
Australia kembali mendapatkan keberuntungan dengan kehadiran grup kolintang asal Jakarta yakni Kolintang Santo Yakobus. Melbourne menjadi kota pembuka rangkaian tur ‘Sound of Wood – God is Good’ pada tanggal 25 Juni 2017 yang lalu bertempat di St Kilda Town Hall. ‘Sound of Wood’ juga mengunjungi dua kota lainnya yakni Canberra (30 Juni 2017) dan Sydney (2 Juli 2017). Tur keliling tiga kota Australia yang diprakarsai Father David Lemewu bersama dengan The Missionaries of God’s Love (MGL) tersebut diadakan dalam rangka penggalangan dana untuk pembangunan gereja yang berlokasi di Flores, Indonesia.

Kolintang Santo Yakobus bukanlah grup kolintang biasa. Dimotori oleh sembilan wanita yang datang dari berbagai latarbelakang yang berbeda, mereka tercatat pernah memenangkan beberapa kejuaraan di Indonesia. Diantaranya juara pertama putri tahun 2013, juara kedua tahun 2016, serta grup terbaik dalam Indonesia Orchestra and Ensemble Festival 2016. Sang pelatih, Ferdinand Soputan yang ikut serta dalam tur ini menyatakan kebanggaannya karena tim kolintang asuhannya bisa mempertunjukkan budaya Indonesia di luar negeri.
Konser diawali dengan tembang “Winter Games” karya David Foster yang dibawakan dengan sangat terampil dan bersemangat. Dalam pertunjukan kali itu, Kolintang Santo Yakobus membawakan 18 judul lagu, dari tradisional Indonesia, religi hingga pop internasional. Kesembilan pemainnya; Felicia, Stephanie, Maria, Steffi, Silvy, Anastasia, Maria, Gnade dan Jenny sesekali saling berinteraksi satu sama lain serta kepada penonton. Kepiawaian mereka dalam bermain kolintang dinilai ratusan penontonnya sebagai salah satu pertunjukan yang unik, menarik, dan sangat menghibur.
Salah satu highlight yang mendapat sambutan luar biasa meriah dari penonton adalah ketika Kolintang Santo Yakobus memainkan lagu Bohemian Rhapsody yang dipopulerkan rock band legendaris Queen.
Sebagai salah satu pencetus ide acara, Father David menyatakan pihaknya sangat berterimakasih atas antusiasime serta apresiasi yang diberikan masyarakat setempat. “Fantastik ya menurut saya. Saya sangat puas. Kelihatannya penonton juga banyak yang puas dan senang, jadi saya juga sangat happy,” ujar beliau. “Saya juga bisa berbangga sebagai orang Indonesia. Kita punya sesuatu yang bisa kita bagikan ke wider audience, ke teman-teman di Australia. Menurut saya, kolintang itu tidak kalah dengan instrumen lainnya seperti biola maupun piano. Padahal cuma kayu saja, tapi suaranya bisa memainkan lagu-lagu seperti Mozart atau the Queens,” tambahnya.

Father David pun turut menyumbangkan suara seraya diiringi irama kolintang, termasuk menyanyikan lagu ciptaan sendiri yang ia beri judul, “Jesus My Everlasting Love”. Tak tanggung-tanggung, Father David menyanyikannya dalam tiga bahasa sekaligus, Inggris, Indonesia dan Mandarin.

Selama penampilan panggungnya, Kolintang Santo Yakobus juga berkolaborasi dengan pemuda-pemudi serta para panitia yang telah berlatih untuk mempersembahkan beberapa lagu pilihan. Dan akhirnya, pada penghujung acara, penonton yang hampir memenuhi ruang utama St Kilda Town Hall diajak menari bersama dengan alunan lagu tradisional asal Maluku yang bertajuk “Rame-Rame”. Aksi tersebut semakin menambah keceriaan yang pastinya sukses meninggalkan kesan tersendiri bagi mereka yang hadir.
APA KATA MEREKA
Marcia
I think the performance is absolutely fabulous. I think they’re just so talented and so engaged in performing. They look so happy in what they’re doing.
Kelly
It was really amazing, I didn’t expect traditional music can be his good. It was really good, it was really interesting and loud.
Agustinus
Yang saya tahu, kolintang itu alat musik tradisional dari Manado. Ternyata luar biasa yang hari ini, sudah sangat maju, musiknya sudah hebat, variasinya luar biasa. Membanggakan buat kita ya, sebagai orang Indonesia, ternyata musik tradisional kita disenangi.
Jlie
Foto: Jlie, rr