Kemerduan serta keanekaragaman instrumen tradisional Indonesia memang sudah diakui secara internasional, termasuk di Australia, secara khususnya Melbourne. Ini dibuktikan oleh pagelaran pameran inovasi instrumen tradisional yang dikolaborasikan dengan nuansa modern khas Kota Melbourne yang berlangsung di National Gallery of Victoria (NGV) Ian Potter Centre studio, Federation Square beberapa waktu yang lalu.
Acara hasil kerjasama seniman Indonesia dan Australia yang tergabung dalam The Instrument Builders Project (IBP) ini menggabungkan kesenian musik tradisional Indonesia dengan kecanggihan perangkat elektronik modern. Projek unik tersebut mengundang decak kagum dan rasa penasaran dari para hadirin.
Saat acara berlangsung, kondisi Federation Square memang tengah dikerumuni pengunjung dikarenakan berbagai acara yang diselenggarakan secara hampir bersamaan, sebut saja kegiatan kampanye dan adanya stand makanan dan pakaian. Hal ini membawa keuntungan tersendiri bagi IBP sebab secara tidak langsung menambah jumlah pengunjung yang datang.
Kendati ruang pameran dibuka sejak pukul 10 pagi, akan tetapi acara baru dimulai sekitar empat jam kemudian dengan perkenalan dan penjelasan mengenai beberapa instrumen yang dipajang, salah satu diantaranya, dan yang paling menyedot perhatian, adalah gasing ‘Melbourne remix’.
Gasing, permainan tradisional dari tanah Jawa ini melalui tangan seniman Lintang Radittya dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu mengeluarkan cahaya yang berasal dari lampu yang melekat di gasing tersebut. Selain itu, meja tempat gasing diputar juga dimodifikasi sehingga tampak seperti meja elektrik dan dapat mengeluarkan suara unik pergerakan gasing untuk menambah serunya pernainan. Tak ayal, para pengunjung saling bergantian mencoba ‘bermain’ gasing. Kejadian-kejadian lucu pun tak terelakkan di kala warga yang mayoritas ialah penduduk lokal Australia mencoba memainkan permainan tradisional Bangsa Indonesia itu.
BUSET sendiri sangat terpukau dengan sebuah instrumen yang diberi nama Table Hurdy Gurdy karya Wukir Suryadi dan Michael Candy. Instrumen unik yang dapat menghasilkan suara melalui senar-senar yang dikontrol oleh disc karya mereka mampu menghipnotis para hadirin ketika tangan terampil seniman asal Jawa, Wukir Suryadi memainkannya.
Wukir mengaku awalnya merasa kesulitan untuk menghasilkan karya yang tidak bertabrakan dengan regulasi di Melbourne, Pasalnya kebanyakan ide-ide kreatifnya terhalang oleh beberapa peraturan yang berlaku, oleh sebab itu dia memutuskan untuk menghasilkan karya menggunakan hal yang paling sederhana yaitu sebuah meja sebagai sarana utama karya yang begitu luar biasa.
Acara ditutup dengan pelepasan kendaraan unik hasil modifikasi; odong-odong (kendaraan khas Tanah Air yang biasa difungsikan sebagai permainan anak-anak) dengan alat musik asal Jawa Barat yang sempat di-claim negara tetangga, angklung menuju Federation Square guna membunyikan lonceng yang sudah dihubungkan dengan kendaraan tersebut. Tim IBP menamainya Odong Danding Prototype. Inovasi yang bikin gemas ini merupakan karya Titin Wulia dan Lintang Radittya. Dalam proses menuju Federation Square penonton berbondong-bondong mengarak dan turut berpartisipasi menaiki kendaraan tersebut secara bergantian. Alhasil, hal demikian mengundang perhatian dari masyarakat sekitar.
Karya kolaborasi seniman Indonesia dan Australia ini patut diacungi jempol. Semoga dikemudian hari kegiatan-kegiatan serupa akan lebih banyak lagi yang secara tidak langsung turut bersumbangsih mempromosikan budaya Tanah Air.