kita selalu menyiapkan waktu.

Tapi selain itu, bagus acaranya. Yang saya suka adalah khotbah dari Romo Aloysius.

KEANU INGKIRIWANG | Mahasiswa Teknik tahun ke-4 Monash University

Bagus acara ini, acara tahunan yang bisa buat kita punya goal. Tiap tahun mau lebih baik lagi, lebih baik lagi. Karena kalau cuma mingguan gitu kan jadi rutinitas. 

Buat visitor mereka dapat pengenalan, dan buat panitia punya kesempatan untuk bertumbuh lebih lagi. Bagian favorit aku biasanya pembicara-pembicaranya. Kalau acara yang skala ini biasa pembicaranya itu yang spesial, datang dari jauh-jauh, dan dapat insight yang bagus juga. 

Feedback sebenarnya sih dari musik mungkin ya, tapi kan mereka tidak profesional dalam bidang musik. Kalau dibandingkan dengan acara lain, bukan bermaksud membandingkan, masih ada ruang untuk musiknya agar ditingkatkan.

Nasa