“Membangun Sense of Belonging di PPIA RMIT.”
Meskipun secara usia masih terbilang sangat muda, semangat dan komitmennya untuk memajukan PPIA RMIT tidak meredup. Bagaimana perjalanannya menjadi ketua PPIA RMIT dan apakah harapan ke depan yang ingin dicapainya? Simak wawancara dengan Nicholas Oliver berikut.
Bisa diceritakan pengalaman di PPIA RMIT Sebelum menjadi Ketua?
Saya pertama masuk tahun lalu, saat itu saya menjadi volunteer di salah satu event untuk bantu – bantu saja. Terus selanjutnya ada acara PPIA RMIT dan waktu itu ada open recruitment, lalu saya masuk divisi internal selama satu tahun. Selagi jadi internal officer saya juga sempat jadi sponsorship officer di salah satu acara external kita, terus sempat jadi coordinator dan liaison officer di acara external lainnya.
Apa yang dipelajari sebelum menjadi Ketua PPIA RMIT ini?
Pastinya saya kan di divisi internal kita bekerja di satu tim berisi 7-8 orang, dan itu sistemnya kita bergantian jadi PIC (Person in Charge). Jadi beberapa acara internal seperti contohnya saat welcoming bbq namanya “Mateng” itu kebetulan saya jadi PICnya. Terus ada acara lain yaitu “Makrab” yang diadakan 3 hari 2 malam dan saya di posisi koordinator. Dari posisi – posisi yang seperti itu kita jadi belajar jadi leader itu seperti apa dan harus gimana, delegasi tugas, bagi – bagi divisi. Itu menurut saya sangat penting sih.
Berarti belajarnya itu dari macam – macam role?
Saya kan pastinya bergabung cukup lama ya, ada sekitar 1.5 tahun lah ya, dan itu ga selalu kerjanya itu – itu saja. Walaupun saya internal officer kalau ada acara apa, saya bisa ada di bagian eventnya, bagian logistiknya, bagian konsumsi. Saya mencoba dari berbagai aspek dari acara – acara PPIA. Yang pasti setiap divisi belajar hal – hal yang baru.
Setelah terpilih, gimana perasannya?
Sebenarnya pas pemilihan yang terakhir kebetulan saya calon tunggal. Jadi saya lumayan tenang lah dan mikir ga mungkin kalah. Setidaknya kalau ga menang pemilihan ulang, jadi ada kesempatan ke dua. Jadi memang dari awal sudah lumayan tenang soalnya calon tunggal. Jadi pas kepilih juga lumayan tenang lah.
Untuk ke depan, visi misinya apa saja setelah jadi presiden?
Yang pasti sih mulai dari visi dulu ya, saya inginnya sih PPIA RMIT itu bisa bertumbuh ga dari ukuran saja tapi juga dari aspek kualitasnya. Soalnya menurut saya kita memiliki potensi yang cukup tinggi, cuma bakat – bakatnya belum disalurkan dengan benar. Dan ada beberapa misi sebenaarnya, kita bukan sekedar organisasi tapi juga merasa ada rasa sense of belongingnya, merasa “oh ini organisasi kita”. Bukan sekedar ngikut – ngikut doang. Kayak serasa keluarga, bondingnya enak. Namanya sama – sama orang Indonesia gitu kan, kita harus saling support, menyadari kalau kita ujung – ujungnya kita sama, kita sama – sama orang Indonesia.
Dari visi misi kamu, apa ada yang beda dengan yang Presiden PPIA yang lalu?
Sebenarnya Jeremy, ketua pas saya internal officer, pastinya ketemu dia saya sudah diajarin dan dikasih tahu masalah – masalah kita di sini, yang bagus – bagusnya di sini. Jadi ujung – ujungnya saya rasa pasti visi misinya pasti ada mirip -miripnya. Karena sudah dikasih tahu, sudah diajarin, sudah dimentor. Saya rasa bahwa tahun lalu Jeremy sudah melakukan yang terbaik untuk organisasinya. Tentunya saya ingin melanjutkan apa yang dia mulai.
Kira – kira apa tantangan seorang Ketua PPIA RMIT?
Secara organisasi pastinya kan kita organisasi non-profit ya, pastinya kita uang itu harusnya ga dipermasalahkan dalam organisasi kita. Cuma ujung – ujungnya kita mau melakukan acara apa gitu kan memerlukan dana, dan kita ga bisa narik uang dari member – member kita. Kita harus cari cara buat fund raising yang menurut saya cukup bisa memuaskan semua pihak. Kalau kita mau bikin acara external yang besar terakhir acara “Indonesian” itu bisa dibilang cukup mahal dan dengan kondisi keuangan kita sekarang bisa dibilang ya cukup susah lah. Pasti ada beberapa tantangan dari aspek keuangan kita. Apalagi dengan tujuan kita mau bertumbuh sebagai organisasi itu pasti ujung – ujungnya ada pengeluaran dimana – mana. Jadi harus hati – hati, dibudget dengan benar dari awal.
Pastinya ada tantangan pribadi juga. Saya belum pernah menjadi pemimpin untuk organisasi sebesar ini. Dan saya rasa harus lebih mengembangkan leadership skills tentunya dengan belajar lagi dari Ketua PPIA – PPIA lainnya, tidak hanya dari RMIT saja. Kita pasti kan maunya ada baiknya, ada salahnya, saya rasa harus kita pelajari.
Apa harapan ke depan untuk PPIA RMIT?
Pastinya setiap pemimpin punya harapan yang mirip – mirip lah ya. Ujung – ujungnya kita mau anggota – anggota kita senang, bukan hanya kita. Maunya kita sukses dalam tahun ini, tahun depan, tidak hanya di atas pembukuan “oh secara keuangan sukses, secara orang datang sukses”, tapi kita mau semua orang senang juga. Kan ujung – ujungnya kita bisa dapat teman baru, bisa kenalan – kenalan. Ujung – ujungnya ga nyesel gitu, dan kita semua kayak “saya sudah senang banget ambil kesempatan ini untuk ikut PPIA RMIT.”
Niar