Bulan Agustus memiliki makna yang sangat melekat bagi bangsa Indonesia. Pada 17 Agustus tahun 1945, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan asing. Kini, tanggal tersebut dikenang sebagi Hari Kemerdekaan RI dan merupakan salah satu hari raya terbesar di Indonesia.

Tentunya, agenda utama pada setiap 17an adalah upacara pengibaran bendera. Tidak hanya diselenggarakan di Indonesia, setiap perwakilan RI di luar negeri juga mengambil peran untuk melaksanakan pengibaran bendera di wilayah perwakilannya masing-masing, tidak terkecuali dengan KJRI Melbourne.
Setelah dua tahun melaksanakan upacara pengibaran bendera secara online akibat restriksi pandemi, tampaknya keadaan tahun ini membawa perubahan kembali ke normalitas. Sejak bulan April 2022, Paskibra KJRI Melbourne telah berlatih untuk mengibarkan sang Merah Putih pada 17 Agustus tahun ini secara tatap muka.
Salah satu Purna Paskibra, Shevianna Artikah Davlin, meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya dalam melatih untuk berbincang dengan BUSET mengenai peran seorang Purna dalam pelatihan Paskibra.
“Kita yang memfasilitasi, mulai dari latihan, logistik, konsumsi, seragam, dan lain-lainnya,” jelas Shevi mengenai tanggung jawab Purna Paskibra. Tidak kurang dari empat orang Purna melatih para Calon Paskibra pada sesi latihan malam hari itu, Shevi menjelaskan bahwa siapa yang dapat melatih tergantung kepada ketersediaan masing-masing, mengingat banyak Purna yang sudah bekerja atau yang masih melanjutkan studi

Meskipun demikian, waktu untuk latihan diserahkan terutama kepada ketersediaan dari Calon Paskibra itu sendiri. “Calon Paskibra dapat latihan kapan saja, kita akan selalu fasilitasi. Mereka boleh mengatur jadwal latihannya sendiri,” jelas Shevi.
Christine Tanato, mahasiswi psikologi di University of Melbourne, dan Jennysse Jerryne Gan, mahasiswi teknik biomedis di University of Melbourne, menceritakan pengalaman latihannya dari sudut pandang seorang Calon Paskibra.
Christine mengaku bahwa salah satu motivasinya untuk bergabung dengan Paskibra adalah keinginannya untuk mengharumkan nama Indonesia di tanah Australia. “Mahasiswa Indonesia di sini biasanya berkontribusi dengan mempromosikan budayanya. Saya percaya diri saya bisa berkontribusi dalam kegiatan baris-berbaris seperti Paskibra,” ujarnya.
Latihan merupakan kunci dari keberhasilan pada Hari-H. Sebab itu, proses seleksi sudah dilakukan sejak jauh hari agar para Calon Paskibra mendapatkan pelatihan yang cukup. Sejauh ini, terdapat delapan orang Calon Paskibra yang menempuh pelatihan. “Kita sudah mulai latihan sejak akhir April, kurang lebih tiga bulan yang lalu, meskipun sempat diliburkan ketika pekan ujian,” jelas Christine.

Hal tersebut pula menjadi amanah yang harus dipegang sebagai seorang Calon Paskibra. “Paskibra memang keren banget, itu kenapa banyak orang yang tertarik. Tetapi untuk masuk diperlukan komitmen yang sangat besar, dan banyak ekspektasi terhadap kita,” ujar Jennysse mengenai tanggung jawab seorang Calon Paskibra.
Dengan waktu kurang dari tiga minggu menuju tanggal 17 Agustus, Christine dan Jenynsse berharap bahwa timnya dapat mempertahankan performanya hingga hari pengibaran kelak nanti. Christine menegaskan bahwa kekeluargaan merupakan aspek yang penting dalam menempuhi latihan bersama. “Sepanjang jalan, kita telah menemukan seperti second family“, sebut Christine.