Dua tahun sudah KJRI Melbourne melangsungkan Perayaan Hari Kemerdekaan RI secara online. Meskipun belum juga kembali normal, semangat nasionalisme Paskibra KJRI Melbourne tahun ini tidak kalah membaranya dengan tahun-tahun yang lalu. Latihan dalam keadaan yang tidak menentu, antara secara fisik maupun via Zoom, ternyata tidak menyurutkan komitmen dan tekad kuat para pengibar. Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih di Perayaan 17 Agustus yang lalu pun berjalan dengan lancar dan khidmat.
Disela-sela kesibukannya berkuliah, Khadiza Refry, Dewita Anggi, dan Shevianna Artikah Davlin meluangkan waktu untuk berbincang dengan BUSET tentang pengalamannya pengibarkan bendera ditengah pandemi.

Motivasi Mendaftar Jadi Paskibra
Bicara motivasi mendaftar jadi Paskibra, ketiga perempuan ini terdorong oleh niat yang sama: mencari pengalaman baru. Di tengah pandemi yang tidak kunjung mereda, Anggi mendaftar karena ingin cari kegiatan dan bersosialisasi. Dirinya dan Diza belum pernah mengibarkan bendera selama di Indonesia, meskipun Diza sebetulnya sudah menyimpan cita-cita jadi Paskibra sejak lama.
“Dari kecil aku tuh pingin cobain jadi Paskibra, tapi kesempatannya selalu kurang pas. Di sekolah dulu, antara tidak dipilih atau akunya lagi pergi, jadi tidak bisa ikut Latihan. Pas tahu di Melbourne ada Paskibra, aku jadi niat untuk mencoba, karena mungkin ini adalah kesempatan terakhir aku,” cerita Diza, yang saat ini sedang menempuh pendidikan Bachelor of Design di University of Melbourne.
Dari ketiganya, hanya Shevi yang punya pengalaman mengibarkan bendera semasa sekolah. Meskipun begitu, mahasiswa Bachelor of Commerce Monash Univeristy ini mengaku bahwa pengibaran bendera di sekolahnya tidak setegas semestinya.
“Pas SD-SMP dulu aku memang pernah mengibarkan bendera, dan ternyata aku suka. Jadi ketika di Melbourne ada kesempatan untuk ikut, aku semangat. Niatnya pingin ketemu orang baru, teman baru, dan juga pingin aktif dengan komunitas disini,” kata Shevi.
Proses Seleksi dan Sistem Latihan yang Tidak Menentu
Proses seleksi Paskibra KJRI Melbourne 2021 dimulai di bulan April. Dipimpin oleh para purna (Paskibra tahun 2020), ketiga capas, atau Calon Paskibra 2021 ini terpilih setelah melewati proses seleksi yang ketat, yaitu wawancara awal via Zoom, ujian gerakan PBB (Peraturan Baris Berbaris) dan Tes Kepribadian.
Dari sekian belas pendaftar, terpilihlah Diza (komandan dan penggerek), Anggi (pioneer) dan Shevi (pembentang), yang ketika itu masih juga dianggap sebagai Capas.
“Pas awal-awal, latihannya tiga minggu sekali,” cerita Diza mewakili teman-temannya. “Yang sudah pasti itu hari Sabtu pagi, lalu ada dua hari lain di antara Senin sampai Jumat. Di bulan Juli, latihan kita ditambah jadi empat kali seminggu, lalu mendekati hari H jadi setiap hari.”
Di bulan-bulan pertama, ketiganya dilatih oleh Purna di lapangan KJRI. Tapi ketika Victoria menjalani lockdown, mereka pun terpaksa berlatih di rumah masing-masing lewat Zoom.
“Tantangannya lebih ke kita back and forth antara Zoom dan bertemu langsung,” kata Shevi.
“Internet delay itu sudah pasti sering kejadian, tapi yang paling bikin gugup adalah ketika harus samain langkah lagi pas bertemu langsung,” sambung Anggi.
Shevi pun menggambarkan suasana latihan dengan kendala sinyal internet. Ia menceritakan kejadian ketika internet Anggi error.
“Purnanya manggil ‘Anggi, Anggi!’ tapi Anggi tetap jalan di tempat,” kata Shevi diikuti tawa Anggi dan Diza.
Diza pun menambahkan kalau seringkali karena komandonya balik badan, mereka bertiga pun jadi membelakangi kamera. Selain dari segi sinyal internet, latihan di rumah juga penuh tantangan dari segi ruang.
“Space di rumah tuh terbatas, jadi kita Cuma bisa jalan di tempat. Walaupun Langkah tegak maju, kita harus jalan di tempat. Ketika nantinya ketemu di lapangan, kita harus adjust lagi dan beda banget rasanya. Ketegasannya kurang, gerakannya jadi kurang elegan,” Anggi menerangkan.
Tapi segala tantangan dalam latihan ini pun terbayar ketika akhirnya bisa tampil dengan baik di hari H.

