Australian Football League (AFL) bukanlah hal yang asing lagi bagi kalian yang tinggal di Australia, terutama Victoria. Mulai dari bulan Maret hingga September, biasanya banyak sekali warga lokal maupun warga non lokal yang menggunakan syal dengan warna, logo dan nama daerah atau state yang berbeda-beda. Namun tahun ini memang jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan situasi COVID-19 yang kurang mendukung dan mengakibatkan pertandingan AFL yang seharusnya berjalan dari Maret ke September harus diundur ke Juni-Oktober. Dan tentunya tetap dilaksanakan dengan beberapa keterbatasan sesuai menurut instruksi pemerintah Australia. Begitu banyak perdebatan mengenai jalannya pertandingan AFL tahun ini, maka ada beberapa aturan baru yang harus diadaptasi sesuai dengan rekomendasi pemerintah setempat.
Footy Tanpa Penonton dan Keterbatasan Akses
Meskipun ronde pertama AFL tetap berlangsung seperti biasa pada bulan maret 19-22 Maret 2020, namun footy tanpa penonton bukan pemandangan yang menarik. AFL juga harus berimprovisasi dengan memberikan efek-efek suara penonton dan interaksi melalui zoom untuk menggantikan situasi footy yang biasanya marak dan ramai dengan teriakan dan nyanyian. Belum lagi, jika ada pemain interstate seperti dari Fremantle Dockers, Geelong Cats, Port Adelaide dan klub-klub lain yang harus terbang ke state lain dan hanya memiliki keterbatasan akses di hotel tempat mereka menginap. Ditambah dengan penggunaan masker dan tidak banyaknya official atau tim dari masing-masing klub yang boleh datang ke tempat mereka bertanding. Hal ini tentunya sangat mengganggu jalannya pertandingan. Hingga akhirnya AFL sempat memberhentikan sementara pertandingan AFL yang akhirnya berlanjut di bulan Juni 2020.
Perubahan Jalannya Pertandingan AFL 2020
Bagi yang mengetahui pertandingan AFL, tentunya dikejutkan dengan perubahan pertandingan yang cukup drastis. Aturan tersebut dijalankan guna mengurangi interaksi antara pemain satu dengan yang lain dari klub yang berbeda. Namun perubahan yang paling drastis adalah adanya perubahan jumlah ronde yang dibatasi yaitu 17 ronde untuk masing-masing klub (dari yang biasanya total 23 ronde) dengan ketentuan masing-masing kuarter berdurasi 16 menit (dari yang biasanya total 20 menit). Melihat situasi COVID-19, maka seluruh 10 klub dari Victoria akan dipindahkan ke Queensland selama AFL berlangsung. Tentunya bukan merupakan hal mudah bagi hampir semua pemain karena harus jauh dari keluarga dan supporter mereka di Victoria.
AFL Grand Final 2020 di Stadium Gabba
Perubahan drastis yang terjadi adalah dengan keputusan AFL untuk mengadakan Grand Final 2020 di Stadium Gabba, Queensland. Keputusan ini tentunya mengejutkan penggemar footy karena memang biasanya Melbourne Cricket Ground (MCG) merupakan pilihan khusus sebagai Grand Final AFL dengan kemampuan kapasitas 100,000 penonton. Dibandingkan dengan angka ini, kapasitas Stadium Gabba yang hanya 42.000 tentunya sangat sedikit. Namun, situasi COVID di kota Melbourne sendiri baru berangsur membaik ketika AFL Grand Final 2020 dilakukan, yakni 24 Oktober kemarin. Pasalnya, masih banyak pembatasan yang harus dijalani warga Victoria. Sehingga keputusan tersebut dinilai sebagai keputusan yang terbaik saat ini melihat situasi pemain yang sudah ada di Queensland.
Kedua tim yang berlaga di AFL Grand Final adalah juara bertahan Richmond Tigers dan Geelong Cats yang terakhir memenangkan AFL Grand Final di tahun 2011. Keduanya memiliki catatan permainan dan kemenangan yang bagus di Stadium Gabba serta jumlah supporter (baik member ataupun non-member) yang cukup banyak selain di Victoria. Menariknya lagi, kedua tim berhasil mengalahkan tim dua besar AFL 2020 yaitu Richmond Tigers mengalahkan Port Adelaide yang duduk di peringkat satu klasemen dan Geelong Cats yang mengalahkan Brisbane Lions di peringkat ke dua sehingga keduanya bertemu di Grand Final 2020. Kuarter 1 dan kuarter 2 adalah merupakan pertandingan yang cukup sengit dan seru karena ada dua pemain dari masing-masing tim yang harus dibawa keluar dari lapangan karena tubrukan yang terjadi saat bertanding. Walaupun Geelong Cats sempat unggul di babak pertama yaitu dengan skor 35-20, namun di babak kedua yang merupakan babak penting bagi kedua tim, sang Harimau, sebutan tim Richmond, menunjukkan kegigihannya untuk mengejar ketertinggalan dan akhirnya memimpin hingga waktu pertandingan selesai dengan skor akhir 81-50.
