Anak-anak kecil membawa angklung

Lelah juga membaca berita tentang aksi intoleransi dan usaha penyeragaman yang tengah terjadi di Indonesia. Entah itu penyerangan rumah ibadah, seorang penumpang bus yang menolak duduk sebangku karena beda agama, atau dengan mudahnya melontarkan ujaran kebencian pada yang berbeda. Kemudian muncul pertanyaan dalam hati, benarkah negeri yang terkenal ramah ini mulai berubah seram?

Russia turut ambil bagian di parade Pako Festa

Di tengah kepungan aneka berita tersebut, Pako Festa 2018 kembali digelar pada akhir pekan terakhir Februari lalu di Pakington Street, Geelong West. Sudah 36 tahun usia festival multikultural ini berlangsung. Diinisiasi oleh Diversitat dan didukung oleh sekitar 50 komunitas etnis yang tumbuh di Geelong, termasuk Indonesian Associaton of Geelong (IAG). Selain komunitas etnis, berbagai organisasi seperti sekolah, klub hobi dan bisnis juga turut berpartisipasi.

Erna Read mengatakan komunitas Indonesia mulai berpartisipasi sejak 1994

Menurut penuturan Erna Read, salah satu sesepuh sekaligus penggagas persahabatan Australia Indonesia di Geelong, komunitas Indonesia mulai berpartisipasi sejak sekitar tahun 1994. Dan sejak saat itu tidak pernah absen mengikuti pawai budaya. Sama halnya tahun ini, Indonesia masih turut serta dalam parade budaya.

Kulinari Indonesia menjadi pilihan pengunjung festival

Tahun ini, para pengunjung yang tercatat mencapai lebih dari 100.000 orang yang memadati bahu jalan Pakington Street, menyaksikan tak hanya warna warni baju daerah Indonesia, tapi juga terhibur melihat pemandangan yang tak biasa – yakni para bule lengkap dengan baju khas Jawa dan blangkon, mengendarai becak yang didalamnya diisi kelapa muda, pisang, dan aneka buah lainnya.

Komunitas Fiji di Geelong

Selain parade dan pertunjukan di panggung, IAG juga turut serta menjajakan makanan khas Indonesia dan menjual kerajinan tradisional. Tak cuma itu, ada bagi-bagi Indomie Goreng gratis bagi para pengunjung yang merapat ke booth Indonesia.

Hari itu, warga Indonesia di Geelong berbaur dengan

Atraksi barongsai

warga dari Polandia, Serbia, Afghanistan, Rusia, Tiongkok, Filipina, dan masih banyak lagi. Buset juga mencatat beberapa parade yang menarik dan sangat menyentuh. Di antaranya, komunitas Syria di Geelong yang berjalan dengan membawa perahu yang ditumpangi anak-anak sambil membawa bendera Syria dan Australia. Tentu Anda masih ingat kisah pilu para imigran Syria yang berdesakkan-desakkan di perahu berusaha sampai ke daratan Eropa. Termasuk kisah bocah bernama Aylan Kurdi yang ditemukan terdampar di pantai tak bernyawa setelah perahu yang ditumpangi tenggelam di Laut Mediterania. Pada Pako Festa kali ini, warga Syria yang berparade adalah salah satu komunitas kecil imigran Syria yang sampai dan sudah menetap di Australia. Begitu pula dengan Warga Karenni juga tampak turun ke jalan. Karenni People merupakan masyarakat Sino-Tibet yang banyak tinggal di Myanmar.

Bocah Syria menaiki perahu simbol penghormatan bagi para imigran Syria

Imlek yang berlangsung satu minggu sebelumnya juga “hadir” kembali di festival ini. Warga Tionghoa di Geelong menampilkan gelaran barongsai dan liong yang meriah. Atraksi tersebut menjadi salah satu puncak parade, sebelum kemudian ditutup oleh aksi para pelayan publik seperti polisi dan petugas pemadam kebakaran yang turut berpartisipasi.

Kemeriahan warna warni khas bangsa

Seperti tema Pako Festa tahun ini, “Reflection of Culture”, dalam perjalanan kembali ke Melbourne, Buset mencoba berefleksi. Persoalan rasisme bisa terjadi di mana saja. Bisa di Indonesia, dan bisa pula terjadi di Australia yang terbilang cukup terbuka menerima perbedaan. Menariknya, dalam gelaran Pako Festa banyak anak kecil yang turut serta, ambil bagian menjadi peserta parade hingga asyik menonton. Perbedaan dan sikap-sikap toleran memang sebaiknya diperkenalkan sejak usia dini.

Merayakan Geelong yang multietnis

Begitupun dengan jarak yang membentang 75 kilometer antara Melbourne dan Geelong. Jarak, sama halnya dengan keberagaman, dapat memisahkan dan bisa menyatukan. Tapi bukankah sebaiknya dirayakan dan dirangkul, ketimbang dipermasalahkan?

 

Bule ‘narik’ becak
Mengkampanyekan gerakan sosial untuk mengelola sampah

 

Deste