Tahun 2019 telah ditetapkan oleh Majelis Umum PBB sebagai International Year of Indigeneous Language. Untuk memperkenalkan dan merayakan Australia’s Indigenous Language, Kedutaan Besar Australia mengadakan acara nonton bareng yang diadakan di Purnululu Teather, Kedutaan Besar Australia, Jakarta. Film “Bran Nue Dae” telah terpilih menjadi film yang disajikan kepada para pengunjung akhir Juli kemarin.

Dijelaskan oleh Lidya, staff berkebangsaan Australia dari Public Diplomacy department Kedutaan Australia, seperti Australia, Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Jadi di tahun ini, International Year of Indigenous Languages adalah sebuah kesempatan untuk meningkatkan kesadaran dan pengertian tentang pentingnya indigenous languages dan membantu untuk mempromosikan sehingga bahasa – bahasa tersebut bisa terus berlanjut di masa depan.
Dengan latar akhir tahun 1960-an, film ini diperankan oleh tokoh utama yaitu seorang anak dari kalangan masyarakat aborigin yang bernama Willie (Rockie McKenzie). Dalam film tersebut Willie dikisahkan harus meninggalkan ibunya dan melupakan Rosie (Jessica Mauboy) gadis pujaannya di Broome untuk mengikuti pendidikan sebagai pastor di Perth.

Bayangan akan Rosie dan kehidupan di Broome, beratnya menjalani kehidupan di asrama, serta kemarahan Willie kepada pastor Benedictus (Geoffrey Rush) yang menganggapnya sebagai anak aborigin yang tidak berguna sebagai puncaknya, membuat Willie meninggalkan asrama untuk mencari jalan kembali ke Broome.
Namun pulang ke Broome bukanlah hal yang mudah. Berbagai peristiwa ditemui Willie, mulai dari bertemu dengan Paman Tadpole (Ernie Dingo) yang seorang pemabuk namun belakangan diketahui sebagai ayah kandungnya, bertemu dengan sepasang kekasih dari Jerman yang awalnya tidak ingin mengantarnya pulang, serta berbagai masalah lain di sepanjang perjalanan.
Film yang menonjolkan aspek sosial budaya masyarakat aborigin Australia ini, memberikan pesan tentang pentingnya keluarga, kebersamaan, dan hidup damai yang saling memaafkan. Film ini juga telah memenangkan Melbourne International Film Festival Award untuk kategori penghargaan film pilihan penonton.

Sebelum pemutaran film berlangsung, berbagai snack disajikan kepada para tamu, seperti es krim, berbagai minuman dingin, popcorn, serta kudapan khas Australia seperti meat pie dan kue lamington. Pengunjung bisa mencicipi hidangan tersebut dan berbincang-bincang selama lebih kurang 30 menit sebelum film dimulai.
Setelah film selesai terdapat quiz yang diberikan kepada para penonton. Penonton yang berhasil menjawab pertanyaan akan menerima cinderamata khas Australia.
Apa Kata Mereka
Chita, pengujung

Filmnya menarik banget karena nggak cuma menggambarkan kehidupan orang Australia yang seperti kita kenal – kulit putih, tapi mereka juga mengangkat aboriginal tribe nya yang mana kita biasanya nggak begitu aware. Kita kan taunya aboriginal tribe yang kayak papua. Tetapi ternyata mereka adalah “normal” tribe yang juga punya cita-cita tinggi, punya kegiatan sehari-hari, dan punya kehidupan yang menarik juga. Jadi menarik sih untuk diangkat.
Avissa, pengunjung

Ini sebenarnya pertama kali nonton film ini. Dengan nonton film ini saya jadi lebih tahu kehidupan, maksudnya kalau untuk masyarakat aboriginal itu bagaimana sih hubungan kekeluargaannya. Kalau saya lihat setelah nonton film ini, orang Aborigin itu lebih hangat antar hubungan keluarganya. Dan untuk nilai – nilai agamanya juga kuat.
Marco, pengunjung
This movie is good and delve into aboriginal culture, the priest… etc. I have been watching aboriginal movie but not to this kinda extent. I think this movie is set in 1969, kinda really delve into how the aboriginal live in Western Australia. I enjoy this movie..
Agil, pengunjung

Filmnya entertaining banget. Jadi di weekend – weekend yang harusnya kita santai banget memang butuh banget nonton film – film yang temanya komedi gitu. Jadi kalau yang tadi ini itu tentang indigeneous people yang plot twist nya kita dapet banget. Apalagi yang menjelang di akhir itu kayak buat kita happy banget gitu dengan plot twist yang ternyata si ini adalah si ini, ini adalah si ini, dan akhirnya mereka sekeluarga bertemu.