Jika kalian tertarik untuk bermain footy…
NONTON BARENG (NOBAR) DILAKUKAN SECARA VIRTUAL NONTON BARENG AFL GRAND FINAL BERSAMA KJRI MELBOURNE, AIYA DAN KRAKATOAS
Olahraga footy adalah olahraga yang sangat umum dimainkan sepanjang tahun dengan kondisi cuaca apapun. Komunitas Indonesia ternyata memiliki tim sendiri di kota Melbourne dan setiap tahun selalu memiliki program pelatihan bagi teman-teman Indonesia yang ingin mencoba olahraga orang Aussie ini selama tinggal di kota mereka. Krakatoas Football Club sudah berdiri kurang lebih enam tahun lalu dengan founder sekaligus coach orang asli orang Australia yaitu Iain Shearer dan Penasihat tim Geoff Gold.
Setiap tahun, selalu ada lebih dari sepuluh orang Indonesia yang terlibat dalam pelatihan footy bersama Krakatoas FC dan kebanyakan dari mereka belum pernah sedikitpun mengetahui mengenai footy. Di tahun 2019, tidak sedikit dari tim Krakatoas yang akhirnya ikut tergabung di klub footy lokal dan bermain untuk liga footy yang lebih besar dan tentunya lebih berpengalaman.
Di masa isolasi COVID-19 ini, Krakatoas berusaha untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan seperti Trivia dan Nonton Bareng bersama di beberapa pertandingan sepanjang AFL Season 2020 berlangsung dan tidak sedikit pula komite Krakatoas yang tak hanya jago bermain footy tetapi berani unjuk gigi untuk menjadi komentator dan analis serta melakukan editing video untuk hiburan teman-teman di masa isolasi. Bahkan ketika AFL Grand Final berlangsung, sesuai kebiasaan Krakatoas berkolaborasi dengan AIYA Victoria turut mengundang KJRI Melbourne untuk menghadiri nonton bersama acara yang cukup besar di Australia ini, AFL Grand Final 2020, melalui zoom.
Apa Kata Mereka tentang AFL Grand Final 2020?
- Haryo, PhD di School of Public Health and Preventive Medicine Monash University

Dua tim memang layak untuk tampil di Grand Final. Geelong merupakan tim terbaik secara statistik di musim home and away. Sementara itu, mentalitas Richmond selalu prominen saat pertandingan-pertandingan penting. Menurut saya, Geelong sepatutnya dapat memenangi grand final kemarin, namun Dustin Martin lah yang menentukan.
Di paruh pertama, dapat terlihat bahwa cederanya Nick Vlastuin mempengaruhi pola permainan Richmond. Hal ini dimanfaatkan oleh pemain veteran Geelong, seperti Joel Selwood dan Gary Ablett Jr. untuk menguasai lini tengah. Pola intersepsi dan serangan balik Richmond tidak berjalan selama paruh pertama.
Namun, pada paruh kedua sepertinya Richmond sudah menemukan solusi untuk mengatasi hal tersebut. Permainan asli mereka terlihat dan faktor Dustin Martin adalah yang paling berpengaruh. Entah bagaimana dia bisa mencetak gol-gol dengan cara yang sulit seperti kemarin, namun dialah game changer untuk Richmond. Di kuarter ke-empat, Geelong sudah tampak kelelahan dan berhasil dimanfaatkan celahnya oleh Richmond.
2. Sasa, Pemain Footy Krakatoas FC

Pastinya sedih banget semua games AFL termasuk Grand Final tidak dilakukan di Melbourne. Pasti kita bisa datang ke stadion kan. Saya senang karena tim yang saya jagokan, Geelong Cats berhasil masuk ke Grand Final setelah 9 tahun berjuang. Menurut saya, baik Richmond maupun Geelong, keduanya adalah tim unggulan yang pantas ada di Grand Final. Meskipun awalnya saya berpikir bahwa Port Adelaidelah yang akan ada di Grand Final bersama dengan Geelong Cats, namun saya mengapresiasi semua pihak yang terlibat dalam berlangsungnya AFL hingga Grand Final kemarin. Sungguh merupakan suatu contoh pertunjukan yang baik dalam sebuah permainan footy kepada publik.
(foto: IG @AFL)