Hari H yang membuat perjuangan jadi setimpal
“Momen yang benar-benar bikin aku terharu itu ketika dapat jaket merah dan seragam PDU (Pakaian Dinas Upacara). Itu momen yang bikin aku paling senang karena setelah berbulan-bulan latihan, akhirnya jadi juga ngibar,” kata Diza sambil menunjuk jaket merah yang mereka bertiga sedang kenakan.
Para calon pengibar ini baru mendapatkan jaket merahnya di upacara pengukuhan yang dihadiri oleh Konjen RI Melbourne Kuncoro Giri Waseso.
“Pas latihan, purnanya suka bilang ‘kalian ini masih calon pasukan loh, bukan pasukan!’, jadi pas akhirnya dapat jaket merah, aku senang banget,” ungkap Shevi.
Sementara itu, Anggi mengaku dibuat senang karena hal-hal sederhana seperti barisan lurus dan gerakan serempak saat tampil di Hari H.
“Pas latihan itu nervous banget, selalu kepikir, ‘kalau aku salah gerakan, gimana ya?’. Tapi ternyata hari H lancar, banyak yang bilang oke dan aku lega banget,” Anggi bercerita.
Karena 17 Agustus kemarin berada di tengah-tengah lockdown, Paskibra KJRI 2021 tidak bisa berlatih secara fisik di lapangan sampai satu jam sebelum tampil.
“Dalam satu jam itupun kita gantian makeup, sambil latihan berdua-dua. Pas aku makeup, Shevi sama Diza latihan, terus gantian. Tapi tidak pernah benar-benar baris bertiga.”
“Hari H itu kayak magic, tiba-tiba semuanya rapih dan kompak,” Shevi menambahkan sambil tersenyum sumringah.
Kontribusi untuk RI Kedepannya
Berbicara tentang kontribusi untuk tanah air, ketiga anggota Paskibra KJRI Melbourne 2021 ini ternyata sudah memiliki rencana konkrit masing-masing.
“Saya dan teman-teman mau mendirikan NGO untuk permberdayaan perempuan dan anak-anak di daerah Lombok,” Anggi menjelaskan dengan semangat.
“Posisi social wanita di Lombok belum setara dengan para laki-lakinya. Terutama di daerah kecil, masih banyak yang menikah muda dan putus sekolah.”
Anggi berharap dapat mendidik wanita dan para orang tua di Lombok supaya terbebas dari siklus menikah muda yang lekat di kehidupan masyarakat.
“Disana ada banyak pohon mete. Kami berencana untuk membuat abon dari pohon mete, supaya perempuan di Lombok bisa menghasilkan uang sendiri.”
Selain membentuk NGO, perempuan yang sedang menempuh pendidikan Master of Environment and Sustainability di Monash University ini juga berharap dapat menjembatani jalur ekspor kopi Lombok ke Melbourne.
Sementara itu, Diza ingin mendukung perkembangan industry Indonesia di bidang UI UX, sesuai dengan bidang perkuliahannya yaitu Digital Technology. Dalam jangka dekat pun, Diza berharap dapat melatih para capas tahun depan dengan baik.
“Kalau kata purna, emosi kita tahun ini setelah dimarah-marahi oleh mereka boleh dikeluarkan tahun depan,” candanya.
Shevi juga memiliki contoh konkrit dalam kontribusinya untuk negeri dengan mendukung produk lokal Indonesia.
“Sebisa mungkin aku ingin support brand-brand Indonesia. Produk lokal kita tidak kalah bagus dengan produk luar, jadi aku ingin membeli dan berbisnis produk lokal Indonesia,” kata Shevi yang berkuliah dibidang Commerce.
“Aku juga punya cita-cita ingin jadi sukarelawan di Indonesia, entah untuk masalah bencana alam atau kesehatan.”

Ucapan Terima Kasih
Anggi, Diza dan Shevi bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas lancarnya Pengibaran Bendera Merah Putih di acara Peringatan Hari Kemerdekaan RI di KJRI Melbourne 2021.
Ucapan terima kasih juga mereka haturkan kepada sanak keluarga dan teman-teman yang sudah mendukung dan mendoakan yang terbaik untuk mereka.
“Kepada pelatih kami, Kak Indra dan Kak Chris, yang dari awal selalu datang untuk melatih kami, tidak pernah bolos. Meskipun kami belum punya pengalaman mengibarkan bendera, tapi mereka benar-benar mengajari kami dari awal. Semangat mereka sampai akhir itu benar-benar bikin kami kagum,” kata Diza mewakili semuanya.