Sport has the power to change the world. It has the power to inspire. It has the power to unite people in a way that little else does. It speaks to youth in a language they understand. Sport can create hope where once there was only despair. (Nelson Mandela)

 

 

Dhiran Pillay sebagai Project Manager memberi kata sambutan pada pembukaan AGA 2017

Ada begitu banyak hal baru terjadi dalam gelaran ASEAN Games Australia (AGA) tahun ini. Salah satu yang menjadi pembeda adalah menginjak tahun kelima, AGA kini diadakan oleh ASEAN Youth Organizer of Australia. Jika tahun sebelumnya menjadi inisiatif dari organisasi mahasiswa Malaysia di Australia, Victoria Chapter, kini jajaran panitia diisi oleh campuran dari seluruh organisasi mahasiswa dari negara-negara ASEAN. Begitu pula para panitia asal Indonesia yang ambil bagian juga merupakan anggota dari PPIA Victoria (Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia, Victoria).

22-24 September 2017 para peserta yang berusia di atas 13 tahun dan telah melakukan registrasi berlaga di kampus Monash Clayton. Berbagai cabang olahraga seperti badminton, basket, futsal, voli, tenis, tenis meja, netball, ultimate frisbee turut dipertandingkan. Uniknya, ada pula kompetisi olahraga tradisional seperti sepak takraw dan tarik tambang ikut meramaikan gelaran olahraga tahunan ini. Menurut Vincent Ananta, salah satu komite AGA dari Indonesia, ke depannya AGA akan terus mempertandingkan olahraga tradisional tiap negara dan kemungkinan tiap tahunnya setiap negara akan mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah, meski tentu saja AGA tetap akan diadakan di Australia.

Tahun ini sebenarnya sangat istimewa karena bertepatan pula dengan ulang tahun ASEAN ke-50. Hanya saja, dari pengamatan Tim Buset di hari pembukaan, momen tahun emas ASEAN tidak terlalu digaungkan. Setiap kontestan yang berlaga memang harus berasal dari negara-negara ASEAN, namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini tidak ada penetapan juara umum untuk kategori negara yang berhasil mengantongi paling banyak juara.

Meski demikian, patut diapresiasi bahwa semangat persahabatan dalam keberagaman masih kuat dipelihara oleh AGA. Dhiran Pillay, selaku Project Manager AGA mengungkapkan bahwa tahun ini jajaran panitianya jauh lebih beragam dari tahun-tahun lalu. Begitu pula dengan para volunteer yang berjumlah 250 orang juga berasal dari berbagai etnis dan kultur di ASEAN.

 

 

 

 

Deste