Dari sendu hingga dramatis suara instrumen gesek yang dimainkan oleh Melbourne Symphony Orchestra (MSO) hari Selasa, 8 Oktober 2019 bermain di telinga pendengar di Auditorium Iwaki, gedung ABC Southbank.

“Adu Dhunung” oleh Didik Nini Thowok

Mewarnai panggung adalah tarian dari Didik Nini Thowok, penari cross-gender terkenal dari Indonesia yang dibalut warna merah muda dan biru saat menampilkan “Adu Dhunung”, tarian yang diinspirasi oleh situasi global masa kini menyangkut modernisasi.

“Penampilan pertama menggambarkan modern dan tradisi harus ada keseimbangan. Anak modern/milenial jangan lupa sama tradisi.” kata Didik dalam wawancara bersama BUSET.

Selain itu, menurut Didik, salah satu dari dua tarian yang memakan waktu satu bulan latihan itu juga menceritakan tentang sosok Ardhanarishvara, wujud kemanunggalan Dewa Siwa dan Dewa Parwati, yang merupakan simbol keseimbangan dan harmonis.

Cerita kebakaran hutan dalam “The Return”

“Lalu saya tampilkan Shvara, menggambarkan dualisme manusia. Jadi di dunia kan ada baik buruk, makanya kalau kita melihat di tradisi di Bugis, gender itu ada lima; laki-perempuan laki-feminim, perempuan maskulin dan ada bissu, bissu itu pendeta yang transgender,” katanya.

“Jadi penampilan saya menunjukkan Shvara, male dan female, simbol keseimbangan dan dualisme dalam humanity.”

Gender tidak perlu diperdebatkan

Melalui ilustrasinya tentang dukun atau shaman, Didik menjelaskan bagaimana stereotip yang diberikan oleh kebanyakan masyarakat bersifat terbatas dan harus dihilangkan.

dihadiri tamu istimewa: Sri Sultan Hamengku Buwono X (tengah), Dubes RI untuk Australia Kristiarto Legowo (ke-4 dari kanan), dan mantan Dubes RI untuk Australia 2005-2008 Teuku Hamzah Thayeb (kanan)

“Kalau lebih dalam lagi, kita bahas bissu atau shaman yang gender-nya ada dua. Konotasinya dukun itu jelek, kan? Tapi tidak, dukun bayi jelek tidak? Padahal membantu kelahiran. Kan tidak jelek. Dalam dunia shaman gender jadi tidak penting.”

Terkait banyaknya pergerakan sosial tentang LGBT di Indonesia, Didik pun pernah diwawancara oleh sebuah media asing karena terkenal sebagai seniman pertama seni cross-dressing, atau berpakaian silang saat ada demo di Tanah Air.

“Saya ketawa saja sih, kalau saya tidak mau memperdulikan masalah yang tidak ada gunanya. Yang saya lakukan bukan LGBT kok. Seniman cross-gender itu sebenarnya di Indonesia sudah lama dan kita tidak butuh pengakuan. Tidak pernah kita demo agar masyarakat mengakui seni cross-gender.”

Menurutnya, orang-orang yang mempermasalahkan hal tersebut memiliki pikiran dangkal dan biasanya terlibat kepentingan tertentu.

“Itu tidak perlu diperdebatkan, lah, buang-buang energi. Saya ini dalam frame seni,” kata Didik yang sudah beberapa kali diundang menjadi pembicara di forum studi gender beberapa universitas luar negeri.

“Seni itu mengalir begitu saja dimana-mana. Kita harus bisa membedakan dong, jangan disamaratakan. Seperti saya dan waria, beda dong.”

Penampilan singgung lingkungan

The Return” adalah penampilan kedua MSO dan Didik Nini Thowok tentang kebakaran hutan yang terjadi di hutan hujan Amazon. 

Dalam tarian tersebut, Didik berdandan seperti seekor burung dikelilingi penari lainnya yang memakai kostum pohon dan api bernuansa hijau dan jingga.

“Karya kolaborasi ini terinspirasi dari kebakaran hutan hebat yang menghancurkan semua kehidupan, akan tetapi setelah redanya kebakaran suasana menjadi tenang dan ternyata masih ada kehidupan ditandai dengan kembalinya burung ke dalam semak belukar.”

Ide tersebut muncul dari MSO yang terlebih dulu membuat aransemen musik sebelum akhirnya gerakan tari diciptakan oleh grup penari Didik.

“Jadi musik sudah jadi duluan dibuat oleh MSO. Saya tanya musik ini berbicara tentang apa. [Anggota] menceritakan bagaimana kebakaran hutan yang hebat tapi setelah itu padam burung kembali ke semak-semak. Kebakaran bukan akhir segalanya, masih ada kehidupan.”

Keseluruhan rangkaian penampilan kebudayaan ini merupakan uraian kerjasama antara pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya Sri Sultan Hamengku Buwono X yang hadir di kesempatan itu dengan MSO.

Sebelumnya di bulan Agustus 2019, MSO mengadakan Youth Music Camp di Yogyakarta yang berujung pada penampilan MSO bersama partisipan. Di bulan Oktober atau November tahun ini, pemusik magang dari Yogyakarta akan berkunjung ke Melbourne.

Kerjasama ini merupakan upaya untuk merajut hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia melalui hubungan people-to-people.

Masyarakat Indonesia membanjiri panggung di akhir acara untuk berfoto bersama Didik Nini Thowok beserta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan duta besar Kristiarto S. Legowo yang hadir malam itu.

Nasa