Untuk pertama kalinya Museum of Indonesian Arts (MIA) mempersembahkan hasil karya lima seniman Indonesia yang bermukim di Melbourne pada pameran seni yang ke-17. Etty Zimmerman-Martakoesoemah, Bela Kusumah Kasim, Riawan Djakasuwarno, Syahisti Abdurrachman, dan Elina Simbolon adalah para seniman yang turut berpartisipasi dan memamerkan hasil karya mereka.

“Tema yang diangkat pada gelaran pameran kali ini adalah “Embracing Difference” atau “Merangkul Perbedaan”, maksudnya adalah menerima dan menyatukan hasil karya dari beberapa seniman yang memiliki latar belakang yang berbeda seperti perbedaan umur, jenis kelamin, suku bangsa, lama tinggal di Australia, alasan datang ke Australia, serta pendidikan di bidang seni yang mereka tempuh. Perbedaan juga hadir pada hasil karya mereka seperti ada lukisan abstrak, tradisional, instalasi, dan ada juga hasil kerajinan tangan,” ujar ketua panitia acara Evelyn Diradji menanggapi arti dari tema yang diusung kali ini.

Pameran kali ini sangat menarik lantaran berbeda dengan pameran-pameran sebelumnya yang hanya menghadirkan benda seni dari koleksi orang-orang yang pernah berkunjung ke Indonesia. “Embracing Difference” menggabungkan lukisan, benda perhiasan, hasil kerajinan tangan, serta buku riwayat hidup salah seorang seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini.

Pameran yang berlangsung di The Highway Gallery, Mount Waverley ini berhasil menarik minat 150 pengunjung pada hari pembukaan. Sejak saat itu, empat lukisan dan tiga buah perhiasan telah terjual. Kisaran harga dari semua lukisan yang dijual adalah AU$200-AU$500.

Sedangkan berbagai benda hiasan rumah dan sebagainya dijual dengan cara “silent auction” yang harganya dimulai dari AU$5. Proses lelang ini berlangsung selama pameran dari tanggal 25 Februari hingga 23 Maret 2016. Sejauh ini, sampai berita ini diturunkan, tawaran tertinggi untuk silent auction adalah AU$50 untuk dua patung kecil yang berasal dari Pulau Jawa yang melambangkan dua sejoli dalam upacara perkawinan.

Sebenarnya banyak karya seni lain seperti lukisan abstrak water colour yang menarik perhatian para pengunjung, tapi sayangnya sebagian dari lukisan yang dipamerkan tidak masuk dalam daftar benda seni yang dijual.

Dalam beberapa bulan ke depan, ada dua pameran lagi yang akan diselenggarakan oleh Musem of Indonesian Arts. Pameran yang bertajuk “Patterns of Islands: Art Styles of Indonesia” akan hadir pada tanggal 8 – 31 Mei di Monash Gallery of Art, 860 Ferntree Gully Rd, Wheelers Hill Vic 3150. Yang selanjutnya adalah pameran dengan judul “The Power of Story”, yang akan diselenggarakan di Fo Guang Yuan Gallery, 141 Queen Street CBD Melbourne pada bulan September hingga Oktober 2016. Pameran ini tidak akan kalah menarik lantaran akan menghadirkan berbagai karya seni dari beragam cerita rakyat Indonesia dan juga meliputi wayang kulit, wayang golek, tarian, dan lukisan.

Lukisan: “White Landscape” Acrylic on canvas Karya: Riawan Djakasuwarno
Lukisan: “White Landscape”
Acrylic on canvas
Karya: Riawan Djakasuwarno
Lukisan Abstrak: “Palletisimo” Mixed media on paper (100x96cm) Karya: Etty Zimmerman-Martakoesoemah
Lukisan Abstrak: “Palletisimo”
Mixed media on paper (100x96cm)
Karya: Etty Zimmerman-Martakoesoemah
Tapestries: “Wattle” Karya: Syahisti Abdurrachman
Tapestries: “Wattle”
Karya: Syahisti Abdurrachman
Lukisan: “Perahu Nelayan/ Fishing Boat”            Acrylic on canvas  Karya: Bela Kusumah Kasim
Lukisan: “Perahu Nelayan/ Fishing Boat”           
Acrylic on canvas 
Karya: Bela Kusumah Kasim
Instalasi: “Scar of Motherland” Karya: Elina Simbolon
Instalasi: “Scar of Motherland”
Karya: Elina Simbolon

Leo